Laut Indonesia Penuh Plastik, Saatnya Pakai Produk Ramah Lingkungan?

Sejauh mana kita sadar pentingnya produk ramah lingkungan?

Bandung, IDN Times - Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Intan Suci Nurhati mengungkapkan fakta yang bisa bikin tercengang. Ia mengatakan bahwa polusi laut didominasi oleh sampah berbahan plastik—yang artinya manusia adalah penyebab utama dari fenomena ini.

Tak hanya itu, menurut Intan, Indonesia berada di peringkat nomor dua dalam urusan menyumbang sampah plastik bagi laut. Maka itu, “Penting bagi kita untuk berkaca apa yang terjadi di sekitar," kata Intan, dalam rilis pers berjudul “Cantik dan Ramah Lingkungan, Mungkinkah?” yang diterima IDN Times, Kamis (29/7/2021).

Misi menyelamatkan laut dan ekosistemnya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan industri, melainkan juga masyarakat secara luas. Bagaimana kondisi ini bisa ditanggulangi?

1. Pelaku industri semestinya aktif menggunakan bahan ramah lingkungan

Laut Indonesia Penuh Plastik, Saatnya Pakai Produk Ramah Lingkungan?ilustrasi gambar oleh Angèle Kamp @angelekamp

Menurut data LIPI yang Intan kantongi, saban harinya terdapat 8,3 ton plastik mengalir ke Teluk Jakarta. Jika dilihat, plastik merupakan sampah dengan persentase tertinggi dibanding sampah kayu dan materi lainnya. Hal itu menunjukkan perlunya intervensi baik kerjasama swasta maupun masyarakat.

"Selain sampah plastik yang mencemari laut, ada sunscreen yang membunuh terumbu karang. Sunscreen berdampak ke karang dan lumba-lumba, itu tidak terpikir. Ingin melindungi dari matahari malah terdampak ke lumba-lumba," ujar Intan.

Maka itu, kepada para pemangku kepentingan industri, Intan meminta agar aktif menggunakan bahan alternatif lain yang ramah lingkungan dan dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati laut. Contohnya, kata dia, ialah teripang dan alga.

"Kita tetap cantik sehat dan ramah lingkungan. Be responsible consumer," kata dia.

2. Clean and responsible menjadi konsep yang harus dipertimbangkan

Laut Indonesia Penuh Plastik, Saatnya Pakai Produk Ramah Lingkungan?Ilustrasi membeli produk ramah lingkungan (unsplash.com/Imants Kaziļuns)

Setali tiga uang, Aktivis Lingkungan Vanessa Budihardja Barus sepakat dengan hal itu. Ia menuturkan keprihatinan sampah plastik yang memenuhi Pantai Kuta pada Januari hingga Maret setiap tahunnya.

"Pantai Kuta heboh tertutup plastik, saya sedih. Januari sampai Maret enggak bisa jalan di Legian karena tertutup. Tiap tahun arus datang ke pantai itu," kata dia.

Kejadian tersebut membuat Vanessa memperhatikan berbagai produk yang digunakan. Ia memprioritaskan produk yang alami, sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

"Banyak konsumen lebih melek mengenai clean dan sustainable beauty. Karena info di sosial media, banyak konsumen memilih produk ramah lingkungan karena refleksi personality. Jika saya pilih, pilihan clean and responsible,” kata dia, dalam rilis yang sama.

3. Apakah masyarakat sudah sadar untuk selamatkan lingkungan yang tercemar?

Laut Indonesia Penuh Plastik, Saatnya Pakai Produk Ramah Lingkungan?Pexels.com/Mehrad Vosoughi

Namun, masalahnya, apakah seluruh masyarakat sadar dan seperti Vanessa: mempertimbangkan untuk membeli produk ramah lingkungan?

Menurut laporan Nielsen berjudul Sustainable Shoppers: Buy the Change They Wish to See in the World, terdapat 81 persen konsumen menghendaki kontribusi perusahaan untuk memperbaiki kondisi lingkungan sekitar.

Kesadaran konsumen terhadap tanggung jawab lingkungan ini terjadi terutama di kalangan anak muda seperti milenial (85 persen) dan gen Z (80 persen).

Lebih dari 73 persen konsumen bahkan mengatakan siap beralih ke produk-produk yang lebih ramah lingkungan, dan 41 persen menyatakan lebih memilih produk-produk berbahan alami dan organik.

4. Ketika swasta mulai berpikir menggunakan bahan ramah lingkungan

Laut Indonesia Penuh Plastik, Saatnya Pakai Produk Ramah Lingkungan?pixabay

Kesadaran akan produk ramah lingkungan juga telah lama menjadi kampanye Garnier Indonesia. Brand General Manager Garnier Indonesia, Pandu Brodjonegoro mengatakan, perusahaannya yang berstatus sebagai produsen kecantikan internasional sangat memperhatikan dampak lingkungan.

"Kami memiliki tanggung jawab ke masyarakat dengan kampanye one green step. Kampanye pengejawantahan dari langkah kecil hijau yang bisa dilakukan seluruh elemen masyarakat agar berkontribusi terhadap lingkungan hijau," kata Pandu, dalam rilis pers yang sama.

Melalui kampanye one green step sebagai komitmen untuk green beauty, perusahaannya berkomitmen pada lima elemen, di antaranya ialah more solidarity sourcing untuk bahan baku yang ramah lingkungan.

Tak hanya itu, ada pula approved by cruelty free international dengan tidak menggunakan binatang sebagai uji coba.  "Sehingga kami adalah brand halal dari MUI karena lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan," ujar Pandu.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya