Kematian Ibu Hamil-Bayi Masih Tinggi, Dosen Unpad Buat Alat Detect Me

Jangan sampai kematian ibu-anak terus meningkat

Bandung, IDN Times - Angka kematian ibu hamil dan balita di Indonesia masih terbilang tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI masih di kisaran 305 per 100.000 kelahiran hidup (KH), belum mencapai target yang ditentukan yaitu 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Demikian juga bayi dan balita yang masih harus kita selamatkan dari kematian.

Berkaca dari persoalan ini, sejumlah peneliti dari kampus Universitas Padjadjaran melakukan riset membuat perangkat portabel pemantau detak jantung serta pergerakan janin di dalam perut ibu. Alat yang diberi nama Detect Me ini dapat digunakan secara mandiri oleh ibu hamil melalui aplikasi pada perangkat pintar (smartphone).

Salah satu periset, Restuning Widiasih menjelaskan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi angka kematian ibu dan bayi serta kematian janin di Indonesia yang masih cukup tinggi. Selain itu, banyaknya kasus kematian janin yang tidak terdeteksi sejak awal juga menjadi latar belakang dari penelitian tersebut.

"Lewat penelitian ini, alat yang nanti bisa didapat masyarakat diharap mampu meningkatkan kesadaran ibu hamil untuk memeriksa gerakan janin," kata Restuning dikutip dari kanal unpad.ac.id, Selasa (8/1/2024).

1. Bisa pantau ibu yang punya risiko ketika mengandung

Kematian Ibu Hamil-Bayi Masih Tinggi, Dosen Unpad Buat Alat Detect Meilustrasi balita sakit (freepik.com/lifeforstock)

Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran ini menuturkan, alat ini juga akan sangat membantu bagi ibu hamil yang lokasinya jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan. Detect Me pun akan membantu ibu hamil yang memiliki kehamilan dengan risiko tinggi yang sewaktu-waktu dapat mengancam diri dan janinnya.

“Alat ini akan membantu memantau untuk ibu-ibu yang hamil dengan risiko tinggi atau kondisi janinnya mungkin terindentifikasi akan resiko tinggi. Juga untuk daerah-daerah yang akses ke pelayanan kesehatan itu jauh,” kata Restuning.

Penelitian yang dimulai pada tahun 2019 ini telah melewati beberapa tahap penelitian. Tahap awal yang dilakukan Restuning dan tim adalah memastikan alat yang mereka ciptakan dapat mendeteksi dan memisahkan antara denyut jantung ibu dan bayi. Setelah itu, perlu memastikan kembali alat yang dibuat cukup sensitif untuk mendeteksi hal tersebut.

“Pemisahan-pemisahan suara itu yang proses penelitiannya cukup panjang karena kita ingin memastikan bahwa ini betul yang kita deteksi itu denyut jantung janin,” katanya.

Penelitian ini dilanjutkan dengan tahap menyiapkan aplikasi “Detect Me” di smartphone yang akan dikoneksikan dengan Heart Detector and Movement (HMD).

“Saat ini kita masih dalam tahap HMD-nya sendiri dan aplikasinya sendiri, nanti di tahap yang kedua akan dikoneksikan. Dengan teknologi wireless nanti akan dikoneksikan antara HMD dan aplikasinya, sehingga ibu bisa mendeteksi bagaimana denyut jantung janinnya dan gerakannya dari aplikasi tersebut,” kata Restuning.

2. Upayakan dalam tiga tahun alat ini bisa dipasarkan

Kematian Ibu Hamil-Bayi Masih Tinggi, Dosen Unpad Buat Alat Detect MeDosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, Restuning. Dokumen laman Unpad.ac.id

Tidak hanya itu, penelitian ini juga mengkaji tingkat kesadaran ibu hamil untuk mengetahui kesehatan janin dan kebutuhan ibu terkait dengan alat yang bisa digunakan di rumah.

Restuning menjelaskan bahwa penelitian yang masih terus berlangsung ini kemungkinan akan mulai dapat ditemukan di pasar sekitar 2-3 tahun lagi. Hal ini karena tim peneliti masih terus mengembangkan alat yang aman, ringkas, dan tentunya sangat mudah untuk digunakan.

“Proses untuk terintegrasi ke pelayanan kesehatan itu kita butuh diseminasi, kami butuh proses kerja sama, begitu juga untuk proses sampai ke market. Tentu yang kami jual harus terjaga keamanannya dan kemudahannya, itu yang menjadi pertimbangan kita,” katanya.

3. Harga alat ditaksir Rp1 juta

Kematian Ibu Hamil-Bayi Masih Tinggi, Dosen Unpad Buat Alat Detect Meilustrasi uang (pixabay.com/iqbalstock)

Restuning telah melakukan riset untuk menentukan kisaran harga alat ini kelak. Dia menyampaikan mungkin alat ini akan dijual dengan harga di atas Rp1 juta, tetapi ini bukanlah harga final karena penelitian ini masih berproses. Namun, tim peneliti juga mempertimbangkan apakah ke depannya alat ini harus dimiliki atau bisa dipinjamkan.

“Bisa juga ini menjadi bagian dari fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia. Ibu-ibu yang berisiko tinggi hamilnya atau pun janinnya itu dipinjamkan alat supaya ketika dia di rumah dia tetap bisa memantau. Karena awalnya kami mengambangkan alat ini memang untuk bagian dari usaha meningkatkan kesehatan ibu dan janin,” kata Restuning.

Baca Juga: 10 Kalimat Penyemangat untuk Ibu Baru Melahirkan, Motivasi Mengasihi

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya