Mayoritas Setuju, Ini Pendapat Millennials soal Ibu Kota di Kalimantan

Lingkungan harus benar-benar diperhatikan

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo resmi mengumumkan ibu kota baru akan dipindahkan ke Kalimantan, dalam pidato Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 16 Agustus lalu.

Keputusan pemerintah memindahkan ibu kota baru Indonesia ke Kalimantan menuai kontroversi. Ada pihak yang mendukung keputusan Jokowi, ada juga yang berpendapat pemindahan ibu kota belum terlalu urgen dan berpotensi merusak lingkungan di bumi Borneo itu.

Lantas bagaimana tanggapan dari kaum millennials tentang pemindahan ibu kota ke Kalimantan?

Baca Juga: Wacana Pindah Ibu Kota, Fadli Zon: Semoga Bukan Cuma Omong Kosong

1. Jangan sampai dunia kehilangan napasnya

Mayoritas Setuju, Ini Pendapat Millennials soal Ibu Kota di KalimantanIDN Times/Sunariyah

Rona Nirmala, perempuan 30 tahun ini berpendapat rencana pemindahan ibu kota yang diputuskan pemerintah sudah tepat. Menurut dia Jakarta memang sudah waktunya diberi ruang untuk bernapas.

"Jakarta saat ini sudah terlalu rumit, baik populasinya, polusinya, tingkat kejahatannya, ketimpangan sosialnya, dan seterusnya," kata perempuan yang akrab disapa Mala itu, Selasa (19/8).

Terkait apakah Kalimantan tepat atau tidak sebagai lokasi ibu kota yang baru, Mala menilai hal itu tergantung pada kajian-kajian yang sudah dilakukan pemerintah. Dia menyarankan alangkah baiknya jika pemerintah juga memperhatikan masa depan hutan-hutan di Kalimantan.

"Karena, Kalimantan adalah paru-paru dunia. Jangan sampai, pembangunan ibu kota baru yang kelewat masif, membuat dunia kehilangan alat bernapasnya," tutur dia.

2. Pemerintah harus memikirkan masalah kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan

Mayoritas Setuju, Ini Pendapat Millennials soal Ibu Kota di KalimantanANTARA FOTO/Bayu Pratama S

Sementara, Febrianto mengatakan pemindahan ibu kota harus dilihat urgensinya. Dia setuju jika memang alasan pemerintah memindahkan ibu kota demi pemerataan ekonomi. Menurut dia pemindahan ibu kota juga bisa menggenjot lapangan kerja baru.

"Pemindahan ibu kota dilakukan agar pembangunan tidak hanya di Jawa, salah satunya di Kalimantan. Itu membawa hal positif karena membuka lapangan pekerjaan," ucap pria 27 tahun itu.

Selain faktor strategis, Febri berpendapat, pemerintah juga harus memikirkan dari sisi bencana seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang selama ini kerap melanda Kalimantan.

"Jangan sampai ketika dipindah, persoalan klasik seperti ini tuh masih terus terjadi. Jadi perlu dipikirkan langkah mitigasi terjadinya karhutla di Kalimantan. Karena bila itu terjadi bisa mengganggu pemerintahan," kata dia.

Febrianto berharap agar pembangunan ibu kota baru di Kalimantan nantinya tidak mengganggu lingkungan di sana. "Aku berharap pemerintah bisa memikirkan cara bagaimana membangun kota dengan tidak harus merusak lingkungan," ujar dia.

3. Bangun ibu kota baru akan menghabiskan anggaran negara

Mayoritas Setuju, Ini Pendapat Millennials soal Ibu Kota di KalimantanIDN Times/Helmi Shemi

Berbeda dengan Tasya, perempuan 27 tahun ini berpendapat pemindahan ibu kota di Kalimantan tidak tepat. Menurut dia, dengan membangun lagi infrastruktur kota baru tentu akan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit.

"Ya dari pada buang-buang anggaran juga, membangun lagi di luar Jawa, kenapa gak manfaatin aja gitu lahan-lahan yang masih di sekitaran Pulau Jawa? Toh masih banyak yang deket dengan Jakarta," kata dia.

"Tapi kalau Kalimantan itu kayak buang-buang anggaran lagi buat bangun gedung lah, buat bangun apa. Kan anggarannya banyak. Kenapa gak memanfaatkan lahan-lahan yang ada di Pulau Jawa. Toh saat ini aja pembangunan di luar Pulau Jawa udah bagus kan," Tasya menambahkan.

4. Pemerintah harus siapkan restorasi bersamaan konsep ibu kota

Mayoritas Setuju, Ini Pendapat Millennials soal Ibu Kota di KalimantanIDN Times/Mela Hapsari

Sependapat dengan Febrianto, Ahda mengatakan rencana pemerintah memindah ibu kota sudah baik untuk pemerataan. Menurut dia, pembangunan selama ini memang terlalu fokus di Pulau Jawa.

"Dari segi geografis, Kalimantan cocok sebagai ibu kota baru, karena terhindar dari bencana alam seperti gempa," kata pria 25 tahun itu.

Supaya tak merusak lingkungan, Ahda berpendapat, pemerintah harus menyiapkan restorasi atau upaya pemulihan kembali lingkungan di Kalimantan. Restorasi tersebut disiapkan bersamaan dengan konsep ibu kota baru.

"Itu risiko. Esensinya pembangunan memang perusakan terhadap alam. Tinggal bagaimana pemerintah melakukan restorasi. Pemerintah harus menyiapkan itu berbarengan sama rancangan ibu kota baru," ujar dia.

5. Pemindahan ibu kota dikhawatirkan pembukaan lahan semakin merajalela di Kalimantan

Mayoritas Setuju, Ini Pendapat Millennials soal Ibu Kota di KalimantanIDN Times/Sunariyah

Senada dengan Rona, Romeo juga berpendapat bahwa harus ada pembagian tugas antara pusat pemerintahan dan bisnis. Jakarta memang sudah terlalu padat dan daya dukung lingkungannya semakin rendah.

"Nah, dipindah ke mana? Kalimantan paling pas sih, karena posisi di tengah Indonesia. Apalagi dengan dijadikan ibu kota di sana, semoga pemerintah makin serius ngurusin asap. Ya kan gak mau dong ibu kota kena asap," ujar dia.

Meski setuju pemindahan ibu kota ke Kalimantan, Romeo mengkhawatirkan satu hal, yakni tentang pembukaan lahan yang menurut dia akan merajalela apabila pembangunan di bumi Borneo itu dimulai.

"Saya khawatir cuma satu, pembukaan lahan makin merajalela. Itu aja. Harapannya semoga pemerintah tetap concern soal ini. Agar hutan Kalimantan tatap sustain dan tidak terus menyempit," ucap dia.

Baca Juga: Biaya Pembenahan Jakarta Lebih Mahal Dibanding Bangun Ibu Kota Baru

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya