Bandung, IDN Times – Konflik yang melibatkan Rusia dan Ukraina hingga saat ini belum juga usai. Dalam sejarah, ini bukan pertama kalinya kedua negara itu bergesekan, karena sebelumnya konflik antara mereka juga terjadi pada 2014, di mana pemimpin Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, membatalkan pembicaraan kerja sama politik dan perdagangan dengan Uni Eropa.
Ketika itu, keputusan yang dibikin Yanukovych jadi boomerang baginya. Bagaimana tidak, kebijakannya melahirkan demonstrasi besar di Ukraina, yang berbuntut pada penggulingan pemimpin Ukraina pro-Rusia tersebut.
Tak sampai di situ, masih pada 2014, Rusia juga dikabarkan berhasil merebut salah satu wilayah Krimea, Ukraina, yang mana hal ini menyebabkan situasi kedua negara semakin menegangkan.
Sejarah terulang tahun ini. Seperti yang terjadi pada 2014, di mana negara-negara lain menyimpan kekhawatiran atas gesekan kedua negara, tahun ini pun demikian. Tak terkecuali bagi Indonesia, yang berharap kedua negara menemukan titik damai hingga peperangan tak berkepanjangan.
Memang, apa dampak ekonomi yang mungkin terjadi jika kedua negara terus bergesekan?