Jadi Stafsus Jokowi, Ini Sosok Penyandang Disabilitas Angkie Yudistia

Walau tuna rungu, Angkie adalah CEO at Thisable Enterprise

Jakarta, IDN Times - Usai memilih menteri dan wakil menteri dari kalangan millennials. Kini, Presiden Joko "Jokowi" Widodo menunjuk staf khusus juga dari generasi tersebut. Total ada tujuh staf khusus yang diumumkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta pada Kamis sore (21/12) di Istana Negara. 

Seolah mengikuti gaya millennial yang kasual dan santai, Jokowi memilih duduk di atas bean bag aneka warna pada sore tadi. Kemudian, ia mengumumkan satu demi satu staf khusus barunya tersebut yang usianya berkisar 23 tahun hingga 33 tahun. 

Salah satu staf khusus yang diumumkan dan memang istimewa adalah Angkie Yudistia. Ia merupakan penyandang tuna rungu namun sukses menjadi pendiri dan CEO Thisable Enterprise, sebuah perusahaan sosial untuk memberdayakan orang-orang disabilitas secara ekonomi di dunia kerja. Perusahaan itu sudah didirikan oleh Angkie sejak 2011 lalu. 

Angkie mendirikan perusahaan tersebut karena melihat kondisi dirinya yang seorang penyandang tuna rungu. 

"Saya nanti akan meminta Angkie jadi juru bicara presiden di bidang sosial," kata Jokowi ketika mengenalkan Angkie kepada publik. 

Siapa sesungguhnya Angkie dan perjalanannya mendirikan perusahaan Thisable Enterprise?

1. Angkie kehilangan kemampuan pendengarannya di usia 10 tahun

Jadi Stafsus Jokowi, Ini Sosok Penyandang Disabilitas Angkie YudistiaAngkie Yudistia (CEO ThisAble) jelaskan tentang ThisAble Learning Center. 31 Oktober 2019. IDN Times/Febriyanti Revitasari

Angkie sempat bercerita sesungguhnya ketika dilahirkan pada 5 Mei 1987, kondisinya baik-baik saja. Hingga pada usia 10 tahun, Angkie kehilangan indera pendengarannya. Sebelum divonis kehilangan indera pendengarannya, Angkie terjangkit demam tinggi dan malaria. Diduga kedua penyakit itu yang merusak indera pendengarannya. 

Tentu Angkie menjalani proses penyesuaian di kehidupannya itu tidak mudah. Ia sempat merasa depresi saat remaja lantaran merasa tak sama seperti anak seusianya. 

"Saat remaja anak-anak yang lain sibuk main, seru-seruan, tapi aku mengalami minder. Aku dulu bertanya-tanya kenapa aku berbeda dibandingkan teman-teman lain," ujar Angkie pada tahun 2016 lalu. 

Beruntung, Angkie memiliki keluarga yang terus mendukung hidupnya. Alhasil, Angkie berhasil melewati masa sulit itu dan bahkan mendorong penyandang tuna rungu lainnya agar turut mempunya motivasi serupa. 

Baca Juga: Disabilitas Bukan Pembatas, Ini 5 Kisah Inspiratif Angkie Yudistia

2. Walau jadi penyandang tuna rungu, Angkie tetap berprestasi dengan meraih gelar master

Jadi Stafsus Jokowi, Ini Sosok Penyandang Disabilitas Angkie YudistiaInstagram/angkie.yudistia

Walaupun ia merupakan penyandang tuna rungu, namun Angkie tak mau menyerah terhadap nasib. Ia tetap meneruskan pendidikannya dengan menempuh studi periklanan di The London School of Public Relations Jakarta pada 2005 - 2009. Ia juga bahkan sukses meraih gelar master di kampus yang sama pada 2010 lalu. 

Bahkan, di saat tengah menempuh studi sarjana, Angkie sempat mengikuti pemilihan Abang None Jakarta tahun 2008 lalu. Ia lolos hingga di tahap final, kendati gagal terpilih. Lalu, pada 2011, ia sempat menelurkan sebuah buku berjudul "Perempuan Tunarungu Menembus Batas."

3. Angkie mendirikan Thisable Enterprise tahun 2011 untuk membuka peluang bagi penyandang disabilitas bekerja

Jadi Stafsus Jokowi, Ini Sosok Penyandang Disabilitas Angkie Yudistia(Para pekerja di Thisable Enterprise yang bekerja sebagai terapis) www.thisable.or.id

Melalui situs resminya, Angkie menulis mendirikan Thisable Enterprise pada 2011 lalu. Perusahaan itu memiliki misi untuk memberdayakan disabilitas Indonesia dan menyalurkan ke dunia kerja. Ujung-ujungnya perekonomian mereka bisa terangkat. 

Apabila menelusur situs resmi Thisable Enterprise, para penyandang disabilitas disalurkan untuk mengerjakan produk atau menjual jasa. Angkie rupanya menggandeng Go-Jek agar para penyandang disabilitas itu bisa menjadi mitra untuk memijat, membersihkan rumah, mobil atau bahkan memberikan layanan make up di rumah. 

Sementara, produk yang dijual secara retail adalah sabun dan produk kecantikan. Angkie mengatakan kendati produk itu dikerjakan oleh penyandang disabilitas, bukan berarti kualitasnya tidak bagus. 

Angkie juga tak mau produk tersebut dibeli karena rasa kasihan dari publik. Sebab, produk-produk tersebut dikerjakan secara cermat dan memiliki kualitas baik. 

4. Angkie mengaku tidak ingin dikenal karena penyandang disabilitas tetapi karena karyanya

Jadi Stafsus Jokowi, Ini Sosok Penyandang Disabilitas Angkie YudistiaInstagram/angkieyudistia

Dalam acara Indonesia Writer's Festival yang digelar oleh IDN Times pada September lalu, Angkie mengaku tidak ingin dikenal oleh publik sebagai penyandang disabilitas. Ia memilih ingin dikenal karena karya yang dihasilkannya. 

"Maka kita harus never give up. Meski saya tidak mendengar, namun saya tahu orang itu merespons kita karena kasian atau sebaliknya," kata dia ketika itu. 

Di hadapan publik yang menyaksikan dialog di Universitas Multimedia Nusantara, Angkie menunjukkan alat bantu dengar yang ia pasang di telinganya setiap hari. Dengan alat tersebut, sepintas ia terlihat seperti perempuan yang memiliki indera pendengaran yang utuh. 

"Saya tidak kelihatan kan penyandang tuna rungu. Ini saya pakai alat dengar sebagai alat bantu saya. Jadi, kalau saya tidak dengar colek saja ya," ujarnya yang disambut senyum mahasiswa yang menyaksikannya. 

Angkie menegaskan manusia tetap harus berkarya meski mempunyai keterbatasan.

"Penyandang disabilitas juga harus punya karya sebagai eksistensi dan pengakuan. Jangan sampai orang-orang memandang negatif dan kasihan," tutur dia. 

Gimana, menurut kalian stafsus Jokowi yang ini? Keren kan?

https://www.youtube.com/embed/L_tMRhwzUGw

Baca Juga: Angkie Yudistia: Penyandang Disabilitas Juga Tetap Harus Berkarya

Topik:

Berita Terkini Lainnya