Ketika Berita Hoaks Menghambat Target Vaksinasi di Indonesia

Aduh, betapa melanturnya hoax tentang chip dalam vaksin

Bandung, IDN Times – Berbagai berita bohong alias hoaks beredar di Indonesia selama pandemik COVID-19 melanda. Salah satunya ialah hoaks tentang adanya chip yang ditanamkan dalam tubuh masyarakat lewat vaksin yang disuntikkan.

Menanggapi kabar tersebut, dr. Ursula Penny Putrikrislia, Presiden Direktur Rumah Sakit Harapan Sehat Bumiayu, Brebes, hanya bisa geleng-geleng kepala. Menurut dia, secara logika tidak mungkin ada chip yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh manusia lewat jarum suntik.

Persepsi itu, kata dia, bisa membuat vaksinasi massal terhadap masyarakat Indonesia terhambat. Jika sudah demikian, maka herd immunity alias kekebalan kelompok pun semakin sulit dikejar. Tak hanya itu, lambatnya mengejar target vaksinasi bisa membuat COVID-19 semakin leluasa untuk bermutasi.

“Hoax seperti ini jika kita percaya maka hasilnya seperti hari ini. Target vaksin 70 persen pada Januari, ini yang sudah vaksin dua kali baru dua persen. Ini sudah bulan Juli, tujuh bulan berlalu. Hoaks seperti ini harus singkirkan, karena kita kejar-kejaranan sama target,” kata Penny, dalam sesi Bincang Media bersama Indra Rudiansyah & dr. Ursula Penny Putrikrislia dengan tema “ Fakta Seputar Vaksin dan Upaya Menuju Kekebalan Komunal”, Kamis (29/7/2021).

1. Logikanya, chip tak akan dapat melintasi kecilnya lubang jarum suntik

Ketika Berita Hoaks Menghambat Target Vaksinasi di Indonesia(Ilustrasi) antrean untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Memang, hoaks terkait chip yang ditanamkan pada manusia lewat vaksinasi adalah kabar bohong lama, karena setidaknya sudah tersiar sejak Januari 2021. Namun tetap saja, kabar hoaks tersebut dapat membuat masyarakat kebingungan.

Penny mengatakan bahwa ia tak habis pikir dengan berita bohong itu. “Chip itu, maksdunya, apakah kita sepenting itu untuk disadap?” ujarnya.

Ia menjelaskan jika lubang daripada jarum suntik itu hanya muat 1 cc cairan. Dan, cairan vaksin yang masuk ke tubuh manusia paling tidak hanya 0,5 cc saja.

“Jadi, chip ini benda cair atau padat? Kalau pun benda cair, itu akan masuk ke dalam otot. Lalu, chip ini akan ditanam di mana? Maka itu, kabar ini jelas berita palsu, hoaks,” tutur Penny.

2. Merujuk sejarah umat manusia, vaksinasi adalah cara paling efektif lawan COVID-19

Ketika Berita Hoaks Menghambat Target Vaksinasi di Indonesiailustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Vaksinasi, kata Penny, adalah cara paling efektif untuk berperang melawan COVID-19. Selain telah dibuktikan oleh berbagai penelitian, anggapan ini dibuktikan pula oleh sejarah umat manusia dalam melawan berbagai jenis penyakit yang datang.

Ia mencontohkan, ketika wabah cacar air menyerang manusia untuk pertama kalinya, solusi dari kondisi tersebut ialah vaksinasi. Dahulu kala, cacar air dapat membuat manusia demam tinggi yang berujung kepada kematian.

“Mungkin cacar air dulu bisa kena beberapa kali dalam seumur hidup. Setelah vaksin, maka cacar itu maksimal sekali,” ujar Alumni Beswan Djarum ini.

Namun, cacar air adalah jenis penyakit yang mana tubuh kita dapat mengingat karakternya seumur hidup. Maka itu, jarang sekali ada manusia saat ini yang terkena cacar air lebih dari satu kali.

Berbeda dengan COVID-19, di mana tubuh manusia tak punya kemampuan untuk dapat mengingatnya seumur hidup. Karena alasan itu, lanjut Penny, saat ini masyarakat dunia tengah berlomba-lomba mendapatkan vaksinasi agar COVID-19 tidak terus bermutasi menjadi varian baru.

3. Tidak mungkin ada chip, dalam kandungan vaksin

Ketika Berita Hoaks Menghambat Target Vaksinasi di IndonesiaIlustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Setali tiga uang, peneliti vaksin Astrazeneca asal Indonesia Indra Rudiansyah mengatakan bahwa berita bohong memang dapat menghambat target herd immunity. Maka itu, melawan hoaks adalah tugas masyarakat yang mengetahui kebenaran akan pentingnya vaksinasi.

“Kita gak bisa melupakan masyarakat yang belum paham, masih ragu takut divaksin karena efek sampingnya. Inilah masyarakat yang harus dilindungi dari berita-berita yang menyesatkan,” tutur Indra, dalam acara yang sama.

Karena ikut langsung dalam mengembangkan vaksin Astrazeneca, Indra tahu betul bahwa tidak mungkin ada chip yang ditanamkan dalam tubuh manusia lewat proses vaksinasi. Menurut dia, ada beberapa komponen yang terdapat dari tiap dosis vaksin Astrazeneca.

“Bahan baku utama vaksin Astrazeneca ialah virus yang sudah dimatikan, atau bagian dari protein virus. Selain komponen-komponen itu, ada juga komponen lainnya larutan yang bisa menstabilkan protein agar tak mudah hancur, larutan untuk menstabilkan cairan tubuh, dan lain-lain,” kata Indra, yang juga Alumni Beswan Djarum.

Baca Juga: Potret Limbah Medis Vaksinasi Berserakan di Lokasi Vaksinasi di Banten

Baca Juga: Dalai Lama Vaksinasi COVID-19, Imbau Lainnya untuk Vaksinasi

Baca Juga: Influencer Klaim Dapat Vaksin Dosis Ketiga, DPRD DKI: Itu Hoaks!

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya