House of We Kala, local brand Bandung yang sering curi perhatian (IDN Times/Istimewa)
Jauh sebelum menjadi pelengkap dari kebutuhan fashion kaum hawa, pada 2019 House of We Kala sebenarnya lebih dulu memproduksi hoodie yang tentu bersifat unisex alias tidak mengkhususkan diri sebagai produk perempuan.
Owner House of We Kala, Rifki Apriansyah, menjelaskan jika bisnisnya tak mengalami perkembangan signifikan selama menjual hoodie.
“Ketika itu yang membeli produk hanya teman-teman saja, artinya mungkin mereka hanya mendukung saja bukan karena menyukai produknya,” kata Rifki, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Minggu (27/11/2022).
Singkat cerita, memasuki 2020 tepatnya ketika pemerintah mengumumkan pandemik COVID-19, Rifki mencoba peruntungan dengan merespons kebutuhan pasar. Ia memproduksi tali (strap) masker yang ketika itu tengah diperlukan oleh masyarakat.
“Modal produksinya ketika itu cuma Rp300 ribu, di mana itu pakai uang jajan. Tapi justru responsnya bagus sekali, sampai-sampai saya terus melanjutkan produksi strap masker ini karena permintaan tak pernah berhenti,” kata pria berusia 21 tahun ini.
Respons yang baik terhadap produk strap House of We Kala ketika itu membuat Rifki berani melebarkan sayap. Ia mulai berpikir untuk mencipta produk lainnya, dengan bekal ilmu berbisnis yang ia dapatkan selama berjualan strap masker.
Munculah ide membuat tas wanita, di mana sebenarnya hal itu menabrak idealisme Rifki sebagai seorang pria dalam menciptakan produk. “Tapi terkadang idealisme harus sedikit diturunkan agar bisnis bisa terus survive,” katanya.