Membedah 3 Perusahaan yang Terlibat Proyek Bukit Algoritma, Ada BUMN!

Bagaimana peran masing-masing, termasuk satu BUMN Karya itu?

Jakarta, IDN Times - Indonesia digadang-gadang bakal memiliki pusat perusahaan teknologi ala Silicon Valley dengan nama Bukit Algoritma yang bakal berlokasi di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Rencana proyek ini menuai respons publik, termasuk cibiran dari warganet.

Dalam perencanaan pembangunannya, Bukit Algoritma melibatkan beberapa perusahaan. Mereka adalah PT Kiniku Nusa Kreasi selaku penggagas proyek Bukit Algoritma, PT Bintang Raya Lokalestari selaku pemilik lahan di Sukabumi, dan PT Amarta Karya (Persero) sebagai kontraktor utamanya.

Keterlibatan tiga perusahaan di atas kemudian cukup menyita perhatian publik mengingat nama-namanya jarang didengar di tengah masyarakat. Sedangkan salah satu di antaranya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Apalagi nilai investasi dari Bukit Algoritma tidak main-main, yakni senilai 1 miliar euro atau setara Rp18 triliun.

Berikut IDN Times sajikan secara singkat rekam jejak dan bagaimana keterlibatan masing-masing perusahaan itu dalam megaproyek yang disebut sebagai Silicon Valley-nya Indonesia tersebut.

Baca Juga: Megaproyek Bukit Algoritma Sukabumi Berada di Daerah Ancaman Gempa 

1. PT Kiniku Nusa Kreasi

Membedah 3 Perusahaan yang Terlibat Proyek Bukit Algoritma, Ada BUMN!IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Menurut hasil penelurusan IDN Times, PT Kiniku Nusa Kreasi merupakan sebuah perusahaan di bidang teknologi informasi dan perangkat lunak yang berkantor di Gedung Cyber, Kuningan, Jakarta Selatan.

Perusahaan ini pun tercantum di situs resmi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen) AHU Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dengan nama PT Kiniku Nusa Kreasi.

PT Kiniku Nusa Kreasi sendiri telah berdiri sejak tiga tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 2018. Adapun keterlibatan PT Kiniku Nusa Kreasi dalam megaproyek Bukit Algoritma merupakan sebagai pelopor awal melalui direktur utamanya, Budiman Sudjatmiko.

"Ya memang yang menggagas saya dan PT Kiniku Nusa Kreasi kami minta mengajukan investasi setelah diajak PT Bintang Raya Lokalestari," kata Budiman kepada IDN Times, Selasa (13/4/2021).

Budiman mengaku, sebelum bertemu dengan PT Bintang Raya Lokalestari, PT Kiniku Nusa Kreasi telah melakukan pertemuan-pertemuan dengan banyak pihak untuk bisa merealisasikan Bukit Algoritma, tetapi selalu kandas.

"Di Kiniku Nusa Kreasi memang sudah penjajakan dengan beberapa BUMN maupun swasta, dalam dan luar negeri selama berbulan-bulan, tetapi mentok, nggak jalan-jalan," imbuhnya.

Keinginan Budiman itu kemudian menemui titik terang setelah adanya tawaran dari PT Bintang Raya Lokalestari untuk mengelola lahannya seluas 888 hektare di Sukabumi dan kemudian dari sana kemudian terbentuklah kerja sama operasi (KSO) dengan nama PT Kiniku Bintang Raya KSO.

Budiman kemudian dipilih sebagai Ketua Pelaksana PT Kiniku Bintang Raya KSO yang dalam proyek Bukit Algoritma ini bertindak sebagai salah satu investornya.

"Kemudian diskusi dengan mereka, kita susun konsep dan kebetulan juga mereka sudah mengurus proses izin ke Pemda Sukabumi, Pemprov Jabar, dan sudah diajukan ke Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk dapat status KEK," ungkap Budiman.

2. PT Bintang Raya Lokalestari

Membedah 3 Perusahaan yang Terlibat Proyek Bukit Algoritma, Ada BUMN!indonesiatravel.news/Den

PT Bintang Raya Lokalestari sebenarnya terlebih dahulu telah mengelola lahan dengan total kepemilikan 888 hektare di Sukabumi tersebut.

Di dalam Laporan Tahunan Dewan Nasional KEK 2018, PT Bintang Raya Lokalestari mengusulkan kawasan yang dikelolanya untuk dibentuk sebagai KEK dengan kegiatan utama pariwisata, fusi sains, dan teknologi.

Namun, seiring berjalannya waktu, usulan PT Bintang Raya Lokalestari untuk bisa menjadikan kawasannya sebagai KEK Sukabumi tenggelam dan justru menaikkan pamor KEK Pariwisata Lido milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo.

"Kita justru duluan, KEK Sukabumi yang masuk duluan di Dewan Nasional KEK. KEK Sukabumi duluan masuk, Lido belakangan di website Dewan Nasional KEK, tapi sekarang dihilangin tuh daftarnya padahal kita mengajukan duluan. Justru KEK Sukabumi mengajukan duluan, kita nggak tahu Lido dari mana tiba-tiba nongol," jelas Budiman.

Tak heran jika kemudian PT Bintang Raya Lokalestari menggaet PT Kiniku Nusa Kreasi dan membentuk perusahaan kerja sama di bawah PT Kiniku Bintang Raya KSO guna membangun Bukit Algoritma kawasan seluas 888 hektare tersebut.

Namun, sebelum bertemu PT Kiniku Nusa Kreasi, PT Bintang Raya Lokalestari sudah terlebih dahulu secara giat mengajak kerja sama beberapa perguruan tinggi di Jawa Barat, salah duanya adalah Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjajaran (Unpad).

Dalam kerja sama tersebut, ITB berperan sebagai mitra PT Bintang Raya Lokalestari untuk pembangunan Nanotechnology, Biotechnology, Information Technology, dan Cognitive Science (NBIC) Innovation Park, sedangkan Unpad ditunjuk menjadi mitra Agro Health Ecopark

Kendati demikian, lahan yang ditawarkan oleh PT Bintang Raya Lokalestari tidaklah kosong, melainkan sudah ada pembangunan di atasnya. Hal ini pun diketahui Budiman.

"Lahan itu tidak kosong, melainkan sudah memiliki bangunan seperti hotel, gedung, dan 120 unit rumah yang tidak terawat. Dari segi akses juga sudah terdapat pembangunan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) yang tinggal menyisakan 10 kilometer lagi," tuturnya.

Baca Juga: Bukit Algoritma Disebut Silicon Valley-nya Indonesia, Apa Iya?

3. PT Amarta Karya (AMKA) (Persero)

Membedah 3 Perusahaan yang Terlibat Proyek Bukit Algoritma, Ada BUMN!Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020) (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Setelah membentuk perusahaan kerja sama, yakni PT Kiniku Bintang Raya KSO, Budiman langsung bergerak cepat untuk mencari kontraktor utamanya. Budiman kemudian berniat menggaet Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena ingin Bukit Algoritma dapat memberi pemasukan untuk negara.

Beberapa BUMN Karya, seperti Waskita Karya dan Hutama Karya pun dijajaki Budiman untuk dijadikan sebagai kontraktor utama. Namun, pilihan akhirnya justru jatuh ke PT Amarta Karya (Persero) atau AMKA.

"Amarta Karya memang perusahaan konstruksi yang tak sebesar Waskita Karya dan karya-karya yang lain, tapi kalau dilihat cukup sehat, cukup baik sehingga kita kemudian berpikir ya sudah kita kasih kontraktornya ke mereka," terang Budiman.

Budiman pun mengklaim jika dirinya tidak berhubungan langsung dengan Kementerian BUMN, melainkan langsung ke perusahaan BUMN konstruksi untuk menggarap proyek Bukit Algoritma ini.

"Pendekatan langsung ke BUMN, tidak lewat kementerian karena ini kan bisnis biasa, bukan proyek APBN. Jadi kita punya keleluasaan untuk memilih mana yang menurut kami paling pas," imbuhnya.

Budiman juga menegaskan, anggaran untuk pembangunan tahap pertama selama tiga tahun sebesar Rp18 triliun yang diberikan ke AMKA benar datang dari investor, baik dalam maupun luar negeri sehingga tidak menggunakan dana dari BUMN atau APBN sepeserpun.

"Pure betul (dari investor), datangnya nanti bertahap 1 miliar euro itu, tidak langsung semua karena kan untuk tahap pertama selama tiga tahun," tambah dia.

Terkait keterlibatan BUMN lebih jauh dalam proyek Bukit Algoritma ini, IDN Times coba menghubungi Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, tetapi belum mendapatkan tanggapan sampai berita ini diturunkan.

Sekadar informasi, PT Amarta Karya (Persero) atau AMKA merupakan BUMN di bidang konstruksi yang telah ada sejak 1960. Cikal bakal AMKA merupakan perusahaan konstruksi baja dengan nama Robbe Linde & Co.

Pada 1962, perusahaan tersebut dinasionalisaikan menjadi PN Amarta Karya dan bergerak di sektor usaha yang sama. Selang satu dekade kemudian atau tepatnya pada 1972, PN Amarta Karya ditransformasikan menjadi Perusahaan Perseoran (Persero).

Transformasi itu membuat Amarta Karya berekspansi dengan meluaskan cakupan bisnisnya ke konstruksi bidang pekerjaan sipil, listrik, dan mekanik, tetapi tetap tidak meninggalkan konstruksi baja sebagai bisnis inti sejak pertama berdiri.

Hingga kini, Amarta Karya pun menambah lini bisnisnya menjadi manufaktur, EPC, infrastruktur, dan juga gedung. Beberapa proyek yang tengah ditangani oleh AMKA di antaranya adalah Rusun Pulo Jahe Jakarta Timur, SPAM Wae Mese II, Perpanjangan Dermaga Pelabuhan Teluk Lamong, Jalan Pelindo III Surabaya, Tangki Pertaminan Cilacap, Gedung Olahraga UNJ, PLT Peusangan Aceh, Bandara Pattimura Ambon, Jembatan Tol Sigli Aceh, dan masih banyak lainnya.

Baca Juga: Ternyata Ini Asal Mula Rencana Proyek Bukit Algoritma

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya