Saat-saat Terakhir Maestro Lukis Jeihan Sukmantoro Sebelum Meninggal

Ia meninggalkan enam anak dan sebelas cucu

Bandung, IDN Times - Maestro lukis Indonesia, Jeihan Sukmantoro, berpulang di studionya yang terletak di Padasuka, Kota Bandung, setelah dirawat intens atas penyakit komplikasi. Kabar meninggal itu diketahui terlebih dahulu oleh putrinya, Vivi Arifiarum, yang menemani sang bapak hingga waktu-waktu terakhirnya pada Jumat (28/11) sekitar pukul 18.15 WIB.

Vivi bercerita, sejak pekan lalu sang bapak memang dilarikan ke rumah sakit setelah kondisinya melemah. Memang, dalam dua bulan terakhir, Jeihan harus dicuci darah rutin sepekan dua kali.

Setelah dirawat di rumah sakit, kondisi Jeihan mulai membaik. Kemudian, kata anak kelima daripada Jeihan, dia meminta minuman kesukaannya yakni kelapa muda. Setelah meminum kelapa muda, kondisi tubuh Jeihan kembali memburuk dan lagi-lagi harus dibawa ke Rumah Sakit Borromeus, Kota Bandung.

"Mulai saat itu bapak tidak berkomunikasi lagi dengan saya," tutur Vivi, saat ditemui IDN Times di rumah duka Studio Jeihan, Jumat (29/11).

Jeihan terakhir kali berada di RS Borromeus pada Selasa (26/11). Menurut Atasi Amin, sulung daripada Jeihan, hari itu badan bapaknya tak lagi bisa menerima bantuan medis.

"Semua ditolak, infus ditolak, memang sudah waktunya untuk pulang," kata Atasi, di tempat yang sama.

Sang bapak akhirnya meminta pulang ke studio dan keluarga mengabulkannya pada Rabu (27/11). "Memang dari sebulan terakhir almarhum ingin terus di studio," kata Atasi, yang menjadi pengurus Studio Jeihan di Jalan Padasuka, Kota Bandung, Jumat (29/11).

Menurut Muhammad Faisal Iconk, seniman didikan Jeihan yang telah dianggap sebagai putranya sendiri, Jeihan selalu berpikir positif sepanjang hidupnya, termasuk dalam urusan hari akhir.

"Dia tidak pernah berprasangka buruk. Dia tidak pernah menyalahkan apa pun, siapa pun, termasuk soal penyakit yang dideritanya. Dia sering bilang: mana mungkin Allah SWT main-main dengan kondisi umatnya" ujar seniman asal Papua yang dididik Jeihan sejak 1998 itu.

Kepulangan salah satu seniman lukis Indonesia terbaik itu menjadi kabar duka negeri ini. Ia telah membawa Indonesia ke seluruh dunia lewat karya-karyanya. Beberapa gedung Kedutaan Besar RI di luar negeri sana dihiasi oleh lukisannya. Bahkan, karyanya kini mejeng di markas besar Persatuan Bangsa-Bangsa di New York, AS, sebagai perwakilan lanskap Indonesia.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya