Meneladani Adab Quraish Shihab, Ulama Besar yang Terus Merasa Kecil

Dear millennials, ini 3 sikap Quraish yang bisa dicontoh

Jakarta, IDN Times - Muhammad Quraish Shihab merupakan cendekiawan muslim yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia. Kepakarannya di bidang tafsir Al-Qur'an tidak perlu diragukan. Pada awal 2020, pria kelahiran 16 Februari 1944 itu mendapat penghargaan Bintang Tanda Kehormatan dari Pemerintah Mesir.

Dengan nama besarnya yang telah melanglang buana ke banyak negara, Quraish tetap dikenal sebagai figur yang rendah diri. Rekam jejaknya sebagai mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mantan Duta Besar Republik Indonesia, pengarang Tafsir Al-Misbah, pendiri Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ), bahkan pernah masuk dalam 500 muslim paling berpengaruh di dunia, tidak membuat dirinya tinggi hati.

Salah satu bentuk kerendahan hatinya adalah Quraish enggan disebut sebagai habib, meski dirinya mewarisi garis keturunan Nabi Muhammad SAW. Alasan yang pernah ia utarakan adalah karena merasa belum layak menjadi panutan bagi banyak orang.

Nah, bagi para milenial yang ingin meneladani adab Quraish Shihab, yuk simak ulasannya di bawah ini.

1. Tidak ingin merasa menasihati orang lain

Meneladani Adab Quraish Shihab, Ulama Besar yang Terus Merasa KecilTangkapan layar Quraish Shihab pada acara peluncuran tafsiralquran.id (YouTube/164 Channel-Nahdlatul Ulama)

Pada Rabu (29/7/2020), Quraish Shihab hadir sebagai pembicara kunci (keynote speaker) pada acara peluncuran laman tafsiralquran.id. Ketika pembawa acara mempersilakan Quraish untuk memberikan petuah dan nasihat kepada para hadirin, Quraish malah tidak mau apa yang ia sampaikan disebut sebagai nasihat.

“Saya tidak ingin berkata bahwa apa yang saya sampaikan adalah nasihat dari saya, kita mestinya saling menasihati. Tapi juga apa yang saya sampaikan itu nasihat dari para pakar, orang tua kita,” kata dia saat menyampaikan pesan-pesannya.  

Baca Juga: 10 Potret Harmonis Keluarga Quraish Shihab yang Penuh Kerukunan  

2. Tidak ingin merasa yang paling benar

Meneladani Adab Quraish Shihab, Ulama Besar yang Terus Merasa Kecilinstagram.com/najelaashihab

Kemudian, salah satu karakter Quraish dalam mengajar atau mengisi acara adalah tidak menyimpulkan satu-satunya pendapat yang dianggap paling benar. Dia selalu menyampaikan berbagai macam pandangan para ahli.

Pada kesempatan yang sama, dia menganalogikan Al-Qur'an sebagai hidangan di atas meja. Sebagaimana jamuan pada umumnya, ada banyak sekali makanan yang tersaji. Sehingga, makanan yang orang lain ambil belum tentu salah atau berbahaya hanya karena bukan makanan yang kita ambil.

“Hormati semua pendapat walaupun anda tidak sependapat. Memang Alquran bisa melahirkan aneka pendapat yang ke semuanya bisa benar, karena itu jangan saling mempermasalahkan kalaupun anda menafsirkan berbeda. Hormati pendahulu. Boleh jadi anda berpikir bahwa pendapat mereka salah, itu kalau dari sisi tinjauan anda masa kini. Boleh jadi masa lalu itulah yang benar,” katanya.  

3. Tidak ingin mengambil peran yang berlebih

Meneladani Adab Quraish Shihab, Ulama Besar yang Terus Merasa KecilIDN Times/Lia Hutasoit

Terakhir, di penghujung sambutannya, pembawa acara sempat meminta Quraish untuk memimpin doa. Namun, Quraish menolak hal itu karena selain merasa ada banyak orang yang lebih layak memimpin doa, dia juga ingin ada pembagian tugas pada kegiatan tersebut.

“Kita bagi tugas, banyak yang hadir yang bisa baca doa. Doa di penutup,” ucap Quraish.

Baca Juga: Tak Salat Jumat 3 Kali Bikin Kamu Kafir? Ini Penjelasan Quraish Shihab

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya