Kembangkan Ammonia, Pupuk Indonesia Perlu Kolaborasi Lintas Sektor

Bandung, IDN Times - PT Pupuk Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon pada 2030 sebesar 4,8 juta ton CO2. Pada 2060, target ambisus itu diharapkan berkurang menjadi 20 juta ton CO2.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, untuk mencapai target tersebut salah satu peta jalan yang dilakukan oleh Pupuk Indonesia adalah mengembangkan ammonia bersih.
Ammonia adalah senyawa kimia yang dapat menjadi sumber energi bersih masa depan sekaligus sebagai media untuk mengangkut hidrogen atau hydrogen carrier.
“Kami melakukan kolaborasi dengan sejumlah pihak dalam pengembangan ammonia biru dan hijau. Salah satunya dengan Mitsubishi dan TOYO dari Jepang.”
“Kami membangun pabrik ammonia di Lhokseumae, Nangroe Aceh Darussalam. Target berikutnya adalah membangun pabrik di Bontang,” kata Bakir, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Rabu (12/4/2023).
1. Indonesia dinilai punya titik kuat untuk masuk ke bisnis memasok ammonia
Executive Officer/Division Director of Solution Business Toyo Engineering Corp, Eiji Sakata mengatakan, perusahaannya siap membantu Pupuk Indonesia dan pemerintah Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih.
Hal itu tercermin melalui kerjasama PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Toyo Engineering Corp, di mana kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kajian bersama pembangunan pabrik Green Ammonia di Indonesia.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) tentang Joint Development Pupuk Iskandar Muda (PIM) 2 Hybrid Green Ammonia.
“Indonesia memiliki titik kuat untuk masuk ke bisnis pemasok ammonia. Jadi sekarang saatnya transfer menjadi perusahaan energi berkelanjutan untuk seluruh perusahaan grup Indonesia,” kata dia, dalam siaran pers yang sama.
2. Kolaborator telah punya teknologi untuk mendukung pengembangan ammonia
Di sisi lain, Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto mengatakan, sejumlah rekan kerja Pupuk Indonesia dari Jepang seperti Toyo Engineering Corporation hingga Mitsui & Co Ltd, telah memiliki teknologi memadai untuk pengembangan ammonia.
“Jadi kami tahu bahwa ke depan pengembangan ammonia biru dan hijau membutuhkan lebih banyak investasi dibandingkan dengan ammonia abu-abu yang ada,” kata dia.
Nugroho menjelaskan, kolaborasi bersama pelaku industri dengan cara saling bertukar produk juga dapat mengatasi kebutuhan bersama. Seperti di Pupuk Indonesia, misalnya, ammonia dapat digunakan sebagai bahan bakar batu bara atau untuk boiler batu bara di PLN.
Ia mengatakan, ammonia akan menjadi salah satu sumber energi di masa depan dan tidak akan hanya dikonsumsi industri, tapi lintas sektor.
“Jadi kita perlu kolaborasi tentunya, tidak hanya antarindustri. Kami membutuhkan kerja sama juga dengan pemerintah sendiri karena tidak dapat dilakukan jika tidak ada kerangka peraturan yang mendukung kegiatan tersebut,” ujarnya.
3. Pupuk Indonesia cukup berpengalaman dalam urusan ammonia
Sementara itu Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal mengatakan, perusahaannya memiliki pengalaman panjang dalam bisnis ammonia, yakni sejak 1950. Pupuk Indonesia membangun pabrik ammonia pertama di Palembang, Sumatera Selatan.
“Saya harus mengatakan, kami (Pupuk Indonesia) adalah pemain yang kuat dalam pasar ammonia,” ujar Gusrizal.
Menurutnya, saat ini Pupuk Indonesia memproduksi sekitar 7 juta ton ammonia per tahun, dengan sebagian besar bahan bakunya adalah urea dan nitrogen, phosphat, kalium (NPK).
Pupuk Indonesia masih punya sekitar 1 juta ton per tahun yang dijual langsung ke pengguna atau pembeli akhir. Selain itu, Pupuk Indonesia ingin menjadikan Indonesia sebagai hub dari pasar ammonia dunia.
Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan, di antaranya ialah membangun sumber daya manusia (SDM). “Penguatan SDM perlu selaras dengan pengembangan infrastruktur,” kata dia.
Selain itu, lanjut Gusrizal, Pupuk Indonesia juga perlu dukungan pemerintah berupa insentif. Pasalnya, pengembangan ammonia bersih merupakan bentuk dukungan Pupuk Indonesia terhadap program transisi energi dari pemerintah untuk menuju Net Zero Emission di 2060.
"Kami sudah berbicara tentang insentif subsidi karena ini adalah produk baru jadi kami membutuhkan dukungan dari pemerintah. Ini adalah kunci dari kesuksesan ini," tuturnya.
4. Pemerintah klaim telah dukung keputusan Pupuk Indonesia
Subkoordinator Penyiapan Program Pemanfaatan Migas Kementerian ESDM Syarifudin Setiawan mengungkapkan, pemerintah mendukung penuh kegiatan pengembangan energi terbarukan seperti ammonia hijau dan biru guna mencapai nol emisi.
“Kalau boleh saya katakan, pemerintah kita berkomitmen penuh untuk mendukung program ini, untuk mencapai nol emisi. Jadi dari manajemen puncak pemerintah, kami juga sudah memiliki beberapa arahan untuk mendukung kegiatan ini kepada semua pemangku kepentingan,” kata Syarifudin.
Kata Syarifudin, dukungan yang diberikan oleh pemerintah adalah dalam hal regulasi, terkait ammonia dan energi terbarukan.
“Dalam hal regulasi, mengenai potensi program nol emisi melalui ammonia, dan energi terbarukan yang sangat melimpah di Indonesia,” ujar Syarifudin.
Baca Juga: Kementerian BUMN Dorong Pupuk Indonesia Kembangkan Amonia
Baca Juga: Gandeng Korsel, PLN Kembangkan PLTU Berbahan Bakar Amonia