Ilistrasi penggunaan QRIS
Namun, tak semua cerita manis. Meskipun ada kemajuan, tidak semua penduduk desa di Ciayumajakuning dapat langsung menerima perubahan ini.
Di beberapa tempat, ketidakpercayaan terhadap teknologi masih kuat. Mereka khawatir tentang keamanan data pribadi dan takut tertipu oleh layanan yang mereka tidak pahami sepenuhnya.
Salah satu hambatan terbesar adalah akses terhadap internet. Di beberapa daerah terpencil, sinyal internet masih lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini menjadi tantangan besar bagi penyedia layanan fintech yang ingin menjangkau masyarakat di daerah tersebut.
Selain itu, ada juga kendala dalam hal literasi keuangan. Meski sudah ada banyak program edukasi, tak semua orang dapat dengan cepat memahami cara kerja aplikasi keuangan.
"Sebagian besar masyarakat desa masih merasa lebih nyaman dengan uang fisik, dan butuh waktu bagi mereka untuk beradaptasi," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Cirebon, Anton Pitono.
Namun, perubahan perlahan-lahan mulai terjadi. Generasi muda di desa, seperti Dani, memainkan peran penting dalam membawa teknologi ke kehidupan sehari-hari orang tua mereka. Dengan bimbingan dan dukungan, mereka membantu mengatasi ketakutan dan keraguan yang masih melanda.
Kehadiran teknologi keuangan berbasis digital di pelosok Ciayumajakuning tidak hanya membawa perubahan dalam hal cara bertransaksi, tetapi juga memiliki dampak yang lebih luas. Ekonomi lokal yang sebelumnya stagnan kini mulai bergerak lebih dinamis.
Hingga Agustus 2024, tercatat sebanyak 18,5 juta transaksi dilakukan melalui QRIS dengan nilai transaksi fantastis mencapai Rp2,38 triliun. Angka ini mencerminkan semakin kuatnya adopsi teknologi digital di sektor ekonomi lokal.
Salah satu indikator pertumbuhan ini adalah peningkatan jumlah merchant QRIS. Pada 2024, jumlah merchant di Ciayumajakuning melonjak menjadi 653.106, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 455.807 merchant.
Lonjakan ini menunjukkan kepercayaan pelaku usaha terhadap sistem pembayaran digital yang kian mendukung aktivitas ekonomi mereka, baik di pasar tradisional, pusat kerajinan, maupun toko-toko ritel modern.
Pertumbuhan merchant QRIS ini turut membawa dampak signifikan pada perekonomian setempat, menghubungkan pedagang kecil dan menengah dengan jaringan pembayaran nasional serta internasional.
Pedagang yang sebelumnya bergantung pada transaksi tunai kini merasakan manfaat dari transaksi digital yang lebih cepat, aman, dan praktis. Inovasi ini tak hanya mendorong efisiensi, tetapi juga membuka akses pasar yang lebih luas.
"Dengan perkembangan ini, Ciayumajakuning bergerak lebih dekat menuju visi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi digital di Jawa Barat. Peningkatan penggunaan QRIS menjadi bukti masyarakat setempat semakin akrab dengan teknologi finansial, yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mereka tetapi juga membuka jalan bagi kemajuan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan," ujar Anton.
Petani kecil yang biasanya terjebak dalam siklus utang kepada tengkulak, kini memiliki lebih banyak pilihan dalam hal pembiayaan. Dengan adanya akses ke pinjaman mikro dan asuransi pertanian berbasis digital, mereka dapat lebih mandiri dan berdaya.
Selain itu, para perempuan di desa-desa Ciayumajakuning juga mulai terlibat dalam ekosistem ini. Mereka memanfaatkan platform digital untuk memulai usaha kecil-kecilan, seperti menjual produk olahan hasil pertanian atau kerajinan tangan.
Dengan demikian, mereka tidak hanya membantu perekonomian keluarga, tetapi juga memperkuat posisi mereka di masyarakat.
"Sistem pembayaran digital juga membantu dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Dalam program-program bantuan sosial dari pemerintah, penggunaan e-wallet memungkinkan distribusi bantuan yang lebih tepat sasaran dan mengurangi potensi penyelewengan," ujar Anton.
Meskipun perjalanan menuju inklusi keuangan menyeluruh masih panjang, kemajuan yang telah dicapai di pelosok Ciayumajakuning memberikan harapan.
Teknologi telah membuka pintu bagi masyarakat desa untuk terhubung dengan dunia lebih luas, memberikan mereka akses ke layanan yang sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan.
Di masa depan, dengan semakin berkembangnya infrastruktur digital dan semakin banyaknya edukasi yang dilakukan, bukan tidak mungkin seluruh masyarakat Ciayumajakuning akan sepenuhnya terintegrasi dalam ekosistem keuangan digital. Dan saat hari itu tiba, desa-desa di wilayah ini akan menjadi bagian penting dari revolusi keuangan di Indonesia.
Untuk saat ini, kisah seperti yang dialami oleh Karto dan Dani akan terus menjadi contoh bagaimana teknologi dapat mengubah kehidupan, bahkan di sudut-sudut terjauh negeri ini.
Teknologi telah membuktikan bukan hanya milik mereka di kota besar, tetapi juga milik mereka yang tinggal di pelosok desa.