5 Fakta Pembunuhan Jurnalis Malta yang Diduga Libatkan Pejabat Negara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Valletta, IDN Times - Malta tengah diguncang skandal pembunuhan seorang jurnalis investigasi bernama Daphne Caruana Galizia. Ini karena Galizia, wartawan top Malta, meninggal dalam sebuah bom bunuh diri pada Oktober 2017 ketika ia sedang menyelidiki dugaan korupsi di kalangan pemerintah.
Pada minggu ini, mantan Kepala Staf Perdana Menteri Joseph Muscat, Keith Schembri, sempat ditangkap sebagai tersangka atas tewasnya Galizia yang saat itu berusia 53 tahun. Berikut ini adalah lima fakta terbaru tentang kasus yang sampai membuat Uni Eropa turun tangan tersebut.
1. Galizia menggunakan bocoran Panama Papers
Hilangnya nyawa Galizia didahului oleh terungkapnya informasi bahwa pada Februari 2016 dirinya menggunakan dokumen Panama Papers yang bocor ke publik. Di dalamnya disebutkan bahwa Menteri Energi Malta, Konrad Mizzi, dan kawan lamanya, Schembri, menjadi pihak yang menerima keuntungan dari perusahaan cangkang di Panama sesaat setelah menjadi pejabat pemerintah.
Ia pun menjadi sasaran para politisi penting Malta yang khawatir terhadap rekam jejak Galizia sebagai wartawan pemberani yang sering menyelidiki perbuatan-perbuatan kotor di kalangan pemerintah. Dikutip dari BBC, karena reportasenya yang tajam, tiga anjing peliharaannya pun dibunuh orang tak dikenal. Blog Galizia sendiri menjadi sangat populer di mata publik.
Baca Juga: Wartawan Bulgaria Diperkosa dan Dibunuh Usai Laporkan Dugaan Korupsi
2. Ada pejabat yang ditangkap lalu dilepaskan, ada juga yang memilih mundur
Kasus yang mengejutkan warga Malta dan Uni Eropa ini pun berdampak kepada pemerintah. Investigasi berlangsung tapi belum juga menemukan titik temu. Schembri, sang Kepala Staf, memutuskan mundur pada Senin (25/11). Keesokan harinya, polisi menangkapnya.
Setelah diinterogasi, ia pun dibebaskan pada Kamis (28/11). Polisi mengatakan tidak menemukan bukti mengapa Schembri harus ditahan. Mizzi, mantan Menteri Energi yang kemudian diangkat sebagai Menteri Pariwisata, juga mengundurkan diri. Sedangkan Chris Cardona menangguhkan posisinya sendiri sebagai Menteri Perekonomian.
3. Perdana Menteri menolak untuk mengundurkan diri
Editor’s picks
Walau beberapa pejabat pemerintah mundur, tapi Muscat menolak melakukan yang sama. Bahkan ketika warga dan jurnalis Malta menuntut agar ia segera meninggalkan posisi yang sudah ia kuasai sejak 2013 lalu.
Pada Jumat (29/11) pukul 03.00 dini hari, ia melangsungkan konferensi pers usai bertemu dengan para anggota kabinetnya. Muscat menegaskan bahwa dirinya akan tetap bertahan sampai investigasi terhadap kematian Galizia selesai dan semua pelaku diberikan hukuman. "Apa pun yang orang katakan, tak ada impunitas di negara ini," ujarnya, seperti dilansir dari The Guardian.
4. Seorang pengusaha yang diduga terlibat dalam pembunuhan Galizia meminta grasi
Yorgen Fenech, seorang pebisnis ulung Malta, turut ditangkap polisi pada 21 November. Fenech merupakan pemilik 17 Black, sebuah perusahaan misterius di Dubai yang masuk dalam daftar Panama Papers. Sebelum meninggal, Galizia sempat menulis tentang 17 Black yang ia tuduh berkaitan dengan sejumlah pejabat pemerintah.
Berdasarkan laporan Reuters, Fenech menjanjikan informasi kepada polisi yang akan mengguncang negara jika ia bisa mendapatkan grasi. Pemerintah sendiri memutuskan untuk menolak permintaan tersebut. "Saya memutuskan bersama para kolega saya bahwa tidak tepat rasanya untuk memberikan sebuah grasi," kata Muscat.
5. Uni Eropa kirimkan misi khusus ke Malta
Begitu gentingnya kasus ini sampai membuat Presiden Malta, George Vella, membatalkan kunjungan ke Inggris. Dikutip dari The Guardian, ini juga membuat Uni Eropa khawatir. Parlemen di Brussels pun memutuskan untuk mengirimkan "misi darurat" ke Malta guna membantu "menemukan fakta" dan mengevaluasi penegakan hukum di negara itu.
"Kami perlu mengirimkan sinyal yang jelas kepada semua jurnalis bahwa mereka aman bekerja di Eropa. Jika jurnalis dibungkam, maka begitu juga demokrasi. Kebebasan media, pluralisme dan perlindungan terhadap wartawan berada di bagian paling dasar dari suatu masyarakat yang bebas dan demokratis," kata juru bicara komisi Uni Eropa.
Baca Juga: Jurnalis Veby Indah Menolak Tinggalkan Hong Kong Demi Mencari Keadilan