Cirebon, IDN Times - Deru mesin yang biasa terdengar ramai di Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon kini perlahan memudar. Di tengah perlambatan ekonomi global yang berkepanjangan, para pengrajin rotan di wilayah ini harus menghadapi kenyataan pahit.
Permintaan dari luar negeri terus menurun, dan industri yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi daerah mulai goyah. Seperti air yang perlahan surut dari pantai, arus pesanan yang dulu membanjiri bengkel-bengkel pengrajin kini perlahan mengering.
Di sebuah desa kecil di kawasan Cirebon, tepatnya di Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru, Darma, seorang pengrajin rotan berusia 52 tahun, duduk termenung di depan hasil karyanya. Meja rotan dan buatan tangannya, yang biasanya langsung terjual dalam beberapa hari, kini mengendap di gudang selama berminggu-minggu.
Darma adalah satu dari ratusan pengrajin di Cirebon yang menggantungkan hidup dari permintaan pasar ekspor. Namun, sejak awal tahun ini, langit seolah mendung tanpa tanda-tanda cerah.
"Biasanya pesanan datang dari Eropa dan Amerika, tapi sekarang jumlahnya jauh menurun. Ada yang membatalkan pesanan, ada juga yang mengurangi kuantitas. Mereka bilang kondisi ekonomi di sana sedang sulit, jadi mereka harus menghemat pengeluaran," ujar Darma dengan nada lirih, Sabtu (21/9/2024).
