Target Pertumbuhan Ekonomi Meleset, Ini Catatan untuk Jokowi Jilid 2

Bagaimana agar bisa mencapai ekonomi 5,3 persen?

Jakarta, IDN Times – Ekonomi Indonesia tumbuh 5,07 pada triwulan I 2019. Meski ada peningkatan 0,1 persen dibanding tahun sebelumnya, capaian ini dinilai perlu menjadi catatan sekaligus koreksi bagi pemerintah.

Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) memberikan 5 catatan bagi pertumbuhan ekonomi 5,07 persen ini, sekaligus cara agar target pertumbuhan 5,3 persen bisa dicapai pemerintah. Apa saja?

1. Pertumbuhan ekonomi tertahan di 4 sektor

Target Pertumbuhan Ekonomi Meleset, Ini Catatan untuk Jokowi Jilid 2IDN Times/Uni Lubis

Indef mencatat sepanjang triwulan I 2019 beberapa sektor ekonomi mengalami penurunan kinerja pertumbuhan yaitu sektor pertanian Industri pengolahan transportasi, serta konstruksi.

“Sektor pertanian turun drastis, bahkan lebih buruk dari sebelumnya, khususnya tanaman pangan untuk harga gabah. Sektor transportasi melemah, terutama akibat turunnya kinerja transportasi udara. Penyebabnya karena harga tiket pesawat yang meningkat drastis sejak January 2019,” kata Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad pada acara diskusi di Jakarta, Rabu (8/5).

Baca Juga: Indef: Kondisi Politik Tidak Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

2. Investasi melambat, ekspor negatif

Target Pertumbuhan Ekonomi Meleset, Ini Catatan untuk Jokowi Jilid 2IDN Times/Uni Lubis

Dari sisi produk domestik bruto (PDB) pengeluaran, dua sektor yang diharapkan dapat menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi, justru sama-sama mengalami perlambatan. Pertumbuhan sektor investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan I 2019 turun -5,74 persen dibanding triwulan sebelumnya, meskipun secara tahunan masih tumbuh 5,03 persen dibanding triwulan I 2018.

“Investasi mengalami penurunan terutama pada investasi kendaraan dan peralatan lainnya. Sehingga permintaan mobil kelas menengah turun. Produksi mobil juga turun,” papar Tauhid.

Sedangkan laju pertumbuhan ekspor juga turun -7,04 persen dibanding triwulan sebelumnya, dan -2,08 persen dibanding triwulan 12018.

 “Ekspor baik migas atau non migas tumbuh negatif seiring perlambatan perekonomian global yang berimbas pada lesunya permintaan dari mitra dagang utama Indonesia,”

3. Indonesia yang Jawasentris

Target Pertumbuhan Ekonomi Meleset, Ini Catatan untuk Jokowi Jilid 2IDN Times/Uni Lubis

Porsi PDB yang dikontribusikan oleh Pulau Jawa pada triwulan I 2019 sebesar 59,03 persen, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I 2018 sebesar 58,67 persen. Dominasi Pulau Jawa yang masih susah untuk digeser oleh pulau lain menggambarkan bahwa perekonomian masih Jawasentris.

“Jadi kita belum berhasil. Pemerataan pembangunan belum berhasil. Ketergantungan investasi untuk Maluku dan Papua. Harus ada skenario berkaitan multiplier effect pertumbuhan ekonomi untuk daerah. Bukan saja pusat investasi dan pelayanan tapi juga secara ekonomi,” jelas Tauhid.

4. Nilai tukar petani menurun

Target Pertumbuhan Ekonomi Meleset, Ini Catatan untuk Jokowi Jilid 2IDN Times/Uni Lubis

Penurunan laju sektor pertanian pada triwulan I 2019 berimbas pada Nilai Tukar Petani (NTP) yang cenderung turun. Tren Nilai Tukar Petani menurun dari Januari sampai April 2019. Hal ini disebabkan harga jual hasil produksi pertanian yang diterima petani turun karena panen raya.

“Hal ini juga menunjukkan daya beli petani menurun karena harga produk pertanian di tingkat petani lebih rendah daripada harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani.,” kata Tauhid.

Menurunnya NTP mencerminkan rente ekonomi tidak dinikmati oleh petani tetapi aktor lain di rantai nilai (value chain) komoditas pertanian.

Baca Juga: 4 Sektor Ini Jadi Dalang Ekonomi Indonesia 2019 Tidak Capai Target 

5. Mempertahankan daya beli masyarakat

Target Pertumbuhan Ekonomi Meleset, Ini Catatan untuk Jokowi Jilid 2IDN Times/Uni Lubis

Karena perlambatan ekspor dan investasi, pertumbuhan ekonomi semakin bertumpu pada sektor konsumsi rumah tangga, yang pada triwulan I porsinya mencapai 56,82 persen dengan laju pertumbuhan 5,01 persen year on year. Agar laju konsumsi rumah tangga tetap stabil diperlukan upaya pengendalian inflasi secara maksimal oleh pemerintah.

“Tanda-tanda lonjakan harga sudah dimulai sejak bulan April ini seiring momentum puasa dan lebaran. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan upaya-upaya pengendalian inflasi agar daya beli masyarakat dapat stabil, sehingga konsumsi rumah tangga tidak mengalami stagnansi,” jelas Tauhid.

Sebagai catatan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada April 2019, antara lain bawang merah, bawang putih, cabai merah, tarif kontrak rumah, tarif angkutan udara, telur ayam ras, tomat sayur, melon, tomat, cabai rawit, rokok kretek filter, tarif sewa rumah, dan mobil. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain: beras, tarif listrik. daging ayam ras, dan ikan segar.

Baca Juga: Indef: Kondisi Politik Tidak Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Topik:

  • Anata Siregar
  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya