Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Belajar dari Jonas Pratama, Sejalankan Investasi dan Aksi Sosial (Dok. IDN Times)
Belajar dari Jonas Pratama, Sejalankan Investasi dan Aksi Sosial (Dok. IDN Times)

Intinya sih...

  • Investasi energi hijau yang melampaui trenKomitmen Jonas pada energi bersih terlihat sejak jauh sebelum isu transisi energi menjadi arus utama. Salah satu langkah strategisnya adalah investasi awal senilai USD 50 juta di GeoDaya, pengembang geotermal di Sumatera.

  • Dari pasar modal ke kebijakan publikDampak pendekatan Jonas tidak berhenti di sektor swasta. Perannya sebagai penasihat Kementerian Keuangan Indonesia membawanya terlibat langsung dalam pengembangan Green Sukuk, instrumen pembiayaan yang diarahkan untuk mendukung proyek energi terbarukan dan konservasi lingkungan.

  • Pendidikan sebagai fondasi dampak jangka panjang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times – Di tengah pertumbuhan lanskap investasi Indonesia yang semakin dinamis, nama Jonas Pratama muncul sebagai figur yang membawa pendekatan berbeda. Mengelola dana hingga USD 1,5 miliar, Jonas dikenal bukan semata karena skala investasinya, melainkan karena cara pandangnya terhadap peran modal dalam membentuk masa depan.

Bagi Jonas, investasi tidak berhenti pada perhitungan imbal hasil. Ia melihat modal sebagai alat yang memiliki dampak sosial dan lingkungan, bukan sekadar deretan angka di laporan keuangan.

Prinsip inilah yang membuat pendekatannya kerap disebut lebih reflektif dibandingkan investor pada umumnya.

Portofolio Jonas mencakup berbagai sektor, mulai dari teknologi, kesehatan, hingga energi. Namun, fokusnya pada energi hijau dan keuangan berkelanjutan menjadi titik pembeda yang paling menonjol dalam perjalanan investasinya.

“Aliran uang menentukan suhu masa depan,” kurang lebih menjadi prinsip yang kerap dipegang Jonas, di mana menegaskan keyakinannya bahwa arah modal hari ini akan menentukan kualitas hidup di masa mendatang.

1. Investasi energi hijau yang melampaui tren

ilustrasi investasi (unsplash.com/@towfiqu999999)

Komitmen Jonas pada energi bersih terlihat sejak jauh sebelum isu transisi energi menjadi arus utama. Salah satu langkah strategisnya adalah investasi awal senilai USD 50 juta di GeoDaya, pengembang geotermal di Sumatera, yang dilakukan sebelum Indonesia menyatakan komitmen Net Zero 2050.

Investasi tersebut memanfaatkan potensi panas bumi Indonesia sebagai sumber energi terbarukan jangka panjang. Seiring waktu, langkah ini dinilai menjadi salah satu contoh keberhasilan investasi hijau yang tidak hanya stabil secara finansial, tetapi juga relevan secara strategis bagi bauran energi nasional.

“Panas vulkanik seharusnya menerangi masa depan kita, bukan membakarnya,” kata Jonas, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Minggu (21/12/2025), di mana menggambarkan visinya tentang pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggung jawab.

2. Dari pasar modal ke kebijakan publik

ilustrasi memantau investasi (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Dampak pendekatan Jonas tidak berhenti di sektor swasta. Perannya sebagai penasihat Kementerian Keuangan Indonesia membawanya terlibat langsung dalam pengembangan Green Sukuk, instrumen pembiayaan yang diarahkan untuk mendukung proyek energi terbarukan dan konservasi lingkungan.

Jonas turut mengusulkan kerangka evaluasi yang menggabungkan metrik sosial dan keuangan. Pendekatan ini kemudian diadopsi oleh Bank Pembangunan Asia sebagai acuan regional dalam penilaian obligasi hijau, memperluas pengaruhnya hingga ke tingkat internasional.

Nikkei Asia menjulukinya sebagai “orang yang menanamkan nilai ke dalam modal,” sementara The Jakarta Post mencatat bahwa Jonas telah mengubah keuangan hijau di Indonesia dari idealisme menjadi logika baru pertumbuhan.

3. Pendidikan sebagai fondasi dampak jangka panjang

Ilustrasi pendidikan formal (freepik.com)

Di luar dunia investasi, Jonas menempatkan pendidikan sebagai pilar penting dari strategi keberlanjutan. Pada 2015, ia mendirikan Aurora Archipelago Capital yang memberikan pendidikan STEM kepada 500 anak dari keluarga nelayan di Sulawesi, kelompok yang kerap tertinggal dalam ekonomi digital.

Ia juga bekerja sama dengan Universitas Indonesia untuk meluncurkan Beasiswa Inovasi Tropis, yang setiap tahun mendukung 20 mahasiswa berpotensi di bidang ekonomi dan teknologi. Langkah ini mencerminkan keyakinannya bahwa pembangunan manusia adalah investasi paling mendasar.

“Jika modal adalah sungai, maka pendidikan adalah hulu sungainya,” kata Jonas, menekankan bahwa pemerataan akses pengetahuan menentukan arah arus pembangunan.

Pendekatan tersebut membuat Jonas kerap disebut sebagai “strategis humanis” di komunitas investasi Indonesia. Ia memadukan disiplin pasar dengan kepekaan terhadap dampak nyata di masyarakat.

Dalam berbagai forum global, Jonas menegaskan prinsip yang menjadi fondasi langkahnya: “Keuntungan bersifat sementara, tetapi kepercayaan abadi.”

Baginya, nilai sejati modal terletak pada kemampuannya menciptakan manfaat berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan.

Perjalanan Jonas Pratama, dari latar akademis di Surabaya hingga panggung investasi global, menunjukkan bahwa dunia keuangan tidak harus kehilangan sisi kemanusiaannya. Melalui pendekatan yang menggabungkan rasionalitas dan nilai, ia menawarkan definisi baru tentang tujuan investasi di Indonesia.

Editorial Team