Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak makan mie (pexels.com/Vanessa Loring)
ilustrasi anak makan mie (pexels.com/Vanessa Loring)

Intinya sih...

  • Rasanya gurih dan mudah diterima lidah anak

  • Teksturnya kenyal dan mudah di kunyah

  • Praktis dan cepat disajikan oleh orangtua

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mie instan atau mie olahan sering jadi makanan favorit anak-anak, bahkan kadang jadi “penyelamat” saat mereka susah makan. Rasanya gurih, teksturnya kenyal, dan penyajiannya cepat, nggak heran kalau mie selalu jadi pilihan utama.

Tapi di balik kebiasaan ini, ada alasan psikologis dan nutrisi yang menarik untuk dipahami.

Ahli gizi menyebutkan bahwa preferensi anak terhadap mie bukan sekadar urusan rasa, tapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kebiasaan makan keluarga.

Yuk, kita bahas satu per satu alasannya supaya kamu bisa lebih bijak dalam menyajikan mie untuk si kecil. Siapa tahu, kamu juga jadi lebih paham cara mengatur pola makan yang seimbang.

1. Rasanya gurih dan mudah diterima lidah anak

ilustrasi anak makan mie (freepik.com)

Anak-anak cenderung menyukai rasa yang kuat dan familiar, dan mie instan punya profil rasa yang pas di lidah mereka. Kandungan MSG dan bumbu gurih membuat mie terasa “ramah” bagi anak yang belum terbiasa dengan rasa sayur atau makanan sehat.

Ini jadi alasan utama kenapa mie sering jadi makanan favorit saat anak susah makan.

Menurut ahli gizi, rasa gurih bisa memicu respons dopamin di otak anak, membuat mereka merasa senang dan nyaman. Tapi, konsumsi berlebihan bisa membuat anak jadi kurang tertarik pada makanan lain yang lebih sehat.

Penting untuk mengatur frekuensi dan porsi agar tetap seimbang.

2. Teksturnya kenyal dan mudah di kunyah

ilustrasi tekstur mie (pexels.com/MART PRODUCTION)

Mie punya tekstur yang lembut dan kenyal, cocok untuk anak-anak yang masih belajar mengunyah. Dibandingkan dengan sayur atau daging, mie jauh lebih mudah dikunyah dan ditelan.

Ini membuat anak merasa nyaman saat makan tanpa harus berjuang dengan tekstur yang sulit.

Ahli gizi menyebutkan bahwa tekstur makanan sangat berpengaruh pada preferensi anak, terutama di usia balita. Makanan yang mudah dikunyah akan lebih disukai karena tidak menimbulkan rasa takut atau trauma saat makan. Maka dari itu, mie sering jadi pilihan aman bagi orangtua.

3. Praktis dan cepat disajikan oleh orangtua

ilustrasi mie instan (freepik.com)

Banyak orang tua memilih mie karena praktis dan bisa disajikan dalam hitungan menit. Saat waktu terbatas atau anak rewel, mie jadi solusi cepat yang bisa langsung dikonsumsi. Anak pun terbiasa melihat mie sebagai makanan yang selalu tersedia.

Kebiasaan ini bisa membentuk pola makan anak yang cenderung memilih makanan instan daripada makanan rumahan. Ahli gizi menyarankan agar orangtua tetap menyediakan alternatif sehat meski dalam kondisi terburu-buru.

Mie boleh jadi pilihan, tapi jangan sampai jadi satu-satunya!

4. Mie sering jadi bagian dari momentum keluarga

ilustrasi makan mie bersama keluarga (pexels.com/Vanessa Loring)

Makan mie bareng keluarga bisa jadi momentum bonding yang menyenangkan. Anak-anak cenderung menyukai makanan yang dikaitkan dengan pengalaman positif. Saat mie disajikan saat kumpul keluarga atau acara santai, anak akan mengasosiasikannya dengan rasa nyaman.

Ahli gizi menyebutkan bahwa suasana makan sangat memengaruhi selera anak. Makanan yang dikonsumsi dalam suasana hangat dan menyenangkan akan lebih mudah diterima. Jadi, bukan cuma soal rasa, tapi juga soal kenangan yang terbentuk.

5. Kandungan karbohidrat memberi energi cepat

ilustrasi anak makan mie (freepik.com)

Mie mengandung karbohidrat yang bisa memberi energi instan bagi anak-anak yang aktif. Setelah makan mie, anak biasanya jadi lebih semangat bermain atau belajar. Ini membuat mie terasa “efektif” bagi mereka yang butuh dorongan energi cepat.

Namun, ahli gizi mengingatkan bahwa energi dari mie bersifat sementara dan kurang lengkap secara nutrisi. Untuk jangka panjang, anak tetap butuh asupan protein, serat, dan vitamin dari sumber lain. Mie bisa jadi booster, tapi bukan bahan bakar utama.

Mie memang punya daya tarik tersendiri bagi anak-anak, tapi penting bagi orangtua untuk memahami alasan di baliknya. Dengan begitu, kamu bisa tetap memberikan mie sebagai bagian dari pola makan yang seimbang, bukan sebagai makanan utama setiap hari.

Edukasi kecil dan pendekatan yang hangat bisa membuat anak lebih terbuka terhadap makanan sehat lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team