Eceng Gondok Nyaris Isolasi Warga dan Rugikan Bandar Ikan Waduk Juanda
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Purwakarta, IDN Times - Eceng gondok yang tumbuh subur di Waduk Juanda Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta menghambat aktivitas masyarakat. Hamparan tanaman tersebut menutupi jalur transportasi penumpang dan hasil perikanan.
Kondisi tersebut diakui sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir. "Tapi, dua pekan terkahir makin parah karena benar-benar tak bisa melintas," ujar seorang bandar ikan, Sobari (56) saat ditemui wartawan beberapa waktu lalu.
Akibat jalur transportasi perairan yang tertutupi eceng gondok, Sobari mengaku mengalami kerugian hingga jutaan rupiah. Selain itu, para penyedia jasa perahu penumpang juga enggan beroperasi karena waktu tempuh menjadi lebih lama.
1. Waktu tempuh yang lebih lama membuat ikan mati di perjalanan
Bagi para bandar, ikan yang dibeli dari keramba jaring apung harus dikirim secepatnya. "Dari tambak ke daratan itu waktunya 30 menit. Kalau lebih dari waktu itu oksigennya habis, ikan bisa mati," kata Sobari.
Keberadaan eceng gondok itu pun diakui menghambat proses pengiriman ikan karena waktu tempuh menjadi lebih lama. Tak jarang, ikan-ikan yang diangkut itu sudah mati di perjalanan sehingga bandar mengalami kerugian.
2. Bandar ikan merugi hingga Rp11 juta akibat kematian ikan
Ikan-ikan tersebut dibeli dari petani senilai Rp 22.000 per kilogram. Sedangkan, harga jual ke pasaran hanya Rp 24.500 per kilogram. Namun, harganya anjlok apabila ikan tersebut mati di jalan, menjadi hanya Rp 8.000 per kilogram.
Sobari menyebut ikan yang diangkut mencapai 85-500 kilogram dari satu kali angkatan di keramba jaring apung. "Ikan saya mati karena kehabisan oksigen. Yang paling parah itu sampai lima kuintal, saya hitung kerugiannya sampai Rp 11 juta," katanya.
3. Pembersihan eceng gondok saat ini masih secara manual
Saat ini, pembersihan eceng gondok dari perairan Waduk Jatiluhur dilakukan secara manual oleh warga bersama Satuan Polisi Air dan Udara. Namun, upaya pembersihan yang dilakukan setiap malam hari itu dinilai kurang optimal.
Karena itu, warga berharap bantuan dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta. "Kalau bisa terjunkan ekskavator. Kalau pakai alat berat mungkin akan cepat selesai, jangan dibiarkan seperti ini" kata Sobari.
4. Jalur perairan yang tertutupi eceng gondok membuat warga terisolasi
Sementara itu, warga Desa Ciririp Kecamatan Sukasari Kabupaten Purwakarta diketahui kesulitan menyebrang ke Dermaga Serpis. Mereka nyaris terisolasi karena eceng gondok yang menutupi jalur transportasi utama.
Kondisi tersebut dikeluhkan oleh salah seorang warga Parungbanteng, Ahmad (47). Ia biasa menyebrang ke Dermaga Serpis untuk berbelanja barang kebutuhan pokok yang dijual kembali di warungnya.
Akibat terhalangi eceng gondok, waktu tempuh perahu kecil dari dermaga manjadi lebih lama "Kalau lagi banyak eceng gondok bisa dua jam karena harus menyingkirkan eceng gondok yang menghalangi jalur," kata seorang pengemudi perahu kecil, Budi (50).