TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penuh Ancaman, Ini Upaya Perusahaan Atasi Kebocoran Data Pelanggan

Karyawan harus dilatih, perusahaan mesti kolaborasi

Ilustrasi kebocoran data (Pexels/Magnus Mueller)

Bandung, IDN Times - Kebocoran data telah menjadi momok yang ditakuti seluruh pihak, terutama pelanggan dari sebuah usaha. Penyelewengan data yang bocor bisa saja terjadi dan mengancam pemilik data. Di sisi lain, untuk perusahaan, kebocoran data dapat menyebabkan dampak serius bagi reputasi perusahaan.

Seperti yang terjadi belakangan ini, di mana masyarakat dikejutkan dengan bocornya 337 juta data kependudukan dan pencatatan sipil (Dukcapil) dan dijual di internet. Penemuan itu memperkuat dugaan di mana dalam beberapa tahun terakhir sering terdengar kasus dugaan kebocoran data.

Bahkan, Kementerian Informatika (Kominfo) mencatat ada 94 kasus kebocoran data selama rentan waktu 2019-2023. Bagaimana tidak, data merupakan aset berharga bagi perusahaan maupun organisasi, dan kini berada dalam risiko yang semakin besar akibat potensi kebocoran data yang mengintai di setiap sudut dunia maya.

Seperti banyak orang sadari, data pelanggan adalah salah satu jenis data yang paling berharga, karena membantu perusahaan memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan mereka.

Sayangnya, ancaman kebocoran data semakin meningkat, dan perusahaan harus berjuang untuk melindungi informasi berharga ini juga memahami bagaimana perusahaan dapat menghadapi dan mengatasi ancaman tersebut.

Lantas, apa saja yang harus dilakukan perusahaan untuk melindungi data pelanggannya?

1. Mengapa dan apa saja bentuk kebocoran data?

ilustrasi data protection di handphone (unsplash.com/Dan Nelson)

Bruce Hanadi, pakar keamanan siber dan Chief Information Security Officer (CISO) dari snc.id--perusahaan penyedia solusi lengkap untuk segala kebutuhan keamanan dan konektivitas ICT--memberikan pandangannya.

Menurut dia, dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat telah menyaksikan peningkatan signifikan dalam serangan siber yang bertujuan mencuri data sensitif dan berharga, termasuk data pelanggan.

“Keberadaan data tersebut dapat digunakan oleh para pelaku kejahatan siber untuk berbagai tujuan, seperti penipuan, pemerasan, atau bahkan dijual di pasar gelap,” tutur dia, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Rabu (2/8/2023).

Ada beberapa faktor penyebab kebocoran data, termasuk serangan siber, insiden internal, ketidakhati-hatian, serta kerentanan pada aplikasi dan perangkat lunak yang digunakan oleh perusahaan.

2. Perusahaan harus proaktif dan mau melatih karyawannya

ilustrasi menyimpan informasi sensitif (freepik.com/@rawpixel.com)

Untuk melindungi data pelanggan, Bruce menekankan perlunya perusahaan dalam mengambil langkah-langkah proaktif.

"Pertama, perusahaan harus meningkatkan keamanan jaringan mereka dengan menggunakan teknologi keamanan yang mutakhir dan melakukan pembaruan secara teratur. Selain itu, data pelanggan harus dienkripsi saat berada dalam penyimpanan maupun saat berpindah antar sistem," katanya.

Bruce juga menekankan pentingnya pelatihan karyawan terkait keamanan data.

"Seringkali, kebocoran data terjadi karena kelalaian atau kesalahan manusia. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan pelatihan keamanan data secara rutin kepada karyawan agar mereka sadar tentang potensi ancaman dan tahu cara menghadapinya," ujar Bruce.

Baca Juga: Buntut Kebocoran Data, AS Perketat Kontrol Dokumen Intelijen   

Baca Juga: Menunggu Tersangka Kasus Dugaan Kebocoran Data di Kementerian ESDM

Berita Terkini Lainnya