Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cuaca Kemarau Basah Jadi Momentum Kejar Target Produksi Beras Cirebon

Pompanisasi lahan pertanian di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Pompanisasi lahan pertanian di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Intinya sih...
  • Hujan ringan menjaga kelembapan lahan
  • Petani hortikultura juga merasakan dampaknya
  • Realisasi produksi baru 30% dari target tahunan

Cirebon, IDN Times - Para petani di sejumlah wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat mengaku, merasakan manfaat dari kondisi kemarau basah yang terjadi sejak awal Juni.

Meskipun masuk musim kemarau, curah hujan ringan yang masih turun secara berkala dianggap membantu menjaga kelembapan tanah serta memperlancar pertumbuhan tanaman.

Fenomena ini tidak hanya mengurangi beban biaya irigasi, tetapi juga berpotensi meningkatkan hasil panen di beberapa komoditas utama. Kondisi ini menjadi peluang penting untuk mengejar target produksi yang hingga pertengahan tahun ini masih tertinggal.

1. Hujan ringan bantu pertahankan kelembapan lahan

ilustrasi sawah dan padi yang melepaskan senyawa alelopati (pexels.com/Hermawan Fanzel)
ilustrasi sawah dan padi yang melepaskan senyawa alelopati (pexels.com/Hermawan Fanzel)

Kemarau basah yang terjadi tahun ini membuat tanah pertanian tetap lembap meski suhu harian cukup tinggi.

Di wilayah Kecamatan Plered, misalnya, petani setempat mengaku tidak lagi harus menyedot air dari sungai karena hujan turun setiap tiga hingga empat hari.

Usman Effendi, petani padi di wilayah tersebut, mengungkapkan lahan sawah seluas satu hektare yang dikelolanya tetap subur. Menurutnya, curah hujan ringan yang konsisten mampu menjaga struktur tanah tetap ideal untuk proses pemupukan dan pertumbuhan akar.

“Tanaman padi saya berkembang baik. Kalau tidak ada perubahan cuaca, saya perkirakan panen kali ini bisa tembus 6 ton per hektare,” kata Usman, Rabu (16/7/2025).

2. Petani hortikultura ikut merasakan dampaknya

ilustrasi sawah (pexels.com/quang)
ilustrasi sawah (pexels.com/quang)

Bukan hanya padi dan palawija, para petani hortikultura di dataran tinggi Cirebon juga diuntungkan oleh iklim saat ini.

Salah satunya Deni, petani jagung di Kecamatan Sedong, yang menyebut kelembapan stabil membantu menjaga daun tetap segar dan mencegah kerontokan buah.

“tidak perlu menyiram terlalu sering karena hujan ringan sudah cukup menjaga kelembapan tanah," kata Deni.

Kondisi tersebut mendorong petani di kawasan hulu untuk tetap menanam dan mempercepat siklus tanam tanpa menunggu datangnya musim hujan berikutnya. Pola tanam pun lebih fleksibel, menyesuaikan perubahan cuaca yang bersahabat.

3. Realisasi produksi baru 30% dari target tahunan

Ilustrasi sawah (IDN Times/Wira Sanjiwani)
Ilustrasi sawah (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Meski kemarau basah memberikan angin segar bagi petani, catatan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa capaian produksi gabah dan beras hingga Mei 2025 masih jauh dari target.

Dari total target produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 528.824 ton, realisasi sementara baru mencapai 165.495 ton. Sementara untuk produksi beras, dari target 339.029 ton, baru terealisasi 106.099 ton.

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Samsina, menyebutkan, capaian itu belum mencapai separuh dari target tahunan. Namun, ia memastikan situasi ini masih dalam kendali mengingat masa panen utama baru berlangsung pada bulan Juni hingga Juli.

“Ini belum menggambarkan keseluruhan karena siklus panen raya biasanya terjadi pertengahan tahun. Produksi akan melonjak di bulan-bulan ini,” jelas Samsina.

Dinas Pertanian optimistis, sisa tahun 2025 bisa dimanfaatkan untuk mengejar produksi, terutama berkat dukungan cuaca yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Selisih produksi gabah sebesar 388.482 ton dan defisit beras 249.056 ton memang tampak besar, tetapi dinas menilai angka tersebut masih realistis untuk dikejar dalam dua periode panen ke depan.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us