Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kasus Korupsi Bank BJB Masih Guncang Kepercayaan Pasar

sedang merencanakan keuangan Di Pexels (https://www.pexels.com/@tima-miroshnichenko/)
sedang merencanakan keuangan Di Pexels (https://www.pexels.com/@tima-miroshnichenko/)

Cirebon, IDN Times - Kasus korupsi yang menjerat perusahaan publik sering kali memicu keresahan di kalangan investor. Sentimen negatif yang timbul akibat skandal tersebut bisa berdampak langsung terhadap harga saham perusahaan terkait, bahkan berpotensi mengganggu stabilitas indeks saham secara lebih luas.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat, Ahmad Dirgantara menyebutkan, fenomena semacam itu selalu menjadi perhatian utama para pelaku pasar modal.

Ia menekankan, kepercayaan investor terhadap sebuah perusahaan merupakan faktor krusial dalam menjaga stabilitas harga sahamnya.

Menurut Ahmad, ketika perusahaan yang terdaftar di bursa tersandung kasus hukum, pasar cenderung merespons dengan cepat dan signifikan. Baik investor institusional maupun individu biasanya bereaksi negatif terhadap berita semacam ini, sehingga berujung pada aksi jual saham dalam jumlah besar.

“Berita negatif semacam ini kerap kali mendorong investor untuk melepas saham perusahaan yang bersangkutan. Akibatnya, harga saham bisa turun drastis dalam waktu singkat,” ujar Ahmad, beberapa waktu

Ia menambahkan, respons pasar terhadap kabar buruk seperti ini merupakan sesuatu yang wajar. Ketika perusahaan tersangkut masalah hukum, ada beberapa risiko menjadi perhatian, mulai dari potensi sanksi hukum, gangguan operasional, hingga potensi kerugian finansial dalam jumlah besar.

Selain itu, Ahmad menjelaskan kepercayaan publik terhadap perusahaan yang tersandung kasus hukum juga bisa merosot tajam. Dampaknya tidak hanya terbatas pada harga saham, tetapi juga dapat memengaruhi hubungan bisnis perusahaan dengan mitra, pelanggan, hingga kreditur.

1. Dampak korupsi terhadap saham dan kepercayaan pasar

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat, Ahmad Dirgantara
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat, Ahmad Dirgantara

Skandal korupsi yang melibatkan perusahaan publik dapat memicu volatilitas tinggi dalam perdagangan sahamnya. Dalam banyak kasus, saham perusahaan yang terseret dalam kasus hukum mengalami penurunan nilai signifikan dalam waktu singkat.

Walaupun saham perusahaan tersebut bisa mengalami koreksi tajam, ada beberapa faktor yang masih bisa menjadi bahan pertimbangan investor sebelum mengambil keputusan.

“Jika perusahaan memiliki fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang baik, investor akan mempertimbangkan aspek tersebut dalam mengambil keputusan investasi,” ujarnya.

Dalam menghadapi situasi semacam ini, Ahmad mengingatkan agar investor tidak hanya bereaksi secara emosional terhadap sentimen jangka pendek. Ia menyarankan agar investor melakukan analisis mendalam terkait dampak kasus hukum terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan.

Menurutnya, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh investor dalam menyikapi kondisi ini. Salah satunya adalah menilai seberapa besar dampak kasus hukum tersebut terhadap kesehatan finansial perusahaan dalam jangka panjang.

“Untuk meminimalisir risiko akibat kasus korupsi, investor sebaiknya memiliki portofolio yang terdiversifikasi. Dengan menyebarkan investasi di berbagai sektor dan emiten, dampak dari peristiwa negatif pada satu perusahaan bisa lebih terkontrol,” katanya.

2. Kronologi kasus korupsi Bank BJB

Dok. Bank BJB
Dok. Bank BJB

Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan lima orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana iklan di Bank BJB. Kasus ini menyeret beberapa mantan pejabat Bank BJB serta pihak swasta yang terlibat dalam bisnis periklanan.

Para tersangka yang ditetapkan dalam kasus ini adalah mantan Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi, serta mantan Pimpinan Divisi Corporate Secretary, Widi Hartoto.

Selain mereka, ada tiga pihak dari industri periklanan yang turut menjadi tersangka, yaitu:
Ikin Asikin Dulmana, pemilik agensi periklanan Arteja Muliatama dan Cakrawala Kreasi;  Suhendrik, pemilik agensi periklanan PSD dan WBG; dan  R Sophan Jaya Kusuma, pemilik agensi JKMP dan JSB.

Berdasarkan hasil penyelidikan KPK, para tersangka diduga melakukan penggelembungan anggaran iklan Bank BJB. Modus yang digunakan adalah dengan menaikkan biaya iklan di luar nilai sebenarnya, sehingga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp222 miliar.

Kasus ini masih dalam tahap penyidikan, dan KPK terus mengembangkan kasus ini guna mengungkap kemungkinan keterlibatan pihak lain.

3. Reaksi pasar dan langkah antisipasi investor

Seorang pria memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/2/2025). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Seorang pria memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/2/2025). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pascamencuatnya kasus tersebut, saham Bank BJB mengalami tekanan di pasar modal. Sentimen negatif yang muncul akibat kasus ini menyebabkan kepanikan di kalangan investor, sehingga terjadi aksi jual cukup masif.

Namun, Ahmad Dirgantara menegaskan reaksi spontan semacam ini sering kali didorong oleh ketakutan jangka pendek. Ia menyarankan agar investor tetap tenang dan melakukan evaluasi terhadap kondisi perusahaan secara lebih komprehensif sebelum mengambil keputusan.

Menurut Ahmad, investor sebaiknya mempertimbangkan beberapa faktor penting sebelum menjual atau membeli saham perusahaan yang sedang mengalami tekanan akibat isu hukum. Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan adalah laporan keuangan perusahaan serta dampak potensial kasus hukum terhadap operasional bisnisnya.

Jika kasus tersebut tidak memberikan dampak yang terlalu besar terhadap kinerja perusahaan dalam jangka panjang, maka kemungkinan besar harga saham dapat kembali pulih setelah kepanikan mereda.

"Sebaliknya, jika kasus tersebut berdampak pada keuangan dan operasional secara signifikan, maka investor harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi investasi sebagai langkah mitigasi risiko. Dengan menyebarkan investasi ke berbagai sektor dan perusahaan, investor dapat mengurangi dampak negatif akibat penurunan harga saham satu emiten tertentu.

Ahmad juga menyarankan agar investor mengikuti perkembangan kasus ini dengan seksama dan tidak hanya bergantung pada berita-berita yang beredar di pasar. Ia menekankan bahwa keputusan investasi yang baik harus selalu didasarkan pada analisis mendalam, bukan hanya reaksi emosional terhadap berita buruk.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us