Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nyemil malam (pexels.com/JESHOOTS.com)
ilustrasi nyemil malam (pexels.com/JESHOOTS.com)

Intinya sih...

  • Nyemil tanpa rasa lapar yang sebenarnya

  • Nyemil sambil nonton atau scroll hp

  • Nyemil langsung dari kemasan besar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nyemil malam memang jadi godaan yang sulit ditolak, apalagi kalau lagi nonton series atau lembur tugas. Rasanya ada yang kurang kalau tangan gak sibuk ngambil camilan. Tapi tanpa disadari, kebiasaan ini bisa bikin kamu makan berlebihan dan berdampak ke pola tidur maupun berat badan.

Bukan berarti kamu harus setop ngemil total. Yang penting adalah tahu batas dan mulai ubah kebiasaan kecil yang sering dianggap sepele.

Yuk, kenali lima kebiasaan nyemil malam yang perlu kamu ubah biar gak kebablasan.

1. Nyemil tanpa rasa lapar yang sebenarnya

ilustrasi nyemil malam hari (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sering kali kita nyemil bukan karena lapar, tapi karena bosan atau sekadar pengin mengunyah. Padahal, tubuh belum tentu butuh asupan saat itu. Kebiasaan ini bisa bikin kamu makan berlebihan tanpa sadar.

Coba kenali sinyal lapar yang asli, bukan sekadar craving atau kebiasaan. Kalau kamu baru makan malam satu jam lalu, kemungkinan besar itu cuma keinginan, bukan kebutuhan. Belajar bedakan antara lapar fisik dan lapar emosional bisa bantu kamu lebih mindful saat makan.

2. Nyemil sambil nonton atau scroll hp

ilustrasi nyemil sambil nonton (pexels.com/cottonbro studio)

Multitasking saat makan bisa bikin kamu gak sadar berapa banyak yang sudah dimakan. Fokus teralihkan ke layar, bukan ke rasa atau jumlah makanan. Akibatnya, kamu bisa terus nyemil sampai camilan habis tanpa merasa kenyang.

Coba biasakan makan dengan penuh kesadaran, walau cuma nyemil. Duduk tenang, nikmati rasa makanan, dan beri jeda antar gigitan. Cara ini bantu kamu lebih cepat merasa puas dan menghindari overeating.

3. Nyemil langsung dari kemasan besar

ilustrasi nyemil dengan kemasan besar (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Makan langsung dari bungkus camilan bikin kamu susah mengontrol porsi. Tanpa disadari, kamu bisa habiskan satu kantong keripik dalam sekali duduk. Padahal, kalau dipindahkan ke wadah kecil, kamu bisa lebih sadar dengan porsinya.

Mulai biasakan ambil camilan secukupnya ke piring atau mangkuk. Cara ini bisa membantu kamu mengatur porsi dan berhenti saat sudah cukup. Kontrol visual terhadap makanan bisa jadi kunci untuk makan lebih bijak.

4. Nyemil terlalu dekat dengan waktu tidur

ilustrasi nyemil malam hari (pexels.com/cottonbro studio)

Makan terlalu malam bisa ganggu kualitas tidur dan bikin tubuh gak sempat mencerna dengan baik. Apalagi kalau camilannya tinggi gula atau lemak, tubuh jadi kerja ekstra saat seharusnya istirahat. Ini bisa bikin kamu bangun dengan rasa gak nyaman atau kembung.

Idealnya, beri jeda minimal satu jam antara nyemil dan waktu tidur. Pilih camilan ringan seperti buah atau yogurt kalau memang masih lapar. Tubuh kamu akan lebih rileks dan tidur pun jadi lebih nyenyak.

5. Nyemil tanpa rencana atau persiapan

ilustrasi nyemil malam (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kalau gak punya stok camilan sehat, kamu cenderung ambil apa pun yang ada. Biasanya yang tersedia adalah makanan tinggi kalori, gula, atau garam. Kebiasaan ini bikin kamu sulit mengontrol kualitas dan kuantitas makanan.

Mulai siapkan camilan sehat sejak pagi atau sore hari. Potong buah, siapkan kacang panggang, atau simpan yogurt di kulkas. Dengan pilihan yang lebih baik, kamu tetap bisa nyemil tanpa merasa bersalah.

Nyemil malam bukan hal yang harus dihindari sepenuhnya, tapi perlu dilakukan dengan bijak. Ubah kebiasaan kecil ini pelan-pelan agar tubuh tetap sehat dan kamu gak merasa bersalah setelahnya.

Karena makan itu bukan cuma soal kenyang, tapi juga soal sadar dan seimbang, guys!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team