Radikalisme Sasar Anak Muda, Paling Banyak Lewat Medsos

NU dan Muhammadiyah perlu bertanggung jawab

Jakarta, IDN Times - Media sosial dinilai menjadi jembatan yang signifikan radikalisme terhadap anak muda. Hal itu diungkapkan Pengamat Intelijen dan Keamanan UI, Stanislaus Riyanta saat menanggapi kasus bom bunuh diri di Mapolresta Medan, Sumatera Utara, Rabu pagi (13/11). Menurut dia, tidak ada langkah spesifik untuk memblokir akun-akun radikal tersebut.

"Ini memang dilakukan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Beda dengan Al-Qaeda yang menyasar Amerika. Sekarang beda. Ini ciri khas ISIS," kata Riyanta dalam acara Mata Najwa di Trans7, Rabu malam.

1. Aksi terorisme sudah dapat diprediksi pascakematian Abu Bakar al-Baghdadi

Radikalisme Sasar Anak Muda, Paling Banyak Lewat Medsos(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Riyanta mengungkapkan, aksi terorisme sudah terprediksi pascakematian Abu Bakar al-Baghdadi. Terlepas bagian dari kelompok atau tunggal, kata Riyanta, ini berbahaya.

"Pelaku tunggal lebih bahaya karena tidak terdeteksi. Beda dengan kelompok yang bisa dipantau," ujarnya.

Baca Juga: 5 Istilah Terkait Radikalisme yang Perlu Kamu Tahu

2. NU dan Muhammadiyah perlu introspeksi

Radikalisme Sasar Anak Muda, Paling Banyak Lewat Medsosprofesi-unm.com

Menurut dia, organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, perlu introspeksi. Kedua, organisasi tersebut harus berdakwah sesuai perkembangan zaman. Dengan demikian, anak-anak muda tak mudah terpapar 'ustaz online' yang bertebaran di banyak media sosial.

"Ini juga introspeksi bagi NU dan Muhamadiyah harus mengambil tanggung jawab. Seolah kita menganggap ini baik baik saja, padahal ada api di dalam sekam," katanya.

3. Internet jadi salah satu sumber radikalisme

Radikalisme Sasar Anak Muda, Paling Banyak Lewat Medsosunsplash.com/taras shypka

Ketua PBNU Marsudi Syuhud menambahkan, banyak anak muda terperosok dalam radikalisme saat berselancar di dunia maya. Apalagi bagi mereka yang haus ilmu agama, namun tidak ada yang membimbing.

"Yang menarik di internet menurut mereka justru diambil. Ketika tertarik terhadap agama, ini mereka sedang kosong dan mencari tahu. Maka kita wajib mengeluarkan konten positif untuk 'counter' isu-isu ini," katanya.

Baca Juga: JK: Tak Mungkin Semua Masjid di Indonesia Terpapar Paham Radikalisme

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya