Pernah merasa mood naik-turun seperti roller coaster? Kadang senang, tiba-tiba marah, lalu mendadak sedih tanpa sebab yang jelas? Itu tandanya regulasi emosi masih perlu diasah.
Mengendalikan emosi bukan berarti menekan perasaan, tapi memahami dan menyalurkannya dengan cara yang tepat.
Nah, pada artikel ini ada lima fakta menarik tentang regulasi emosi, lengkap dengan tips dan manfaatnya. Yuk, baca sampai habis supaya hidup gak penuh drama!
Banyak yang salah paham, mengira regulasi emosi itu harus selalu kalem dan gak boleh marah. Padahal, regulasi emosi lebih tentang bagaimana mengelola perasaan agar gak meledak-ledak atau justru tertahan sampai menumpuk.
Emosi yang dipendam justru bisa menyebabkan stres dan berbagai gangguan kesehatan, seperti tekanan darah tinggi dan gangguan tidur. Jadi, bukan berarti gak boleh marah atau sedih, tapi harus tahu cara yang sehat untuk mengekspresikannya.
Ternyata, regulasi emosi bukan hanya soal hati, tapi juga kerja otak, lho! Bagian otak yang berperan utama dalam mengendalikan emosi adalah korteks prefrontal dan amigdala.
Korteks prefrontal membantu dalam membuat keputusan yang rasional, sementara amigdala bertanggung jawab terhadap reaksi emosional cepat.
Jadi, kalau lagi panik atau marah, otak seperti adu cepat antara logika dan insting. Makanya, tenang dulu sebelum bereaksi supaya gak menyesal kemudian!
Kamu tahu gak, cara paling simpel menenangkan emosi yaitu dengan pernapasan dalam. Kelihatannya sepele, tapi teknik pernapasan ternyata bisa jadi trik ampuh buat menenangkan diri saat emosi mulai memanas.
Teknik pernapas dalam (deep breathing) bisa memperlambat detak jantung dan mengurangi produksi hormon stres. Jadi, kalau lagi stres atau kesal, coba tarik napas dalam selama 5 detik, tahan 2 detik, lalu hembuskan perlahan. Ulangi beberapa kali, dan lihat sendiri efeknya!
Pernah dengar istilah jangan ambil keputusan saat marah? Itu bukan tanpa alasan. Orang yang bisa mengatur emosinya lebih cenderung punya hubungan yang harmonis, baik dalam keluarga, persahabatan, maupun asmara.
Pasangan yang memiliki regulasi emosi baik lebih jarang bertengkar dan lebih mampu menyelesaikan konflik dengan sehat.
Jadi, sebelum membalas chat pasangan dengan kata-kata pedas, coba tenangkan diri dulu supaya gak memperburuk keadaan.
Pola hidup sehat seperti olahraga dan pola makan, memegang peranan penting dalam regulasi emosi. Siapa sangka kalau makanan dan aktivitas fisik ternyata punya hubungan erat dengan cara seseorang mengendalikan emosinya?
Olahraga seperti yoga dan lari membantu melepaskan endorfin, hormon kebahagiaan yang bisa meredakan stres. Selain itu, makanan yang kaya omega-3, seperti ikan salmon dan kacang-kacangan, juga berperan dalam menjaga keseimbangan mood.
Jadi, kalau lagi merasa emosional, mungkin bukan cuma soal perasaan, tapi juga pola hidup yang perlu diperbaiki!
Menguasai regulasi emosi bukan berarti jadi robot tanpa perasaan, tapi tahu kapan harus menyalurkan emosi dengan sehat. Dengan memahami fakta-faktanya, menerapkan teknik bernapas, menjaga gaya hidup, dan melatih kesabaran dalam hubungan, kesejahteraan mental pun akan meningkat.
Yuk, mulai latih dari sekarang, supaya hidup lebih tenang dan bahagia!
Referensi:
https://psycnet.apa.org/record/1996-01483-001
https://www.healthline.com/health/what-part-of-the-brain-controls-emotions
https://www.nhs.uk/mental-health/self-help/guides-tools-and-activities/breathing-exercises-for-stress/
https://councilforrelationships.org/emotional-regulation-everything-you-need-to-know-to-improve-your-relationships/
https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-020-8288-6