Proses Nembok dalam Membatik (commons.wikimedia.org/Ardyansa Nugraha)
Sektor batik sebagai bagian dari ekonomi kreatif lokal menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Meskipun kontribusinya relatif kecil dibanding rotan atau makanan ringan, pertumbuhan nilai produksi batik dari tahun ke tahun konsisten meningkat. Pada 2024, nilainya mencapai Rp88,3 miliar, naik sekitar 5% dibanding tahun sebelumnya.
Batik Cirebon, yang dikenal dengan motif khas seperti Mega Mendung dan Wadasan, mulai mendapat tempat kembali di pasar wisata heritage. Upaya promosi yang dilakukan pemerintah daerah melalui event pariwisata dan platform digital mendorong peningkatan produksi di sektor ini.
Sebaliknya, industri batu alam mengalami tren penurunan. Nilai produksinya turun dari Rp182,8 miliar pada 2020 menjadi Rp173,2 miliar pada 2024.
Hal ini dipicu oleh menurunnya proyek-proyek konstruksi besar serta meningkatnya preferensi pasar terhadap material sintetis yang lebih ringan dan terjangkau.
Sementara itu, produk lokal seperti emping melinjo, sandal karet, dan kerajinan kulit kerang masih menjadi pelengkap dalam lanskap industri daerah. Meski nilainya kecil—masing-masing di kisaran Rp4 miliar hingga Rp25 miliar, keberadaan mereka penting sebagai penopang ekonomi informal serta penyerap tenaga kerja rumahan.
“Diversifikasi komoditas adalah kekuatan yang perlu dijaga. Tidak semua sektor bisa tumbuh besar, tetapi semuanya memiliki peran dalam menjaga keberlangsungan ekonomi lokal,” ucap Judiharto.
Dengan rata-rata pertumbuhan nilai produksi sekitar 2,7% per tahun selama lima tahun terakhir, Kabupaten Cirebon menunjukkan daya tahan ekonomi yang stabil.
Namun tantangan ke depan adalah bagaimana mendorong hilirisasi dan peningkatan nilai tambah agar sektor unggulan tidak hanya besar di tingkat produksi, tetapi juga menguntungkan secara berkelanjutan.
Pemerintah daerah bersama pelaku industri diharapkan dapat mendorong kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat branding produk lokal, memperluas akses ekspor, dan meningkatkan kualitas SDM industri.
“Cirebon punya semua fondasi untuk menjadi pusat industri unggulan nasional. Tapi tanpa strategi hilirisasi dan penguatan pasar, potensi besar ini bisa mandek di tengah jalan,” pungkas Judiharto.