Kisah Rama, Mantan Pemulung yang Miliki 4 Panti Dhuafa untuk Lansia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nama Panti Dhuafa Lansia Ponorogo baru-baru ini viral karena kondisi panti yang menyediakan ranjang coran semen untuk lansia.
Panti Dhuafa Lansia diketahui merupakan tempat bernaung bagi lansia yang terlantar di jalanan atau emperan toko. Mereka yang tua dan terlunta akan dirawat oleh para sukarelawan di sana.
Kehidupan jalanan yang muram menjadi alasan bagi pemilik Panti Dhuafa Lansia, Rama, untuk melindungi mereka yang papa. Tidak hanya itu, panti tersebut dibuat untuk mengenang dan mengingat masa-masa Rama saat mencari uang dan terlantar.
"Dulu saya seperti mereka, pemulung dan dijauhi oleh orang-orang," ujar dia saat dihubungi IDN Times, Sabtu (23/11).
1. Rama, sang pemilik panti, pernah memulung dan hidup di jalanan
Rama menceritakan bahwa pada 1996 dia pernah menjadi anak jalanan. Pekerjaannya memulung. Dia bersama pemulung dan orang terlantar tidur di mana saja, termasuk di trotoar juga emperan toko.
"Saya pernah tidur di jalanan tanpa selimut, merasakan kelaparan, saatnya makan tidak bisa makan," terangnya.
Baca Juga: Potret Miris Panti Jompo di Ponorogo, Lansia Tidur di Atas Coran Semen
2. Hidup Rama berubah berkat batu akik. Usaha akik Rama kini punya omzet Rp486 juta
Kehidupan berbanding terbalik saat dia mulai mengenal akik. Tren akik yang booming kala itu mengerek kehidupan Rama. Bermodalkan Rp80 ribu dia mencari batu kaseldon untuk dibuat aksesoris.
Editor’s picks
"Saya membeli bongkahannya Rp80 ribu kemudian saya potong kecil-kecil buat aksesoris. Dari modal Rp80 ribu menjadi Rp4 juta," ujar dia.
Usahanya terus meroket, bahkan tidak tanggung-tanggung Rama bisa memperoleh omzet sampai Rp486 juta.
3. Panti dhuafa dan terlantar untuk mengenang masa sulit Rama
Kondisi tersebut tidak membuat Rama lupa masa lalunya. Dia mendirikan panti untuk orang-orang dhuafa dan lansia yang terlantar untuk dirawat. Awalnya, dia menjemput bola, semakin lama panti miliknya mendapat kiriman orang dhuafa dan terlantar dari polsek dan rumah sakit setempat.
"Banyak yang dibawa ke sini dalam kondisi sakit, jadi sudah banyak juga lansia yang meninggal," ucapnya
4. Biaya konsumsi penghuni panti capai Rp36 juta per bulan
Rama mengakui dalam satu bulan dia membutuhkan biaya Rp34 juta sampai Rp36 juta untuk konsumsi 80 penghuni panti. Dia mengungkapkan bisnis akiknya saat ini sudah turun sehingga untuk mencukupi kebutuhan panti, dia bisnis jual-beli daring, antar-jemput Tenaga Kerja Wanita yang kerja di Hong Kong, serta terima uluran dari donatur.
"Untuk makan ya tambal sulam dan arti utang tukang sayur dulu, mereka juga paham kok nanti kalau ada donatur baru saya bayar, itu masih biaya makan belum lain seperti pemakaman jika ada yang meninggal," bebernya.
Saat ini, Rama sudah melakukan MoU dengan empat Dinas Sosial, yaitu Dinsos Kabupaten Ponorogo, Magetan, Madiun, dan Trenggalek jika "menggaruk" lansia akan dikirim ke rumah singgah milik Rama.
Sekarang, Rama mengelola empat rumah lansia. Dua di Kabupaten Ponorogo, satu di Kabupaten Tulungagung, dan satu di Kabupaten Blitar.
Baca Juga: Pemilik Panti Jompo Ungkap Alasan Ranjang Coran Semen untuk Lansia