Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama Pandemik

#RamadanDiRumah Harus tetap standby di tengah ketidakpastian

Penyebaran virus corona membuat banyak maskapai menutup penerbangan untuk sementara waktu. Hal ini membuat kehidupan para awak penerbangan, termasuk pramugari, mengalami turbulensi.

Seperti seorang pramugari salah satu maskapai di Indonesia. Dina Zhafira (bukan nama sebenarnya), wanita asal Cilegon, 23 Mei 1996, mengalami perubahan aktivitas selama pandemik, khususnya ketika dunia penerbangan "mati suri."

Bagaimana kisahnya? Yuk, simak kisahnya berikut ini!

1. Bukan libur yang sesungguhnya karena harus tetap standby

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama Pandemikilustrasi pramugari (unsplash.com@arrahmanur)

Meski penerbangan ditutup, para pramugari gak bisa pulang ke rumah begitu saja. Mereka harus tetap standby di kos dan siap sedia ketika dibutuhkan terbang sewaktu-waktu.

"Gak libur sih, jatuhnya kita tuh kaya standby gitu, lho. Kalau standby, kita gak boleh bepergian jauh. Jadi suatu saat kalau harus terbang, kita sudah siap gitu,” kata Dina, sapaan akrabnya.

Wanita yang berdomisili Bali ini menyatakan sudah berdiam di kos sejak virus corona masuk ke Indonesia. Namun, ia sempat mengudara hingga akhir Maret. “Sudah sebulan lebih di kosan, Maret masih sempat terbang satu kali," katanya saat dihubungi IDN Times, pertengahan Mei lalu.

Ia juga melanjutkan belum ada kejelasan mengenai jadwal penerbangan selanjutnya. "Belum tahu. Kita kan keluar jadwal per bulan gitu, jadi masih belum tahu.”

2. Penerbangan kembali aktif, tapi bersyarat

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama PandemikIlustrasi pramugari harus tetap bekerja saat pandemik (unsplash.com@medion4you)

Meski maskapai tempatnya bekerja sudah kembali beroperasi, tetapi belum bisa berjalan nomrmal seperti sedia kala. Sebab, ada syarat tertentu bagi penumpang yang ingin bepergian.

"Penerbangan, sih sudah aktif sejak 7 Mei ya, cuma penerbangan bersyarat gitu untuk cargo. Kalau penumpang, harus ada surat-surat kesehatan, surat bepergian," katanya. 

Kata Dina, dia ikut penerbangan internasional saat virus corona sudah menyebar, tetapi jumlah penumpang lebih sedikit dari biasanya. "Kalau ke luar negeri, akhir bulan kemarin gue masih ada penerbangan, tanggal 18 Maret itu terbang ke Korea. Nganterin orang Korea dari Bali ke sana."

Nah, dari Dari Korea ke Bali, penumpang terdiri dari orang Indonesia semua. Jumlahnya sekitar 30 orang. "Gak ada orang Koreanya, kok," ujarnya.

3. Merasa insecure, tapi harus tetap profesional

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama PandemikIlustrasi penerbangan (unsplash.com@blakeguidry)

Tuntutan harus tetap profesional dalam melayani penumpang, meski di situasi sulit harus dilakukan dengan baik. Untungnya, Dina tak menjadikannya sebagai beban. Apalagi ia sempat melakukan penerbangan ke daerah epicentrum, di mana virus mematikan tersebut berasal. 

Insecure pasti, sih, cuma kalau kaya ketakutan banget, sih enggak ya. Kaya misal penerbangan pas Imlek itu, virus corona sudah di Wuhan, kan. Itu gue masih terbang ke Shanghai," tuturnya. "Ada juga penerbangan pulang pergi ke Tiongkok. Itu gue bawa penerbangan dari Bali mau balik ke Wuhan."

Meski virus corona membuat semua orang merasa insecure dan was-was, Dina harus tetap melayani penumpang dengan baik. "Insecure sih, yaudah kita yang penting pakai masker dan sarung tangan, kan. Tetap melayani dengan ramah," tutur alumni STIE Banten tersebut. 

4. Ada perubahan SOP terkait pelayanan selama pandemik

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama PandemikIlustrasi di dalam pesawat (unsplash.com@omarprestwich)

Pandemik virus corona membuat pelayanan industri penerbangan mengalami banyak penyesuaian. “Seperti harus jaga jarak, karena kita in touch sama penumpang," kata Dina.

Menurut Dina, SOP (Standard Operational Procedure) selama pandemik kemungkinan tak akan dilanjutkan setelah situasi normal. Ia meyakini selalu ada perubahan SOP tergantung situasi dan kondisi terkini.  

5. Bekerja di industri penerbangan memiliki jadwal yang gak menentu

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama Pandemikilustrasi bandara (unsplash.com@starocker)
dm-player

Sebagai pramugari, jadwal terbang yang gak menentu sudah menjadi hal makanannya sehari-hari. Profesi ini membuat ia harus selalu siaga, bahkan di kondisi gak pasti seperti sekarang. Kadang harus melayani penerbangan domestik, sering pula internasional.

Biasanya ia terbang delapan kali dalam sebulan, lebih banyak melayani penerbangan internasional. Ia pun bersyukur masih memiliki jadwal terbang, meski satu kali selama pandemik. “Ada yang gak terbang sama sekali, lho,” ucapnya. 

Banyak hal berbeda yang ia rasakan setelah pandemik ini. "Banyak lah, banyak banget, sebelum penerbangan penumpang full, duit ada, gaji oke," tuturnya. "Saat pandemik, kita gak terbang, gak ada uang, kan kita juga carinya jam terbang. Kalau gak ada penerbangan ya wassalam."

Baca Juga: Kisah Perawat Millennial Hadapi COVID-19, Jadi ODP & Ditolak Ibu Kost

6. Hal kecil jadi terasa lebih berharga

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama PandemikIlustrasi suasana di bandara (unsplash.com@britozour)

Di situasi serba sulit seperti sekarang, tetap ada saja hal baik yang bisa diambil. Dina merasakan hal-hal kecil jadi lebih berharga, seperti saat mengurus makanan saat bekerja.

"Kalau kita beresin makanan, kan kadang ada yang berceceran. Biasanya, kan kita biasa aja gitu, tinggal masuk-masukin aja. Tapi sekarang lebih concern, lebih hati-hati."

Selain itu, bersalaman juga menjadi hal yang sangat berharga. "Kita juga biasanya salaman, kenalan, (sesama awak sebelum terbang), karena setiap terbang itu ganti-ganti orang, kan. Tapi sekarang, ya gak bisa, salamannya jarak jauh," ujar Dina.

Tetap sehat dan masih bisa makan menjadi hal lain yang paling dia syukuri. "Ketiga, masih bisa bayar kosan. Kalau gak bisa bayar kosan, kan mau tinggal di mana gitu. Alhamdulillah aja gitu."

7. Tantangan baru yang harus dihadapi

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama PandemikIlustrasi transaksi saat belanja (unsplash.com@claybanks)

Menurut Dina, tantangan yang paling terasa adalah saat harus menahan diri untuk memenuhi keinginannya. “Tantangannya main, jalan-jalan, shopping. Biasanya kita tinggal ayo aja."

Namun, sekarang ia harus lebih bijak dalam mengeluarkan dana. Hal-hal yang biasanya bisa dibeli dengan mudah, sekarang harus benar-benar diperhitungkan. Ia akan membelinya jika benar-benar membutuhkannya, bukan sekadar keinginan atau lapar mata.

Tantangan lainnya, tentu saja berhubungan dengan profesinya. Bisa dibilang pramugari berada di garis terdepan dalam dunia penerbangan. Harus melayani ratusan penumpang setiap harinya. "Tantangannya lebih kesehatan kita, keselamatan jiwa kita."

8. Bisa membuatnya lebih santai saat berpuasa di tengah pandemik

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama Pandemikilustrasi santai di kamar (unsplash.com@heftiba)

Berpuasa di tengah pandemik menjadi kesempatan baginya untuk sedikit bersantai.  "Kalau puasa biasa, kan kita beraktivitas, kerja, tenaga terkuras, haus dan lapar gitu, kan." Keinginan bisa melakukan hal baru juga harus ditahan, karena kondisinya tak memungkinkan, membuatnya harus berdiam diri di kos. 

Dina menyatakan tak ada tuntutan khusus dari perusahaan selama belum aktif bekerja. “Paling hanya bantu menyebarkan informasi kalau kita membuka penerbangan kargo."

9. Ingin pulang dan kembali normal

Cerita Unik Pramugari Saat Penerbangan Harus Tutup Selama PandemikIlustrasi liburan keluarga (unsplash.com@omarprestwich)

Dina menceritakan hal pertama yang ingin dilakukan setelah pandemik adalah kembali bertemu orangtuanya di rumah. "Pulang!"

"Itu aja yang pertama kali gue pikirin. Mau pulang, mau ketemu orangtua, mau ketemu saudara-saudara, mau ketemu teman-teman, mau silaturahmi. Mau terbang lagi, mau normal lagi," tuturnya yang terdengar sangat merindukan kondisi normal.

Ia berharap dunia bisa segera kembali pulih, supaya semua orang bisa melakukan aktivitasnya dengan normal. "Terus semua pekerjaan kembali normal, kan sekarang banyak PHK, pengurangan karyawan," kata Dina.

Nah, itulah kisah kondisi pramugari di tengah masa pandemik virus corona. Hal ini membuat kita harus banyak bersyukur, terutama bagi kamu yang masih bisa bekerja normal dari rumah.

Semoga pandemik ini segera berakhir, supaya semua industri yang berhenti beroperasi dapat normal kembali. This too shall pass!

Baca Juga: Kisah Inspiratif WNI Muslim Berpuasa di Tengah Lockdown Spanyol

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu

Berita Terkini Lainnya