Bandung, IDN Times - Menggunakan kemoceng, Aldi Septian (28) membersihkan barang jualan yang tersusun rapi di setiap rak. Tas, sepatu, sandal, topi, hingga jaket disasar, berharap debu yang menempel bisa hilang sehingga dagangannya tampak ciamik ketika dilihat dan dipegang calon pembeli.
Garlit atau Galeri Kulit yang berlokasi di Jalan Kiaracondong, Bandung, tempat Aldi bekerja menjajakan berbagai produk dari bahan kulit asli. Toko ini sebelumnya berada di Kabupaten Garut. Namun dipindah ke Bandung sebagai perluasan usaha untuk menyasar warga perkotaan di Bandung Raya.
Pembukaan toko di Kota Kembang belum lama, tepatnya Senin (14/6/2021). Dengan desain gerai yang tidak terlalu mencolok, Aldi dan rekannya tetap setia menunggu calon pembeli yang tertarik produk berbahan dasar kulit.
"Kemarin baru buka Alhamdulillah sudah ada yang beli. Ada ambil topi koboi, pesan jaket, sepatu tutong (sepatu sepotong). Sendal ge aya (sandal juga ada)," kata Aldi ketika berbincang di toko Garlit, Jumat (19/6/2021).
Harga produk Garlit bervariasi, mulai dari Rp1 juta untuk jaket atau Rp180 ribu untuk sepasang sepatu tutong. Besaran harga tergantung bahan baku dan kerumitan desain produk. Sebab, ada juga desain yang memang diukir sehingga membutuhkan waktu dan kreativitas tinggi.
Pemilik toko Garlit adalah Dikdik. Pria asli Garut ini merupakan pelaku UMKM dengan produk berbahan dasar kulit yang sudah lama bergelut di sektor tersebut. Kebetulan Dikdik sedang tidak ada di toko, dia tengah pulang ke Garut untuk mengurus produksi dan mengikuti sejumlah pelatihan yang dilakukan secara virtual.
Dihubungi terpisah, Dikdik menceritakan awal mula dia melakukan ekspansi ke Kota Bandung untuk memuluskan bisnisnya. Selama pandemik COVID-19 penjualan produk berbahan dasar kulit di Garut sangat anjlok. Padahal selama ini produk berbahan kulit sudah layaknya dodol khas Garut, diburu wisatawan.
Dia mencontohkan, ketika 2019 sebelum pandemik melanda omzet yang didapat cukup besar, khususnya sesaat dan setelah Idul Fitri. "Tapi pas corona omzet bisa anjlok hanya dapat 30 persen saja pas 2020. Pas 2021 kemarin Lebaran kita hanya dapat 10 persen saja dari biasanya," kata dia saat berbincang dengan IDN Times.
Tak ingin pasrah melihat tokonya gulung tikar, Dikdik pun memaksakan diri menutup satu toko yang ada di Garut dan memindahkannya ke Bandung. Dia berkeinginan pembukaan toko di daerah lain bisa memperluas jejaring dan menggaet konsumen baru untuk mau membeli barangnya.