ilustrasi merancang konflik (unsplash.com/Unseen Studio)
Bayangkan jika setelah mendapatkan undangan dari Hogwarts, Harry Potter hanya menghabiskan hari-hari damai belajar sihir tanpa bertemu profesor Snape yang jutek, tak diganggu Malfoy, dan tak diincar nyawanya oleh Voldemort. Atau jika Elizabeth dan Tuan Darcy dalam Pride and Prejudice sama-sama berasal dari keluarga kaya dan keduanya tidak pernah salah paham.
Pastinya kedua cerita itu tidak akan seseru yang kita tahu. Yup, dengan kata lain, pembaca baru bisa menemukan keseruan cerita jika ada hambatan yang mencegah protagonis mencapai tujuannya.
Hal lain yang tak kalah penting yaitu jumlah konflik. Satu konflik dalam cerita pendek itu sudah cukup, tetapi kita tidak bisa melakukan hal yang sama pada novel. Kita perlu memunculkan konflik secara bertahap agar pembaca tak lekas bosan.
Kompleksitas konflik bisa didapat dengan memunculkan beberapa konflik yang ternyata saling berkaitan. Atau bisa juga dengan memunculkan konflik pemantik yang akhirnya memunculkan beragam konflik turunannya. Nah, kamu bisa memilih pola-pola konflik berdasarkan kebutuhan ceritamu.