Banyak Karyawan Rela Resign jika Tidak Diberikan Fleksibilitas Bekerja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Fleksibilitas dalam bekerja telah menjadi keharusan yang diberikan oleh perusahaan pada masa pandemik COVID-19 saat ini. Karyawan pun banyak yang mengaku rela mengundurkan diri jika perusahaan tempat mereka bekerja tidak bisa memberikan hal tersebut.
Berdasarkan data dalam EY 2021 Work Reimagined Employee Survey yang dibuat oleh Ernst & Young (EY), 54 persen karyawan yang menjadi responden di Indonesia bisa mengundurkan diri alias resign apabila permintaan terkait fleksibilitas dalam bekerja tidak dapat dipenuhi.
Hal tersebut sejalan dengan 85 persen pekerja yang menuntut adanya fleksibilitas kerja pascapandemik, baik dalam hal lokasi maupun jam kerja.
"Untuk memenuhi tuntutan tersebut, perusahaan-perusahaan di Indonesia telah
mentransformasi sistem manajemen sumber daya manusia (SDM) mereka untuk mengakomodasi cara kerja yang lebih fleksibel," kata EY Indonesia People Advisory Services Leader, Lusi Lubis, dalam keterangan tertulisnya kepada IDN Times, Senin (19/7/2021).
1. Fleksibilitas dalam bekerja diyakini berdampak pada produktivitas perusahaan
Dengan semakin banyaknya perusahaan Indonesia yang bergerak menuju tempat kerja hibrida, 53 persen responden Indonesia percaya bahwa pengaturan tempat kerja yang fleksibel akan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Penyesuaian cara kerja untuk mengelola produktivitas lebih baik telah dialami responden selama pandemik.
Hal tersebut bervariasi meliputi 54 persen responden merasa perusahaan menetapkan waktu “bebas rapat/email”, 45 persen responden memanfaatkan
teknologi sebagai alat produktivitas, dan 46 persen menyisihkan waktu di kalender untuk pekerjaan individu/terfokus.
"Penting bagi perusahaan untuk menemukan keseimbangan antara pengaturan kerja di kantor dan jarak jauh dalam mencapai tujuan bisnis. Fleksibilitas kerja dan kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan akan memungkinkan karyawan menjadi lebih tangguh, mandiri, dan kreatif dalam bekerja," ujar Lusi.
Editor’s picks
Baca Juga: COVID-19 Bikin Orang Enggan Kerja Lagi dari Kantor
2. COVID-19 buat karyawan enggan bekerja full time dari kantor
Di sisi lain, survei EY juga menemukan bahwa pandemik COVID-19 membuat sebagian besar karyawan di Asia Tenggara (Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filipina) enggan kembali bekerja penuh waktu di kantor. Hanya 15 persen karyawan di Asia Tenggara yang disurvei memilih bekerja penuh waktu waktu atau full time di kantor.
Kemudian, survei tersebut juga menunjukkan bahwa sebanyak 32 persen karyawan lebih memilih bekerja dari mana saja. Sebanyak 29 persen karyawan memilih bekerja jarak jauh alias remote, dan sebanyak 23 persen karyawan menginginkan kerja hibrida atau kombinasi di kantor dan jarak jauh.
Baca Juga: COVID-19 Bikin Orang Enggan Kerja Lagi dari Kantor
3. Sebanyak 9 dari 10 karyawan inginkan fleksibilitas dalam bekerja
Survei tersebut juga menemukan fakta bahwa sembilan dari 10 karyawan menginginkan fleksibilitas dari segi tempat dan waktu bekerja. Tanpa adanya fleksibilitas, lebih dari setengahnya atau 60 persen bakal mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan mereka pascapandemik COVID-19.
Sementara itu, ketika diberikan pilihan di antara dua pekerjaan, preferensi responden terbagi secara rata, yakni 49 persen memilih fleksibilitas waktu bekerja dan 48 persen memilih fleksibilitas lokasi bekerja.
Baca Juga: 9 Cara Menata Ruang Kerja yang Nyaman Selama PPKM, WFH Makin Produktif