Perubahan Iklim Asia Tenggara Tak Bisa Diredam Tanpa Kolaborasi

Fairatmos dan BCG bikin laporan soal solusi perubahan iklim

Bandung, IDN Times - Fairatmos, perusahaan teknologi iklim dan Boston Consulting Group (BCG) baru saja merilis laporan berjudul "Climate Technology: Southeast Asia's Role in Combating Climate Change". Laporan ini cukup penting, utamanya dalam mengungkapkan peluang signifikan yang ditawarkan oleh solusi berbasis alam (Nature-Based Solutions/NbS) di tengah berbagai tantangan di Asia Tenggara.

Laporan yang diluncurkan di Indonesia Future of Climate Summit 2023 ini mengungkapkan wawasan kritis tentang potensi yang belum dimanfaatkan dari Asia Tenggara dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui adopsi solusi berbasis alam.

Solusi-solusi ini mencakup beragam inisiatif, termasuk reboisasi, penanaman hutan, restorasi lahan basah, dan pertanian berkelanjutan, yang semuanya berkontribusi pada penyimpanan karbon dan konservasi biodiversitas.

1. Perubahan iklim hanya bisa diatasi oleh kolaborasi

Perubahan Iklim Asia Tenggara Tak Bisa Diredam Tanpa KolaborasiPerubahan Iklim Asia Tenggara Tak Bisa Diredam Tanpa Kolaborasi (IDN Times/istimewa)

Laporan ini menyoroti berbagai tantangan di seluruh rantai nilai yang menghambat adopsi luas proyek NbS di Asia Tenggara.

Masalah terkait transparansi proyek, visibilitas permintaan, dan jaminan kualitas diidentifikasi sebagai hambatan yang harus diatasi secara kolaboratif untuk membuka potensi penuh wilayah ini dalam menghadapi perubahan iklim.

Yulius Yulius, Managing Director dan Senior Partner dari BCG mengatakan jika mengatasi perubahan iklim adalah usaha yang signifikan, yang keberhasilannya akan tidak mungkin dicapai tanpa kolaborasi.

“Agar kemajuan dapat dicapai dalam mempercepat penerapan solusi berbasis alam dan teknologi iklim, yang kita perlukan dengan mendesak sekarang adalah tindakan kolektif dari para penyedia teknologi, pemimpin industri, pihak keuangan, pemerintah, dan regulator.” Kata Yulius, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Kamis (10/8/2023).

2. Masa depan lingkungan ada dalam bahaya

Perubahan Iklim Asia Tenggara Tak Bisa Diredam Tanpa Kolaborasiilustrasi gambar oleh Angèle Kamp @angelekamp

Yulius melanutkan, masa depan lingkungan ada dalam bahaya, di mana setiap penundaan dalam menghadirkan solusi akan berdampak sangat buruk bagi generasi mendatang.

Pencarian solusi itu juga telah menjadi fokus Fairatmos di mana memiliki misi menciptakan lingkungan bisnis, manusia, serta lingkungan yang dapat hidup berdampingan.

“Potensi Asia Tenggara sungguh melimpah dalam menghadapi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam. Sebagai perusahaan teknologi iklim pionir di Asia Tenggara, kami tergerak oleh visi bersama dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam solusi-solusi yang memberikan manfaat lingkungan dan sosial yang nyata,” ujar Natalia Rialucky, CEO Fairatmos, dalam siaran pers yang sama.

3. Laporan telah dipaparkan lewat Indonesia Future of Climate Summit 2023

Perubahan Iklim Asia Tenggara Tak Bisa Diredam Tanpa KolaborasiIlustrasi protes (unsplash.com/Markus Spiske)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, laporan itu telah dipaparkan di Indonesia Future of Climate Summit 2023, acara bertema teknologi iklim pertama yang ramah karbon di Indonesia.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Fairatmos, Yayasan Paloma Sjahrir, dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), di Hotel Dharmawangsa Jakarta.

Indonesia Future of Climate Summit 2023 menghadirkan pemimpin, inovator, pembuat kebijakan, ahli industri, dan pemangku kepentingan dari berbagai sektor di Asia Tenggara untuk mengeksplorasi strategi inovatif dalam mengatasi tantangan ini dan mempercepat adopsi solusi berbasis alam.

Laporan "Climate Technology in Southeast Asia: Key to Unlocking the World’s Carbon Sink" sendiri dapat diunduh melalui website Fairatmos dan BCG.

Baca Juga: Bahas Perubahan Iklim, Indonesia Future of Climate Summit 2023 Digelar

Baca Juga: Ini Dampak Perubahan Iklim pada Perempuan dan Laki-Laki 

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya