Pembeli melakukan transaksi pembayaran digital dengan mesin EDC berbasis android di Pasar Baru, Bandung, Jawa Barat, Senin (16/12). Bank BJB meluncurkan pembayaran digital dengan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), bjb EDC berbasis Android dan bjb Digi (mobile banking), untuk mendukung interkoneksi instrumen sistem pembayaran yang lebih luas dan mengakomodasi kebutuhan transaksi keuangan secara nasional. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama.. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Salah satu inovasi yang menjadi motor pertumbuhan adalah KGB Pisan (Pinjaman ASN), produk digital loan berbasis fully online yang dikembangkan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Dalam waktu satu tahun, produk ini telah menyalurkan kredit kepada lebih dari 5.800 debitur tanpa interaksi fisik dan proses persetujuan yang lebih cepat dan efisien.
KGB Pisan dinilai sebagai tonggak penting digitalisasi kredit karena mampu menekan biaya operasional, mempercepat proses kredit, serta memperluas penetrasi pasar tanpa membuka kantor cabang baru. Manajemen memastikan bahwa cakupan layanan digital ini akan diperluas untuk pembiayaan konsumer lainnya pada 2026.
Sebagai bank induk, bank bjb juga memperkuat sinergi dengan tiga anak bank dan dua lembaga keuangan non-bank. Kolaborasi ini dilakukan melalui pengembangan produk bersama dan skema sharing fee yang dinilai efektif meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing grup.
Komitmen terhadap keuangan berkelanjutan juga menjadi fokus utama. Hingga September 2025, perseroan mencatat portfolio pembiayaan hijau sebesar Rp15,2 triliun, difokuskan pada sektor lingkungan, energi terbarukan, transportasi rendah emisi, dan UMKM hijau. Penerbitan obligasi berkelanjutan (Sustainable Bond) senilai Rp1 triliun semakin memperkuat posisi bank bjb dalam mendukung agenda transisi energi nasional.
“Pembiayaan hijau bukan hanya memenuhi regulasi, tetapi juga menjadi sumber pertumbuhan baru dengan risiko yang lebih terukur dan prospek jangka panjang yang menjanjikan,” jelas Direktur Keuangan Hana Dartiwan.