Ubah Air Laut dan Limbah jadi Bersih, KTI Fokus Digitalisasi

KTI berupaya menghadapi ancaman krisis air bersih

Bandung, IDN Times – Teknologi sejatinya digunakan untuk mempermudah berbagai urusan, mulai dari yang bersifat pribadi, mau pun yang bersifat usaha. Pada pengelolaan kawasan industri, teknologi juga dimanfaatkan untuk menunjang pemanfaatan air laut dan air limbah menjadi air bersih untuk digunakan dalam kepentingan usaha.

Salah satu perusahaan yang menggunakan metode itu ialah PT Krakatau Tirta Industri (KTI), anak perusahaan dari PT Krakatau Steel. Perusahaan yang bertugas untuk menyediakan air khususnya untuk industri ini, memang bercita-cita menjadi perusahaan digital yang juga ramah lingkungan.

Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Alugoro Mulyo Wahyudi mengatakan, teknologi yang diterapkan PT KTI selama ini adalah mengolah air laut menjadi air bersih. Selain itu, PT KTI juga mengolah limbah air dari industri untuk bisa digunakan lagi.

1. Teknologi menggunakan membran dari Amerika

Ubah Air Laut dan Limbah jadi Bersih, KTI Fokus DigitalisasiPT KTI ubah air laut jadi air bersih (IDN Times/Istimewa)

Alugoro mengatakan, teknologi pengolahan air tersebut berasal dari Amerika. Dengan begitu, ia mengatakan bahwa tim KTI ke depannya akan lebih banyak belajar di Negeri Paman Sam.

“Teknlologi untuk mengolah kembali limbah air industri sehingga bisa digunakan lagi menggunakan membran yang berasal dari Amerika Serikat. Karena itu, dalam waktu dekat kami akan berangkat ke Amerika untuk mempelajari teknologi membran,” tutur dia, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Selasa (27/9/2022).

Teknologi, kata dia, terus berevolusi hingga segala sesuatnya saat ini dimudahkan dengan adanya proses digitalisasi. “Kami ingin PT KTI ini menjadi perusaahan digital dan bukan flinstone company,” kata Alugoro.

2. KTI ingin memperluas jaringan air bersih

Ubah Air Laut dan Limbah jadi Bersih, KTI Fokus DigitalisasiIlustrasi droping air bersih. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Alugoro menambahkan, PT KTI saat ini masih fokus menyediakan air untuk sektor industri. Namun, PT KTI juga melakukan program corporate social responsibility (CSR) dengan menyalurkan air bersih kepada masyarakat melalui PDAM.

“Kami memberikan air gratis melalui PDAM yaitu 140 liter per detik. Kami juga menjual murah air ke PDAM sebanyak 100 liter per detik. Artinya, kami memberikan suplai air ke PDAM hampir 250 liter per detik. Ini sudah dilakukan sejak 10-15 tahun lalu,” kata Alugoro.

Berdasarkan riset WHO dan LIPI, pada 2040 dunia akan langka air bersih karena sejumlah faktor antara lain kerusakan lingkungan dan alih fungsi daerah serapan air menjadi perumahan, pabrik, dan lain-lain.

3. Akan minta pemerintah untuk bangun pipa saluran air

Ubah Air Laut dan Limbah jadi Bersih, KTI Fokus DigitalisasiDokumentasi pribadi

Ke depannya, kata Alugoro, PT KTI ingin mengajukan kepada pemerintah untuk membangun pipa yang bisa menyalurkan air dari Bendungan Sindangheula di Serang ke masyarakat dan industri.

“Ada dua sungai di Serang ini pertama Cidanau yang jaraknya 24 km dari sini, dan Cipasauran yang jaraknya 40 km. Kami harus mengolah air baku tersebut menjadi air bersih,” ujarnya.

Dalam membuat air bersih, lanjut dia, tekanan juga harus dijaga tiga bar agar air bisa keluar dengan kencang. Selain itu, tingkat kebocoran juga harus ditekan.

“Di KTI, tingkat kebocoran air hanya 0,2 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tingkat kebocoran di PDAM yang mencapai 20-30 persen,” ujar Alugoro.

Baca Juga: Air Limbah Tak Terkelola, Krisis Air Bersih di Depan Mata 

Baca Juga: Selokan Mataram Ditutup, Warga Susukan Sleman Kekurangan Air Bersih

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya