Survei: 69 Persen Warga Ragu-ragu Hingga Menolak Divaksin Sinovac
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Koalisi Warga laporcovid19.org menggelar survei vaksinasi COVID-19 pada 22 September sampai 3 Oktober 2020. Survei yang melibatkan 2.109 responden ini untuk mengetahui pemahaman dan keyakinan publik terhadap vaksin dan obat yang saat ini sedang dipersiapkan untuk melawan COVID-19.
Hasilnya, "mayoritas responden cukup khawatir terhadap pandemik dan COVID-19 ini berdampak buruk, namun sayangnya sebagian besar masih ragu-ragu untuk menerima vaksin dan juga obat yang sedang disiapkan," ujar Koordinator laporcovid19.org, Irma Hidayana, dalam diskusi virtual, Rabu (4/11/2020).
Baca Juga: Luhut: Vaksinasi COVID-19 Mulai Minggu Ketiga Desember 2020
1. Sebanyak 69 persen responden ragu-ragu hingga tidak bersedia menerima vaksin Bio Farma-Sinovac
Berdasarkan hasil survei, sebanyak 69 persen responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia menerima vaksin Bio Farma-Sinovac apabila mereka terinfeksi COVID-19.
Sementara, 23 persen masyarakat menyatakan bersedia menerima vaksin Sinovac jika terinfeksi COVID-19. Sisanya, tak memberikan jawaban.
Kemudian, sebanyak 70 persen responden ragu-ragu hingga tidak bersedia mengonsumsi obat COVID-19 yang dibuat Universitas Airlangga apabila terinfeksi COVID-19.
2. Lebih banyak yang ragu-ragu menerima vaksin Sinovac daripada vaksin Merah Putih
Editor’s picks
Sementara itu, 56 persen responden ragu-ragu hingga tidak bersedia menerima vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan Eijkman. Sementara 35 persen menyatakan setuju dan sisanya tak menjawab.
"Ini artinya, lebih banyak yang ragu-ragu menerima vaksin Sinovac daripada vaksin Merah Putih," ungkapnya.
Menurut Irma, hal ini kemungkinan karena ada faktor nasionalisme karena vaksin Merah Putih diproduksi anak bangsa.
3. Pemerintah perlu meyakinkan masyarakat secara science
Berdasarkan hasil survei tersebut, Irma merekomendasikan agar pemerintah perlu meningkatkan tidak hanya komunikasi persiapan dan penyediaan, dan pembuatan vaksin, namun juga meyakinkan secara science.
"Hasil uji klinis yang disampaikan agar lebih meyakinkan masyarakat, memastikan semua prosedur pembuatan vaksin dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dan metodologi pembuatan vaksin yang berlaku," ujarnya.
Baca Juga: Warga Bogor Takut Suntik Vaksin Corona, Begini Siasat Bupati Ade Yasin