Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi minimalisme (unsplash.com/Stepan Kulyk)
ilustrasi minimalisme (unsplash.com/Stepan Kulyk)

Intinya sih...

  • Pahami alasanmu memilih minimalismeSebelum memulai, pahami alasan pribadi kenapa kamu ingin hidup minimalis. Motivasi ini akan menjaga konsistensi dan membuat proses lebih terarah.

  • Mulai dari area kecil yang paling mudahTata area kecil terlebih dahulu, seperti meja kerja atau laci, untuk efektivitas dan mengurangi stres.

  • Evaluasi barang berdasarkan fungsi, bukan jumlahPastikan barang yang dimiliki berguna dan memberi nilai pada kehidupan, bukan kompetisi memiliki barang sesedikit mungkin.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Gaya hidup minimalis sering disalahpahami sebagai ajakan untuk membuang hampir semua barang di rumah. Padahal, minimalisme tidak sesederhana itu. Inti dari gaya hidup ini adalah bagaimana seseorang bisa mengurangi beban—baik fisik maupun mental—dengan cara menyederhanakan hal-hal yang mengelilinginya.

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang merasa kelelahan dengan rutinitas, barang-barang menumpuk, hingga dorongan konsumsi tanpa henti. Minimalisme hadir sebagai alternatif yang membantu seseorang hidup lebih terencana dan tenang, bukan soal jumlah barangnya, tetapi soal fungsinya.

Menariknya, minimalisme tidak memiliki aturan baku. Setiap orang bisa menyesuaikannya sesuai kebutuhan, gaya hidup, bahkan kondisi rumah. Ini yang membuat banyak orang akhirnya mulai tertarik mencoba menjalani gaya hidup yang lebih sederhana.

Kabar baiknya, kamu tidak harus ekstrem atau langsung membuang banyak barang. Dengan langkah-langkah kecil yang realistis, minimalisme bisa diterapkan tanpa rasa kehilangan. Berikut panduan mudah yang bisa kamu mulai hari ini.

 

1. Pahami alasanmu memilih minimalisme

ilustrasi minimalis (unsplash.com/Alex Tyson)

Sebelum memulai, penting untuk mengetahui alasan pribadi kenapa kamu ingin hidup lebih minimalis. Motivasi ini akan menjadi pondasi yang menjaga kamu tetap konsisten dan tidak mudah goyah ketika prosesnya terasa melelahkan.

Mungkin kamu ingin rumah lebih rapi, ingin mengurangi stres, atau sekadar ingin berhenti membeli barang yang tidak perlu. Alasan yang jelas akan membuat langkahmu lebih terarah dan tidak terkesan mengikuti tren semata.

Dengan memiliki tujuan yang kuat, proses penyederhanaan akan terasa lebih ringan dan lebih mudah dilakukan dalam jangka panjang.

2. Mulai dari area kecil yang paling mudah

ilustrasi minimalis (unsplash.com/Lisa Anna)

Kesalahan umum saat memulai minimalisme adalah terlalu berambisi membereskan seluruh ruangan sekaligus. Padahal, memulai dari area kecil seperti meja kerja, laci, atau rak kecil jauh lebih efektif dan tidak membuat stres.

Ketika kamu berhasil menata area kecil, rasa puas dan tenangnya akan memotivasi kamu untuk melanjutkan ke area lain. Efek psikologis inilah yang sering membuat orang akhirnya lebih konsisten.

Minimalisme tidak harus terburu-buru. Dengan langkah kecil dan stabil, kamu bisa membangun kebiasaan merapikan yang lebih berkelanjutan.

3. Evaluasi barang berdasarkan fungsi, bukan jumlah

ilustrasi minimalisme (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Minimalisme bukanlah kompetisi untuk memiliki barang sesedikit mungkin. Yang penting adalah memastikan barang yang kamu miliki benar-benar berguna dan memberi nilai pada kehidupanmu.

Kamu tidak harus membuang barang sentimental atau benda yang mungkin masih berguna. Cukup tanyakan apakah barang tersebut masih mendukung aktivitasmu atau sekadar memenuhi ruang.

Dengan membiasakan diri menilai fungsi barang, kamu akan lebih sadar terhadap apa yang kamu miliki dan tidak mudah terjebak dalam penumpukan lagi.

4. Batasi belanja impulsif dengan menunda keputusan

ilustrasi belanja online (freepik.com/freepik)

Salah satu langkah paling ampuh memulai minimalisme adalah menurunkan frekuensi belanja impulsif. Kamu bisa menerapkan aturan sederhana: tunda pembelian selama 24–72 jam sebelum memutuskan membeli.

Kebiasaan ini memberi ruang waktu bagi otak untuk berpikir rasional dan menahan keinginan sesaat. Banyak orang akhirnya menyadari bahwa barang yang ingin dibeli sebenarnya tidak terlalu penting.

Dengan mengurangi impuls belanja, kamu bukan hanya menghemat uang, tetapi juga mengurangi potensi penumpukan barang baru.

5. Lakukan penyederhanaan secara berkala

Ilustrasi minimalisme dalam ajaran islam (pexels/Zarak Khan)

Minimalisme tidak berhenti setelah satu kali decluttering. Untuk mempertahankan gaya hidup ini, kamu perlu menjadwalkan penyederhanaan rutin, misalnya sekali sebulan atau setiap pergantian musim.

Penyederhanaan berkala membantu kamu mengevaluasi barang yang sudah tidak relevan, rusak, atau jarang digunakan. Proses ini membuat rumah tetap terasa lega dan nyaman untuk ditinggali.

Semakin sering kamu melakukannya, semakin mudah kamu menemukan pola minimalisme yang paling cocok dengan kebutuhan sehari-hari.

Memulai gaya hidup minimalis tidak harus drastis atau menyulitkan. Dengan memahami kebutuhanmu, mengambil langkah kecil, dan melakukannya secara konsisten, kamu bisa merasakan manfaatnya tanpa merasa kehilangan apa pun.

Semoga panduan ini bisa membantumu membangun ruang hidup yang lebih tenang, lega, dan sesuai dengan ritme hidupmu. Terus ikuti artikel bermanfaat lainnya, ya!

Editorial Team