Fitryas Rahayu Ramdani, penggagas Ruang Jeda (IDN Times/Siti Fatimah)
Fitryas Rahayu Ramdani, selaku penyelenggara Ruang Jeda sekaligus pemilik brand busana muslimah Tubita mengatakan, nama 'jeda' dipilih sebagai simbol waktu singkat untuk berhenti dari rutinitas yang padat.
"Perempuan itu punya peran banyak, jadi anak, istri, ibu. Kita cuma butuh sedikit waktu untuk jadi diri sendiri," tuturnya.
Ia menyadari bahwa perempuan kerap tak punya ruang aman untuk bercerita. Karena itu, Ruang Jeda menghadirkan ahli agar curhat tak berhenti di keluhan.
"Selain curhat, peserta dapat bekal keilmuan supaya siap kembali ke rutinitas. Perempuan harus bahagia dulu sebelum membahagiakan orang lain," ujarnya.
Meski sempat khawatir acara berubah jadi 'adu nasib,' Fitryas terharu melihat peserta berani membuka diri.
"Ternyata perempuan itu sesederhana itu, cuma pengen dipeluk, didengar, dan nangis. Ada yang bilang ini pertama kali mereka bisa menangis lepas," ungkapnya.
Ia berharap Ruang Jeda bisa konsisten dan menyebar ke banyak kota, menjadi tempat perempuan menemukan kedamaian dan energi positif untuk kembali menjalankan peran sebagai anak, istri, maupun ibu.
Pertemuan sederhana di alam terbuka ini membuktikan bahwa self-healing bukan kemewahan, melainkan kebutuhan. Lewat ruang aman, perempuan belajar mendengar, menerima, dan menyembuhkan diri—agar bahagia yang mereka bawa pulang, menular pada keluarga dan lingkungan.