Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi NFT (IDN Times/Helmi Shemi)

Bandung, IDN Times – Mata uang kripto alias cryptocurrency, dan Non-Fungible Token (NFT) telah menjadi tren baru dalam perekonomian, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Popularitas keduanya meroket di Indonesia, meskipun Bitcoin, cryptocurrency pertama yang dirilis pada 2009, baru mendapatkan popularitas belakangan ini.

Minat terhadap NFT di kalangan masyarakat Indonesia mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Januari 2022 setelah seorang mahasiswa bernama Ghozali menjual koleksi selfie-nya, yang terdiri dari 933 foto yang diambilnya setiap hari dari 2017 hingga 2021. Aktivitas yang memerlukan konsistensi tinggi ini diberi judul Ghozali Everyday.

Swafoto yang dimanfaatkan sebagai aset NFT oleh Ghozali mengundang atensi bagi para pengoleksi aset digital ini. Ia mendadak tenar dan menjadi pembicaraan banyak orang, karena berhasil menghimpun ribuan dolar AS dar penjualan NFT-nya.

Fenomena Ghozali Everyday sejauh ini menjadi salah satu alasan di balik popularitas kripto dan NFT semakin populer di kalangan masyarakat. Apa yang didapatkan Ghozali membikin millennial percaya bahwa perdagangan NFT memungkinkan seseorang untuk menjadi kaya.

Fenomena itu membuat Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo) buka suara terkait maraknya kegiatan transaksi NFT di Indonesia. Juru Bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi, mengungkapkan Menteri Kominfo Johnny G. Plate telah memerintahkan jajarannya mengawasi kegiatan transaksi NFT yang berjalan di Indonesia.

“Serta melakukan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan selaku lembaga berwenang dalam tata kelola perdagangan aset kripto,” kata Dedy dalam keterangan yang dikutip IDN Times, Senin (17/1/2022).

1. Makin tajir, millennial makin paham kripto dan NFT

Tangkapan layar pemahaman milenial soal NFT (IDN Times/Istimewa)

Menurut penelitan yang disusun Indonesia Millennial Report (IMR) 2022, hanya 27 persen millennial yang mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang cryptocurrency. Penelitian juga mengungkapkan jika semakin tinggi kondisi ekonomi seseorang, semakin tinggi pula kesadaran mereka akan cryptocurrency.

“Ketika seseorang menjadi lebih makmur, semakin kecil kemungkinannya untuk tidak mengetahui apa-apa tentang cryptocurrency,” tulis penilitan ini.

Melalui survei yang dilakukan IMR 2022, hanya 21 persen millennial dari socio-economy classes (SEC) atas yang mengaku bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang cryptocurrency, dibandingkan dengan 27 persen dari SEC menengah, dan 42 persen untuk SEC yang lebih rendah.

2. Jumlah investor kripto menyusul investor saham

Editorial Team

Tonton lebih seru di