Guru di Pelosok Purwakarta Berjuang Lewati Jalan Rusak Demi Mengajar

Unandar tak menyerah mengajar selama 20 tahun terakhir

Purwakarta, IDN Times - Perjuangan guru di wilayah pelosok Kabupaten Purwakarta tak hanya dalam mendidik generasi muda. Untuk sampai ke sekolah saja, mereka harus menempuh jarak yang jauh dan jalan rusak.

Kondisi tersebut menjadi tantangan sehari-hari bagi Unandar (39 tahun) yang mengajar di SDN dan SMPN Satu Atap 1 Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta. "Perjalanan dari rumah di Kecamatan Tegalwaru ditempuh kurang lebih selama sejam," katanya, Rabu (24/11/2021).

Jarak tempuh sejauh 20 kilometer dari rumah ke sekolahnya tak menyurutkan semangat Unan, sapaan akrabnya. Ia mengaku tak keberatan melewati jalanan rusak berbatu menggunakan sepeda motornya yang sederhana, demi mengajar para siswa.

1. Melewati jembatan yang belum selesai dibangun

Guru di Pelosok Purwakarta Berjuang Lewati Jalan Rusak Demi MengajarIlustrasi Jembatan (IDN Times/Dwi Agustiar)

Jalur yang melewati jalan provinsi itu diakui belum tersentuh perbaikan. Jalannya sulit dilalui karena permukaan yang terjal berbatu-batu dan cukup licin apabila sedang berlumpur.

Belum lagi, ia harus menggunakan jembatan yang belum selesai dibangun. Perjalanannya terasa semakin menegang, karena harus turun mendorong sepeda motornya untuk melewati jembatan yang sempit.

"Kalau tidak musim hujan, kami biasa lewati dasar sungai yang kering. Namun, jika musim hujan seperti sekarang terpaksa kami melewati jembatan yang belum selesai tersebut," tutur Unan.

2. Jalur alternatif melalui Waduk Juanda terhambat eceng gondok

Guru di Pelosok Purwakarta Berjuang Lewati Jalan Rusak Demi MengajarAbdul Halim/IDN Times

Selain jalur tersebut, Unan juga bisa melewati jalur alternatif melalui Waduk Juanda atau Waduk Jatiluhur. Untuk menyeberangi danau tersebut, Unan biasanya akan menggunakan perahu kecil yang disewakan oleh warga setempat.

"Melewati jalur air dengan menyebrang Danau Jatiluhur itu berisiko juga kalau musim hujan begini. Banyak eceng gondok yang bisa menyebabkan perahu terjebak tak bisa lewat," tutur Unan. Kondisi tersebut diakui sudah dirasakan selama 20 tahun ia mengajar.

3. Guru di sekolah itu sebagaian besar masih honorer

Guru di Pelosok Purwakarta Berjuang Lewati Jalan Rusak Demi MengajarIlustrasi aksi tenaga dan guru honorer. ANTARA FOTO/Jojon

Namun, Unan bersyukur saat ini ia telah diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara sejak 2010. Ia merasa lebih beruntung jika dibandingkan guru-guru lain di sekolahnya yang masih berstatus sebagai pegawai honorer dengan upah lebih rendah.

Di SDN 1 Parungbanteng, Unan menyebutkan guru ASN hanya ada dua orang, sementara di SMPN Satap 1 Parungbanteng ada tiga orang. "Jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) di SMP sampai tujuh orang dan di SDN 1 Parungbanteng ada enam orang. Mereka juga harus berjalan jauh karena hampir 70 persen guru berasal dari luar kecamatan Sukasari," katanya.

4. Bupati dorong para guru manfaatkan kemajuan teknologi

Guru di Pelosok Purwakarta Berjuang Lewati Jalan Rusak Demi MengajarDok Diskominfo Purwakarta

Sementara itu, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengapresiasi perjuangan para guru dalam acara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2021 dan Hari Ulang Tahun Ke-76 Persatuan Guru Republik Indonesia. Ia mendorong guru untuk mengikuti perkembangan zaman yang telah memasuki era masyarakat 5.0. 

Karena itu, ia menyarankan para guru memanfaatkan teknologi komunikasi untuk menyiasati kendala di lapangan. "PGRI harus berada di jajaran paling depan dalam inovasi dan pengembangan teknologi pendidikan untuk sebaik-baiknya kepentingan peserta didik dalam pengembangan dirinya," kata Anne.

Baca Juga: Begini Potret Pendidikan Profesi Guru bagi Guru PAI di Kemenag 

Baca Juga: Fakta-fakta Hari Guru Nasional yang Kamu Perlu Tahu

Baca Juga: Fakta-fakta Hari Guru Nasional yang Kamu Perlu Tahu

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya