LV akhirnya mencapai puncak kejayaannya pada 1990. Ketika itu, pucuk pimpinan Louis Vuitton berada di tangan Yves Carcelle, sosok yang sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga dengan para pemilik LV sebelumnya. Di bawah Yves, LV merayakan ulang tahun seabad dengan sangat mewah, dengan merilis sebuah tas edisi terbatas bermaterikan kulit bernama Vachetta, dan diberi label Centenaire Collection.
Tujuh tahun berselang, yakni pada 1997, LV kemudian dipimpin oleh Marc Jacobs yang telah dikenal akan kreativitasnya di dunia fashion. Salah satu sejarah terbaik LV terjadi pada era Marc Jacobs, karena berhasil melahirkan tas dengan desain tulisan kolektif berwarna neon di atas kanvasnya. Sampai hari ini, produk itu merupakan salah satu koleksi LV yang paling dicari di antara kolektor kelas kakap.
Ketika penjualan Louis Vuitton terus melambung, mereka sekali lagi memperkenalkan tas pada 2007 yang akan menjadi salah satu gaya paling klasik dan paling terkenal di dunia: Neverfull. Dibuat dengan kanvas monogram klasik beserta interior bergaris dan trim Vachetta, Neverfull paripurna sebagai tas yang simpel dan berkelas.
Ketika Louis Vuitton terus berkembang, Marc Jacobs memutuskan untuk mundur pada tahun 2013. Nama Nicolas Ghesquière dipilih sebagai pengganti Marc. Penunjukkan itu dilakukan tentu tidak dengan asal-asalan. Nicolas merupakan perancang ternama dalam urusan fashion wanita, yang salah satu kesuksesannya ditunjukkan ketika ia menukangi jenama Balenciaga.
Di bawah Nicolas, yang sejak 2018 dibantu oleh Virgil Abloh sebagai Direktur Kreatif pria LV, jenama satu ini semakin dikenal sebagai simbol prestise bagi kaum berduit dunia. Tidak hanya oleh masyarakat kelas atas negara-negara maju, Luis Vuitton juga menjadi koleksi para tokoh terkemuka Tanah Air, mulai dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut hingga oleh deretan pedangdut.
instagram.com/emmachamberlain