Eceng Gondok Nyaris Isolasi Warga dan Rugikan Bandar Ikan Waduk Juanda

Warga bersihkan eceng gondok di Waduk Juanda secara manual

Purwakarta, IDN Times - Eceng gondok yang tumbuh subur di Waduk Juanda Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta menghambat aktivitas masyarakat. Hamparan tanaman tersebut menutupi jalur transportasi penumpang dan hasil perikanan.

Kondisi tersebut diakui sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir. "Tapi, dua pekan terkahir makin parah karena benar-benar tak bisa melintas," ujar seorang bandar ikan, Sobari (56) saat ditemui wartawan beberapa waktu lalu.

Akibat jalur transportasi perairan yang tertutupi eceng gondok, Sobari mengaku mengalami kerugian hingga jutaan rupiah. Selain itu, para penyedia jasa perahu penumpang juga enggan beroperasi karena waktu tempuh menjadi lebih lama.

1. Waktu tempuh yang lebih lama membuat ikan mati di perjalanan

Eceng Gondok Nyaris Isolasi Warga dan Rugikan Bandar Ikan Waduk JuandaRatusan ton ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten, Agam, Sumatra Barat, Kamis 29 April 2021 ditemukan mati. Kematian massal ikan jenis Nila tersebut, disebabkan oleh faktor cuaca buruk yang menyebabkan kadar oksigen air Danau Maninjau berkurang. IDN Times / Andri NH  

Bagi para bandar, ikan yang dibeli dari keramba jaring apung harus dikirim secepatnya. "Dari tambak ke daratan itu waktunya 30 menit. Kalau lebih dari waktu itu oksigennya habis, ikan bisa mati," kata Sobari.

Keberadaan eceng gondok itu pun diakui menghambat proses pengiriman ikan karena waktu tempuh menjadi lebih lama. Tak jarang, ikan-ikan yang diangkut itu sudah mati di perjalanan sehingga bandar mengalami kerugian.

2. Bandar ikan merugi hingga Rp11 juta akibat kematian ikan

Eceng Gondok Nyaris Isolasi Warga dan Rugikan Bandar Ikan Waduk JuandaIlustrasi rugi (IDN Times/Arief Rahmat)

Ikan-ikan tersebut dibeli dari petani senilai Rp 22.000 per kilogram. Sedangkan, harga jual ke pasaran hanya Rp 24.500 per kilogram. Namun, harganya anjlok apabila ikan tersebut mati di jalan, menjadi hanya Rp 8.000 per kilogram.

Sobari menyebut ikan yang diangkut mencapai 85-500 kilogram dari satu kali angkatan di keramba jaring apung. "Ikan saya mati karena kehabisan oksigen. Yang paling parah itu sampai lima kuintal, saya hitung kerugiannya sampai Rp 11 juta," katanya.

3. Pembersihan eceng gondok saat ini masih secara manual

Eceng Gondok Nyaris Isolasi Warga dan Rugikan Bandar Ikan Waduk JuandaWarga bergotong royong membersihkan enceng gondok. IDN Times/Imron

Saat ini, pembersihan eceng gondok dari perairan Waduk Jatiluhur dilakukan secara manual oleh warga bersama Satuan Polisi Air dan Udara. Namun, upaya pembersihan yang dilakukan setiap malam hari itu dinilai kurang optimal.

Karena itu, warga berharap bantuan dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta. "Kalau bisa terjunkan ekskavator. Kalau pakai alat berat mungkin akan cepat selesai, jangan dibiarkan seperti ini" kata Sobari.

4. Jalur perairan yang tertutupi eceng gondok membuat warga terisolasi

Eceng Gondok Nyaris Isolasi Warga dan Rugikan Bandar Ikan Waduk JuandaIDN Times/Wildan Ibnu

Sementara itu, warga Desa Ciririp Kecamatan Sukasari Kabupaten Purwakarta diketahui kesulitan menyebrang ke Dermaga Serpis. Mereka nyaris terisolasi karena eceng gondok yang menutupi jalur transportasi utama.

Kondisi tersebut dikeluhkan oleh salah seorang warga Parungbanteng, Ahmad (47). Ia biasa menyebrang ke Dermaga Serpis untuk berbelanja barang kebutuhan pokok yang dijual kembali di warungnya.

Akibat terhalangi eceng gondok, waktu tempuh perahu kecil dari dermaga manjadi lebih lama "Kalau lagi banyak eceng gondok bisa dua jam karena harus menyingkirkan eceng gondok yang menghalangi jalur," kata seorang pengemudi perahu kecil, Budi (50).

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya