Jejak Dokter Terawan, Penemu Terapi Cuci Otak dan Sanksi dari IDI

Terapi cuci otak ala Terawan sempat menuai kontroversi

Jakarta, IDN Times - Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Mayjen dr Terawan Agus Putranto mendatangi Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10) sore. Ia menyusul sejumlah tokoh lain yang telah berdatangan ke Istana sejak Senin kemarin.

Kendati belum buka suara terkait kursi menteri yang ditawarkan Jokowi kepadanya, publik menduga Terawan akan menduduki pos menteri kesehatan sesuai latar belakangnya.

Terawan dikenal sebagai dokter berprestasi. Dia pernah menuai kontroversi di dunia medis gara-gara metode Digital Substraction Angiography (DSA) atau terapi cuci otak, yang berhasil dikembangkan olehnya. 

Baca Juga: Terpilih Jadi Menteri Kesehatan, dr. Terawan akan Mundur dari TNI 

1. Memperdalam ilmu radiologi hingga menyandang gelar doktor

Jejak Dokter Terawan, Penemu Terapi Cuci Otak dan Sanksi dari IDIKepala RSPAD Gatot Soebroto Mayjen TNI Terawan Agus Putranto. Foto dokumentasi RSPAD Gatot Subroto.

Terawan merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia mengabdi sebagai dokter TNI Angkatan Darat. Namanya mulai dikenal setelah mempraktikkan metode terapi cuci otak untuk menyembuhkan penderita stroke.

Pria kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini memperdalam ilmu kedokteran dengan mengambil Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Ia dinyatakan lulus pada usia 40 tahun. Tak berhenti di sana, Terawan menempuh program doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar dan lulus pada 2013.

2. Metode terapi cuci otak menuai kontroversi

Jejak Dokter Terawan, Penemu Terapi Cuci Otak dan Sanksi dari IDIantaranews.com

Metode terapi cuci otak (brain flushing) dituangkan dalam disertasinya berjudul “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".

Disertasi tersebut ia sertakan dalam studi doktoralnya di Universitas Hasanuddin. Metode tersebut menuai pro dan kontra di kalangan praktisi dan akademisi kedokteran.
Dalam pembuktiannya, Terawan berhasil menyembuhkan pasien stroke selang 4-5 jam usai operasi. Metode pengobatan tersebut bahkan diterapkan di Jerman dengan nama paten 'Terawan Theory'.

3. Diangkat jadi Kepala RSPAD

Jejak Dokter Terawan, Penemu Terapi Cuci Otak dan Sanksi dari IDIIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Terawan lantas diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto pada 2015. Atas pengabdiannya, Terawan mendapatkan sejumlah penghargaan. Di antaranya penghargaan Hendropriyono Strategic Consulting (HSC) dan dua rekor MURI sekaligus sebagai penemu terapi cuci otak dan penerapan program Digital Substraction Angiogram (DSA) terbanyak.

Sebelumnya, Terawan sempat menjadi Tim Dokter Kepresidenan pada 2009. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia, dan Ketua World International Committee of Military Medicine, serta Ketua ASEAN Association of Radiology.

4. Sempat dijatuhi sanksi kode etik oleh IDI

Jejak Dokter Terawan, Penemu Terapi Cuci Otak dan Sanksi dari IDIIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Di tengah kepopulerannya, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sempat melayangkan surat keputusan sanksi etik kepada Terawan pada 23 Maret 2018.

Sanksi tersebut berupa pemecatan sementara selama 12 bulan dari keanggotaan IDI dan pencabutan rekomendasi izin praktik. Namun, PB IDI kemudian memutuskan menunda sanksi etik tersebut hingga mengetahui hasil uji klinik oleh tim Health Technology Assesement (HTA) Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya