Ternyata Millennial di Malaysia Juga Malas Membaca Lho!

Apa informasi kesukaan millennial di Malaysia ya?

Kuala Lumpur, IDN Times - Setelah menempuh penerbangan lebih kurang tiga jam, akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Sejumlah wartawan senior Negeri Jiran itu menyambut dengan ramah rombongan kami yang berjumlah 22 orang. Bahkan, tak jarang mereka saling melempar candaan karena sudah akrab.

Kedatangan rombongan kami dari Indonesia memang agenda rutin yang dilakukan para jurnalis yang tergabung dalam Ikatan Setia Kawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami). Mereka wartawan senior, karena memang organisasi lintas negara ini sudah berdiri 10 tahun silam. Namun, acara ini juga mengundang beberapa wartawan muda dari Indonesia.

Tujuan kunjungan ini selama tiga hari, 12-14 Februari ini adalah untuk mempererat kerukunan dan kerja sama hubungan bilateral dua negara serumpun itu, khususnya di kalangan wartawan Indonesia dengan Malaysia.

Sepanjang berada di Malaysia, rombongan dijadwalkan akan mengadakan lawatan ke Rumah Tahanan Imigrasi Bukit Jalil, Kerajaan Negeri Melaka, dan lawatan ke Kumpulan Media Karangkraf.

Presiden Iswami Indonesia Asro Kamal Rokan memimpin rombongan kami dalam kunjungan kali ini. Selain wartawan dari Jakarta, Iswami juga mengundang sejumlah jurnalis dari beberapa kota yakni Medan, Yogyakarta, dan Surabaya. Penerbangan kami pun terpisah, seperti wartawan dari Medan yang tiba lebih awal.

"Assalaamualaikum. Selamat datang, apa kabar," sapa Sekjen Iswami Malaysia Mohd Nasir Yusoff, seraya mengulurkan tangan kepada kami satu per satu, Selasa (12/2).

Sekitar 30 menit kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Putrajaya. Tapi sebelum meninggalkan bandara, kami mengabadikan momen langka itu di ruang kedatangan.

"No picture is hoax," gurau seorang wartawan asal Indonesia, yang disambut tawa.

Usai berfoto bareng, rombongan lekas menuju bus. Agenda kunjungan pertama kami adalah kantor stasiun televisi Malaysia, Astro Awani. Perjalanan memakan waktu lebih kurang satu jam.

"Sebelum berangkat, kita absen dulu. Yang masih di luar tolong angkat tangan ya," canda Rully, anggota Iswami asal Malaysia sambil memegang kertas absen rombongan.

1. Perusahaan televisi di Malaysia tergerus media sosial

Ternyata Millennial di Malaysia Juga Malas Membaca Lho!Dok. Iswami

Tiba di kantor redaksi Astro Awani, kami langsung disuguhi makan siang. Kemudian dilanjutkan pemaparan tentang profil stasiun televisi terkemuka di Malaysia itu. Profil disampaikan langsung oleh Pemimpin Redaksi Astro Awani Suhaimi Sulaeman dengan suasana cair dan penuh guyonan.

Suhaimi menyebut televisi yang didirikannya itu kini harus mengikuti era digital, karena jika tidak akan tertinggal. Sekarang tak ada lagi prime time di dunia televisi, karena tergerus era media sosial. Masyarakat Malaysia kini beralih menonton televisi atau membaca berita di media sosial.

"Karena itu kami juga menghadirkan dot com juga. Dulu televisi banyak menerima uang dari iklan, tapi sekarang uang lebih banyak di Google dan Facebook," ujar dia.

2. Kecenderungan millennial di Malaysia menyukai informasi hiburan

Ternyata Millennial di Malaysia Juga Malas Membaca Lho!

Selain tergerusnya televisi akibat hadirnya media sosial, ada kecenderungan lain di masyarakat Malaysia, terutama kalangan anak muda. Mereka lebih suka informasi hiburan atau viral ketimbang berita-berita serius. Hampir sama dengan kecenderungan millennial di Indonesia.

Namun, ada kalanya kalangan millennial di Malaysia menyukai berita-berita serius seperti pada saat pemilu, breaking news, atau peristiwa unik lainnya.

"Barita-berita politik di kalangan anak muda juga kalah dari berita hiburan," ujar Suhaimi.

Baca Juga: Sejarah Panjang Radio di Indonesia, dari Kolonial hingga Millennial

3. Budaya membaca di kalangan millennial Malaysia mulai berkurang

Ternyata Millennial di Malaysia Juga Malas Membaca Lho!IDN Times/Rochmanudin

Tak hanya itu, budaya membaca di kalangan millennial di Malaysia juga kini menurun. Mereka lebih memilih menonton informasi berupa gambar atau video.

"Di Malaysia, mereka semakin muda semakin membaca teks. Mereka suka dengan video. Jadi karena kita start dengan TV, kita bentuk video untuk mobile phone. Karena generasi muda di Malaysia malas membaca, kalau artikel itu panjang-panjang tak mau membaca," kata Suhaimi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Astro Awani kini banyak menyajikan konten-konten kreatif yang lebih digandrungi anak muda di Malaysia, tentunya.

Karena itu, stasiun televisi ini sekarang membuat program-program menarik seperti Saudara Serumpun dan Rantau Produktif. Hal-hal kreatif atau enterpreneur sukses asal Indonesia banyak diulas dalam program ini.

4. Masyarakat Malaysia menyukai berita-berita asal Indonesia

Ternyata Millennial di Malaysia Juga Malas Membaca Lho!IDN Times/Rochmanudin

Berita-berita asal Indonesia rupanya juga diminati masyarakat Malaysia. Seperti berita-berita breaking news jatuhnya pesawat Lion Air, tsunami di Selat Sunda, gempa Palu, gempa NTB, hingga pemilihan umum.

Namun, di sesi tanya jawab, pernyataan tersebut mendapat kritikan dari wartawan asal Indonesia. Jangan sampai pemberitaan tersebut justru melahirkan anggapan negatif tentang Indonesia.

"Kami memberitakan berita tentang bencana di Indonesia bertujuan agar masyarakat tergugah untuk memberikan bantuan," ujar Kamarul Bahrin, Deputy Editor in Chief Astro Awani.

Tak hanya itu, Astro Awani juga menyajikan berita-berita keberhasilan anak-anak muda di Indonesia. "Jadi kita bukan hanya memberitakan tentang tokoh besar saja, tapi orang-orang kecil dengan pemikiran besar," ujar Suhaimi.

5. Astro Awani banyak melibatkan millennial

Ternyata Millennial di Malaysia Juga Malas Membaca Lho!IDN Times/Rochmanudin

Suhaimi mengaku terbantu dengan ide dan gagasan millennial dalam membuat konten kreatif. Selain lebih cepat, kalangan millennial lebih dekat dengan teknologi alias tidak gagap teknologi (gaptek).

"Mereka multitasking ya, bisa buat konten video dan artikel. Dalam 12 jam satu live satu repeat. Pada 2007 kami TV, pada 2013 kami mulai digital," ujar dia.

Dalam sehari Astro Awani mampu memproduksi 12 tayangan video, dan juga membuat artikel-artikel untuk berita online. Dalam sehari, tak kurang dari 500 artikel yang diproduksi, karena awak media di Astro Awani yang tak lebih dari 100 orang.

"Saya paling tua di sini. Jadi muda-muda ya. Alhamdulillah mereka kerja cepat ya. Jadi berubah TV juga digital. Jadi setiap reporter itu keluar, satu untuk file TV, satu untuk digital, file untuk custom. Mereka multitasking," tutup Suhami.

Tak terasa sudah satu jam diskusi berlangsung. Pukul 17.00 waktu setempat akhirnya diskusi berakhir dan ditutup dengan sesi foto bersama. Kami juga diajak berkeliling ke ruang redaksi untuk melihat suasana meja redaksi.

Hari sudah mulai gelap, kami pun meninggalkan kantor Astro Awani yang berdampingan dengan gedung Bursa Malaysia itu. Kami menuju ke tempat penginapan The Everly di Putrajaya yang berjarak sekitar satu jam ke lokasi.

Baca Juga: Tak Mau Kalah, Relawan Jokowi-Ma'ruf Juga Deklarasikan di Malaysia

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya