Polri: Demonstran yang Memicu Kerusuhan Adalah Massa Bayaran  

Polri menggeledah demonstran dan ditemukan uang dalam amplop

Jakarta, IDN Times - Polri memastikan demonstran yang memicu terjadinya kerusuhan di dekat gedung Bawaslu pada Selasa malam (21/5) adalah massa bayaran. Dugaan itu semakin menguat, lantaran sebagian demonstran yang diamankan masih menyimpan amplop berisi uang. Selain itu, mereka bukan warga Jakarta, melainkan pendatang dari daerah. 

"Berbagai data sudah kami dapat. Dari pemeriksaan sementara bahwa mayoritas massa datang dari luar Jakarta. Ada yang dari Jawa Barat, Banten, dan bahkan ada yang datang dari Jawa Tengah," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen (Pol) Muhammad Iqbal ketika memberikan keterangan pers pada Rabu (22/5) di kantor Kemenkopolhukam. 

Sementara, terkait dengan temuan uang, Iqbal menjelaskan, hal tersebut akan didalami lebih lanjut oleh Polda Metro Jaya. 

Lalu, benarkah dalam peristiwa kericuhan yang berlangsung sejak semalam sampai dini hari ada korban tewas?

1. Polri mengakui ada massa yang terluka akibat kericuhan

Polri: Demonstran yang Memicu Kerusuhan Adalah Massa Bayaran  IDN Times/Insidorius Rio

Iqbal mengaku akibat kericuhan pada Selasa malam hingga Rabu dini hari, ada demonstran yang terluka. Saat ini, personel Polri tengah melakukan investigasi siapa yang melukai demonstran. 

"Kalau soal korban tewas, baik TNI dan Polri masih terus melakukan pengecekan," kata Iqbal. 

Sebelumnya, di RS Tarakan, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyebut korban tewas akibat peristiwa kericuhan di dekat gedung Bawaslu sudah mencapai 6 orang. Tanpa menyebut asal dan sumber informasi itu, Anies menjelaskan di mana saja jenazah korban tersebut disemayamkan. 

"Korban meninggal sejauh ini ada 6 orang. Di RS Tarakan ada dua orang, kemudian di RS Pelni, di RS Budi Kemuliaan, RSCM dan RSAL Mintoharjo. Ini per jam 09:00 (informasinya). Sementara, kalau korban luka ada sekitar 200 orang," kata Anies kepada media pada pagi tadi. 

Baca Juga: Polri Masih Cek Informasi Ada Korban Tewas Usai Rusuh di Dekat Bawaslu

2. Massa yang membuat kericuhan berbeda dengan demonstran yang berunjuk rasa di depan kantor Bawaslu

Polri: Demonstran yang Memicu Kerusuhan Adalah Massa Bayaran  IDN Times/Axel Joshua Harianja

Di dalam keterangan pers tadi, Iqbal sekaligus menjelaskan kronologi peristiwa aksi unjuk rasa menolak hasil pilpres yang semula damai namun malah berakhir dengan kericuhan. Menurut mantan Wakapolda Jawa Timur itu, massa yang berunjuk rasa di depan gedung Bawaslu sudah bersedia membubarkan diri sekitar pukul 21:00. 

"Alhamdulilah, korlap bekerja sama dengan baik, kooperatif, dan akhirnya mau membubarkan diri. Situasi sudah sempat kondusif dan aman," kata Iqbal. 

Tetapi, tiba-tiba pukul 23:00, ada massa lain yang tidak diketahui dari mana asalnya. Mereka memprovokasi petugas kepolisian dan berbuat anarkis. Massa merusak kawat berduri yang digunakan sebagai pengamanan di gedung Bawaslu. 

Lalu, di Jalan KS Tubun, pada Rabu (22/5) sekitar pukul 03:00, ada pula massa lainnya yang berjumlah sekitar 200 orang. 

"Memang massa itu banyak dan kami duga itu adalah massa settingan dan sudah disiapkan," kata dia. 

Kendati begitu, Iqbal menjelaskan, Polri tetap berpegang pada prosedur untuk membubarkan mereka dengan cara persuasif. Namun, massa yang berkumpul di Jl. KS Tubun itu malah bergerak ke arah asrama Brimob di area Petamburan. 

"Mereka kemudian menyerang polisi dengan menggunakan batu, petasan, bom molotov dan botol-botol yang ada," tutur dia. 

3. Massa membakar 11 unit mobil punya masyarakat yang diparkir di asrama Brimob

Polri: Demonstran yang Memicu Kerusuhan Adalah Massa Bayaran  ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/pras

Massa yang berbuat rusuh di asrama Brimob malah semakin beringas. Mereka turut membakar mobil-mobil yang terparkir di sana. Setelah dicek oleh polisi, ada 11 unit kendaraan pribadi yang rusak. Sementara, tiga kendaraan lainnya milik polisi. 

"Kerusakaan yang dialami oleh kendaraan itu bervariasi, ada yang rusak di bagian kaca depan hingga bodi mobil," kata Iqbal. 

4. Polri berhasil mengamankan total 69 orang provokator dalam aksi demonstrasi

Polri: Demonstran yang Memicu Kerusuhan Adalah Massa Bayaran  IDN Times/Gregorgius Damar

Dari pengamanan semalam, personel polisi berhasil mengamankan total 69 orang yang diduga telah memprovokasi aksi unjuk rasa yang semula berjalan damai di depan gedung Bawaslu. 69 orang itu terbagi menjadi 58 orang diamankan di dekat gedung Bawaslu. Sedangkan, 11 orang lainnya diamankan karena menjadi provokator di aksi anarkis di Jl. KS Tubun. 

"Saat ini, mereka semua sedang dimintai keterangan oleh personel dari Polda Metro Jaya," kata Iqbal. 

Ia pun menggaris bawahi sesuai dengan instruksi dari Kaplolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, aparat penegak hukum yang bertugas untuk mengawal unjuk rasa di dekat gedung Bawaslu dilarang membawa peluru tajam. Mereka hanya diberikan peluru karet. 

"Sehingga, apabila ada penembakan itu bukan dari kami," kata Iqbal pada Selasa (21/5) kemarin di tempat yang sama. 

5. Polri sempat melihat ada mobil ambulan dengan logo partai tertentu membawa batu dan peralatan lain

Polri: Demonstran yang Memicu Kerusuhan Adalah Massa Bayaran  IDN Times/Santi Dewi

Dugaan bahwa massa yang membuat ricuh adalah demonstran bayaran semakin menguat, ketika Polri berhasil mengamankan satu unit mobil ambulan dengan logo partai tertentu. Namun, Iqbal tidak bersedia menjelaskan logo partai apa yang ada di mobil tersebut. 

"Setelah kami periksa, di dalam (mobil ambulan) penuh dengan batu dan peralatan lainnya," kata Iqbal. 

Ia pun sebelumnya sudah mewanti-wanti bahwa aksi unjuk rasa di depan gedung Bawaslu tidak sepenuhnya disisipi dengan kepentingan untuk memprotes hasil pilpres 2019. 

"Ada massa yang sejak awal mereka sudah menginginkan adanya aksi anarkis," tutur dia. 

Indikasi itu sudah terlihat, katanya lagi, ketika personel Polri mencegat sekelompok orang dari daerah yang hendak ke Jakarta namun malah membawa peralatan bom molotov. 

Baca Juga: Mabes Polri: Unjuk Rasa Pada 22 Mei Tidak Murni Aksi Demonstrasi Damai

Topik:

Berita Terkini Lainnya