Polri Temukan Amplop Isi Rp6 Juta dari Demonstran di Petamburan

Massa di Petamburan mayoritas anak muda

Jakarta, IDN Times - Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan personel polisi menemukan amplop berisi uang dari massa yang ditangkap karena membuat kericuhan di depan Gedung Bawaslu dan area Petamburan, Jakarta Pusat pada Selasa malam hingga Rabu dini hari. Berdasarkan pengakuan dari demonstran pula, polisi memperoleh informasi ada massa yang dibayar. 

"Yang diamankan (di Petamburan) ini, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan amplop di mereka berisi uang totalnya Rp6 juta. Tapi, uang terpisah dari amplopnya, mereka mengaku ada yang membayar," kata Tito di kantor Kemenkopolhukam pada Rabu (22/5). 

Massa yang ditangkap di area Petamburan, Jakarta Pusat, mayoritas adalah anak-anak muda. Selain memprovokasi personel Polri, massa kemudian membakar 25 kendaraan yang ada di sekitar lokasi. Lalu, apa komentar Tito soal adanya korban tewas sebagai buntut kericuhan usai demonstrasi di depan gedung Bawaslu?

1. Massa di area Petamburan mencoba membakar asrama Polri

Polri Temukan Amplop Isi Rp6 Juta dari Demonstran di PetamburanIDN Times/Irfan Fathurohman

Menurut Tito, massa di area Petamburan yang mayoritas adalah anak muda sengaja menyasar asrama Brimob pada Selasa malam. 

"Padahal, di dalam asrama itu ada anggota polisi dan keluarganya. Ada anak dan istrinya. Kemudian, langsung dilakukan pembakaran di situ," ujar mantan Kapolda Metro Jaya itu ketika memberikan keterangan pers. 

Sebelumnya, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Muhammad Iqbal menjelaskan massa yang berbuat keonaran bukan warga DKI Jakarta. Mereka merupakan pendatang dari daerah dan sejak awal sudah memiliki niat untuk berbuat anarkis. 

Baca Juga: Polri: Demonstran yang Memicu Kerusuhan Adalah Massa Bayaran  

2. Polri menyebut ada skenario untuk menciptakan martir sehingga publik akan marah

Polri Temukan Amplop Isi Rp6 Juta dari Demonstran di Petamburan

Sementara, terkait dengan jumlah korban tewas sebagai buntut dari peristiwa kericuhan demonstrasi di depan Bawaslu, Tito mengaku pihaknya masih terus melakukan investigasi. Ia mengakui memang ada skenario untuk menciptakan martir agar publik marah. 

"Kalau kemudian ada laporan sejumlah (perwakilan demonstran) yang diamankan, ada juga yang meninggal dunia, sedang kami pelajari penyebabnya karena apa. Karena beberapa hari sebelumnya dalam waktu seminggu ini Polri sudah menangkap sejumlah orang berikut senjata api yang bertujuan untuk membuat kerusuhan pada tanggal 22 Mei, itu diamankan. Total ada 6 orang yang sudah diamankan," kata Tito. 

Salah satu yang berhasil diamankan yakni mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko. Semula, ia dilaporkan ke Bareskrim karena diduga ikut perbuatan makar. Namun, belakangan polisi menangkap Soenarko karena dugaan kepemilikan senjata ilegal. 

Tito pun menunjukkan jenis senjata yang dari beberapa orang, termasuk Soenarko. Ada senjata laras panjang jenis M-4. 

"Senjata jenis M-4 dilengkapi dengan peredam. Sehingga, kalau ditembakan, suaranya tidak terdengar. Bisa juga dilengkapi pisir yang artinya bisa dipakai teleskop atau sniper," katanya lagi. 

3. Polri sempat melihat ada mobil ambulan dengan logo partai tertentu membawa batu dan peralatan lain

Polri Temukan Amplop Isi Rp6 Juta dari Demonstran di PetamburanIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Dugaan bahwa massa yang membuat ricuh adalah demonstran bayaran semakin menguat, ketika Polri berhasil mengamankan satu unit mobil ambulan dengan logo partai tertentu. Namun, polisi tidak bersedia menjelaskan logo partai apa yang ada di mobil tersebut. 

"Setelah kami periksa, di dalam (mobil ambulan) penuh dengan batu dan peralatan lainnya," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Muhammad Iqbal. 

Ia pun sebelumnya sudah mewanti-wanti bahwa aksi unjuk rasa di depan gedung Bawaslu tidak sepenuhnya disisipi dengan kepentingan untuk memprotes hasil pilpres 2019. 

"Ada massa yang sejak awal mereka sudah menginginkan adanya aksi anarkis," tutur dia. 

Indikasi itu sudah terlihat, katanya lagi, ketika personel Polri mencegat sekelompok orang dari daerah yang hendak ke Jakarta namun malah membawa peralatan bom molotov. 

4. Massa yang membuat kericuhan berbeda dengan demonstran yang berunjuk rasa di depan kantor Bawaslu

Polri Temukan Amplop Isi Rp6 Juta dari Demonstran di PetamburanIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Di dalam keterangan pers sebelumnya, Iqbal sekaligus menjelaskan kronologi peristiwa aksi unjuk rasa menolak hasil pilpres yang semula damai namun malah berakhir dengan kericuhan. Menurut mantan Wakapolda Jawa Timur itu, massa yang berunjuk rasa di depan gedung Bawaslu sudah bersedia membubarkan diri sekitar pukul 21:00 WIB. 

"Alhamdulilah, korlap bekerja sama dengan baik, kooperatif, dan akhirnya mau membubarkan diri. Situasi sudah sempat kondusif dan aman," kata Iqbal. 

Tetapi, tiba-tiba pukul 23:00 WIB, ada massa lain yang tidak diketahui dari mana asalnya. Mereka memprovokasi petugas kepolisian dan berbuat anarkis. Massa merusak kawat berduri yang digunakan sebagai pengamanan di gedung Bawaslu.

Lalu, di Jalan KS Tubun, pada Rabu (22/5) sekitar pukul 03:00 WIB, ada pula massa lainnya yang berjumlah sekitar 200 orang. 

"Memang massa itu banyak dan kami duga itu adalah massa settingan dan sudah disiapkan," kata dia. 

Kendati begitu, Iqbal menjelaskan, Polri tetap berpegang pada prosedur untuk membubarkan mereka dengan cara persuasif. Namun, massa yang berkumpul di Jl. KS Tubun itu malah bergerak ke arah asrama Brimob di area Petamburan. 

"Mereka kemudian menyerang polisi dengan menggunakan batu, petasan, bom molotov dan botol-botol yang ada," tutur dia. 

Baca Juga: [BREAKING] Bergerak ke Petamburan, Demonstran Bakar Asrama Brimob

Topik:

Berita Terkini Lainnya