Bukan Mitos, Ular Naga Jawa Ditemukan di Hutan Sanggabuana Karawang

Karawang, IDN Times - Seekor ular unik menarik perhatian sejumlah peneliti dan pelajar yang melakukan analisis vegetasi di Pegunungan Sanggabuana Kabupaten Karawang. Penemuan itu sekaligus menjawab mitos yang menyebutkan keberadaan ular naga penunggu hutan tersebut.
Masyarakat setempat biasa menyebutnya ular Naga Jawa (Xenodermus javanicus). Ia ditemukan secara tidak sengaja oleh Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) bersama Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta dan Siswa Pecinta Alam (Sispala) Samaru SMA 1 Tegalwaru.
"Kami temukan di aliran sungai Curug Cikoleangkak pada malam hari,” kata Deby Sugiri dari Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati (DKKH) Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) dalam keterangan persnya, Kamis (3/11/2022).
1. Peneliti melakukan pencarian selama setahun terakhir
Bagi para peneliti hutan tersebut, penemuan ular Naga Jawa menjadi suatu pencapaian tersendiri. Pasalnya, mereka mengaku melakukan pencarian jejak hewan tersebut sejak setahun yang lalu namun tidak kunjung ditemukan sebelum akhirnya ditemukan secara tidak sengaja.
Deby menceritakan proses pencarian yang cukup panjang meliputi wilayah Karawang hingga Purwakarta.
"Kami telah mencari di Curug Cipanunda di atas Kampung Tipar, yang ada di wilayah Karawang sampai di Curug Cimata Indung yang hutannya masuk wilayah Purwakarta," katanya.
2. Keunikan bentuk Ular Naga Jawa mirip naga mitologi
Ular Naga Jawa diketahui berasal dari family Xenodermidae yang diklaim sebagai satwa endemik Jawa. Artinya, ular yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter itu hanya ada di Pulau Jawa dan tidak ditemukan di pulau lain.
Deby menjelaskan asal usul namanya yang disebut naga karena ular tersebut memiliki sisik kasar seperti biawak atau kadal sejenisnya. Selain itu, ada pula sisik menonjol yang disebut hemipenial pada bagian punggungnya sehingga dikaitkan dengan sosok naga dalam mitologi.
“Hemipenial di belakang kepala ular Naga Jawa, pada beberapa individu sangat menonjol hingga seperti membentuk tanduk atau mahkota di bagian belakang kepalanya,” ujar Deby menggambarkan ciri-ciri ular tersebut.
3. Ular Naga Jawa tidak berbisa dan mudah alami stres
Menurut Deby, ular tersebut menyukai lingkungan yang lembab dan berbatu. Ular itu juga termasuk jenis reptil semi akuatik yang memiliki karakteristik ular tidak berbisa dan cenderung mudah stres.
Meskipun termasuk dalam jenis ular dataran tinggi 1.000 meter di atas permukaan laut (MDPL), para peneliti keheranan karena ular tersebut justru ditemukan di dataran menengah. “Curug Cikoleangkak berada di ketinggian sekitar 565 Mdpl. Ini masih di dataran menengah," ujar Deby.
4. Kerusakan lingkungan bisa memicu kepunahan satwa
Pada saat ditemukan, ular tersebut diketahui tengah memangsa kecebong sesuai ukuran badannya yang kecil. Menurut para peneliti, ular Naga Jawa termasuk jenis satwa yang sangat sensitif dengan perubahan iklim lingkungan, sehingga populasinya terancam punah.
“Jika ekosistemnya berubah, misalnya banyak alih fungsi lahan hutan atau penebangan pohon yang masif dan mempengaruhi kelembaban kawasan di sekitar habitat hidup ular Naga Jawa, maka populasinya akan menurun atau hilang," tutur Deby memperingatkan masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Air Terjun Karawang, Wisata Tersembunyi yang Masih Asri
Baca Juga: Ditanami Kopi, Puluhan Pohon di Hutan Sanggabuana Ditebang
Baca Juga: Takut Rusak, Gunung Sanggabuana Diusulkan Jadi Hutan Lindung