Dijual di Kafe-kafe, Kopi Karawang Mulai Digemari di Daerah Sendiri

Petani kopi masih kesulitan memenuhi pasar mancanegara

Karawang, IDN Times - Produk kopi robusta dan liberika asal Karawang mulai digemari di daerah sendiri. Terlebih setelah kopi tersebut masuk ke dalam salah satu produk kopi yang dipamerkan di World of Coffee 2022 di Kota Milan, Italia beberapa waktu lalu.

Para pemilik kafe di Karawang, khususnya wilayah perkotaan, kini mulai banyak menggunakan produk kopi lokal. Kondisi itu disyukuri tokoh petani dan penggerak produk kopi lokal, Aang Sobandi dan Wanwan Fadilah.

“Bisnis kopi ini menjanjikan, karena sekarang tempat-tempat pendidikan, perkantoran bahkan industri sudah banyak,” kata Wawan yang mengelola akun media sosial Kopi Karawang seperti dilansir Dinas Komunikasi Informasi daerah setempat, Minggu (17/7/2022).

1. Perkebunan kopi di Karawang mencapai ratusan hektare

Dijual di Kafe-kafe, Kopi Karawang Mulai Digemari di Daerah SendiriIDN Times/Indiana Malia

Aang menyebut jenis kopi yang banyak ditanam di Karawang adalah robusta dan liberika. “Jenis kopi yang ditanam di Karawang, jenis kopi robusta, ada lagi di Karawang juga tumbuh khusus kecamatan Ciampel jenis kopi liberika,” katanya.

Menurut perhitungan terbaru, luas perkebunan Kopi di Kabupaten Karawang mencapai sekitar 657 hektar. Kawasan tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Ciampel seluas delapan hektare khusus liberika dan 649 hektare perkebunan robusta di kawasan Gunung Sanggabuana.

2. Kopi Karawang dibeli kafe dan dijual di marketplace

Dijual di Kafe-kafe, Kopi Karawang Mulai Digemari di Daerah SendiriANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Menurut mereka, produk kopi lokal mulai banyak digemari setelah banyak pihak yang mempromosikannya di media sosial dan marketplace. Aang menjelaskan dua tipe pembeli kopi dari para petani saat ini.

“Dia yang belanja langsung ke petani atau dia juga nyambi sebagai prosesor. Sisanya, karena zaman sekarang modern, anak-anak sudah share grup, atau (dijual melalui) marketplace. Jadi sekarang marketnya si bagus dan lebih terbuka,” tutur Aang.

3. Pemasaran ke luar negeri masih alami kendala banyak hal

Dijual di Kafe-kafe, Kopi Karawang Mulai Digemari di Daerah SendiriIlustrasi kopi. IDN Times/Indiana Malia

Saat ini, para petani diakui masih kesulitan untuk memenuhi permintaan dari luar daerah bahkan sudah ada yang memesan dari luar negeri seperti Singapura. “(Petani) tidak sanggup, karena waktu itu produksi rendah, kita tidak bisa buru-buru, dan mesin juga belum ada, jadi lepas,” ujar Aang.

Namun, mereka cukup percaya diri untuk mengikuti standar kualitas kopi dari kafe-kafe. Beberapa permintaannya antara lain biji kopi yang masih dalam keadaan utuh atau tidak retak pada saat roasting. Hal itu diakui akan memengaruhi warna dan aroma kopi setelah disajikan.

4. Produksi kopi dilakukan oleh beberapa Unit Pengolahan Hasil

Dijual di Kafe-kafe, Kopi Karawang Mulai Digemari di Daerah SendiriIDN Times/Sidratul Muntaha

Menurut Aang, para petani di daerahnya sudah menerapkan standar operasional khusus pasca-panen untuk mendapatkan biji kopi dengan mutu yang baik. “Kalau kita bicara dunia pertanian, salah satu kunci kopi bagus, yang terbaik di pasca panennya harus juga dengan standar SOP dari SNI,” ujarnya.

Karawang disebut telah memiliki beberapa Unit Pengolahan Hasil (UPH) yang bertugas menangani mulai dari pembenihan sampai pada tahap roasting. Untuk prosesor yang fokus memproses buah kopi menjadi green bean jumlahnya ada lima unit.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya