ilustrasi saham (unsplash.com/Jason Briscoe)
OJK Cirebon menyatakan, kemudahan layanan digital dan upaya edukasi keuangan turut berkontribusi terhadap pertumbuhan jumlah investor. Kerja sama dengan sekolah, perguruan tinggi, komunitas, dan lembaga keuangan menjadi strategi utama dalam mendorong literasi dan inklusi pasar modal.
“Semakin banyak masyarakat yang paham soal risiko dan manfaat berinvestasi. Kami terus dorong edukasi agar peningkatan jumlah investor diikuti dengan peningkatan kualitas pemahaman mereka terhadap produk keuangan,” ujar Agus.
OJK secara rutin menggelar kegiatan seperti sekolah pasar modal, sosialisasi investasi syariah, serta diskusi interaktif tentang perlindungan konsumen. Melalui pendekatan edukatif ini, diharapkan masyarakat tidak hanya tergiur iming-iming keuntungan, tetapi memahami karakteristik dan risiko tiap instrumen.
“Jangan hanya ikut tren, tapi pahami juga instrumen yang dipilih. Jangan sampai tergoda investasi bodong yang justru merugikan,” kata Agus.
Dengan angka SID yang terus meningkat, OJK melihat Ciayumajakuning memiliki potensi besar menjadi basis investor ritel di Jawa Barat.
Wilayah ini memiliki jumlah penduduk produktif yang besar dan aktivitas ekonomi yang semakin tumbuh, mulai dari industri, perdagangan, hingga sektor kreatif. Agus mengimbau agar seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah dan sektor swasta, ikut mendorong pembangunan infrastruktur keuangan di daerah.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuka lebih banyak galeri investasi, mempermudah akses layanan keuangan, serta menciptakan iklim investasi yang aman dan inklusif.
“Kalau masyarakat sudah melek investasi, maka pertumbuhan ekonomi daerah akan ikut terdorong. Uang tidak hanya ditabung, tapi juga diputar untuk mendukung pertumbuhan,” tuturnya.