Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menghirup aroma bunga (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi menghirup aroma bunga (pexels.com/Vlada Karpovich)

Intinya sih...

  • Jalur bau langsung ke pusat emosi

  • Suara butuh proses lebih panjang ke otak

  • Aroma memicu emosi kenangan lama

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu tiba-tiba mencium aroma makanan masa kecil, lalu langsung terbayang suasana rumah lama atau momen bareng keluarga? Bau bisa memicu memori yang detail, bahkan bertahun-tahun setelahnya. Tapi coba bandingkan dengan memori suara, jarang kan ada yang tiba-tiba ingat jelas suara kereta mainan waktu kecil?

Nah, ternyata ada alasan ilmiah kenapa bau lebih ‘lengket’ di otak dibandingkan suara. Penasaran, kan? Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.

1. Jalur bau langsung ke pusat emosi

ilustrasi menghirup aroma makanan (pexels.com/Daniela Elena Tentis)

Indra penciuman bekerja dengan jalur yang berbeda dari indra lain. Menurut penjelasan Harvard Medical School, sinyal bau dari hidung tidak perlu melewati talamus terlebih dahulu. Talamus adalah bagian otak yang biasanya berfungsi sebagai stasiun transit untuk penglihatan, pendengaran, maupun sentuhan. Sinyal aroma langsung menuju bulbus olfaktorius, lalu terkoneksi ke amigdala dan hipokampus yang merupakan pusat emosi dan memori di otak.

Inilah yang membuat bau bisa segera memicu perasaan tertentu bahkan sebelum kita sadar sedang menghirup apa. Cleveland Clinic juga menjelaskan bahwa jalur istimewa ini menjadikan aroma sangat erat kaitannya dengan emosi, sehingga lebih mudah tertanam sebagai memori jangka panjang.

2. Suara butuh proses lebih panjang ke otak

ilustrasi memainkan lagu dengan gitar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Berbeda dengan bau, suara menempuh jalur yang lebih panjang di otak. Dilansir lamanTeachMeAnatomy, sinyal pendengaran dari koklea harus melewati beberapa stasiun penting, termasuk nukleus koklea, kompleks olivarius superior, kolikulus inferior, hingga talamus sebelum akhirnya sampai ke korteks pendengaran. Dari korteks inilah informasi baru dikirim ke sistem limbik untuk dikaitkan dengan emosi.

Akibat jalur yang panjang ini, suara lebih mudah hilang dari ingatan, kecuali jika memiliki keterikatan emosional yang kuat. Itu sebabnya kita cepat lupa suara lalu lintas atau obrolan orang asing, tapi bisa sangat jelas mengingat suara ibu memanggil waktu kecil, atau lagu yang menemani masa remaja.

3. Aroma memicu emosi kenangan lama

ilustrasi berinteraksi menghirup aroma makanan (pexels.com/Monstera Production)

Karena melalui ‘jalan tol’ ke pusat memori, aroma hampir selalu dikaitkan dengan emosi. Contoh yang sering terjadi adalah wangi hujan pertama, parfum mantan, atau bau tanah di kampung halaman. Begitu mencium aroma itu, kita bisa langsung terlempar ke suasana lama dengan detail yang mengejutkan.

Fenomena terkenang ini dikenal sebagai Proust Effect, diambil dari nama penulis Marcel Proust yang menulis tentang ingatan masa kecil yang muncul gara-gara aroma kue Madeleine. Penelitian yang diterbitkan di Frontiers for Young Minds menjelaskan bahwa memori yang dipicu oleh bau biasanya lebih detail, jelas, dan bertahan lama dibandingkan dengan yang dipicu oleh suara atau gambar.

4. Penggunaan memori bau di era modern

ilustrasi menyemprot parfum (pexels.com/Franco Monsalvo)

Walaupun kini kita hidup di era digital, kekuatan aroma tetap relevan. Banyak brand besar menggunakan scent marketing, yaitu strategi menyebarkan aroma tertentu agar pelanggan lebih mengingat produk atau toko mereka. Di sisi lain, parfum juga sering dipakai sebagai ‘identitas’ pribadi seseorang, sehingga ketika orang lain mencium aroma itu lagi, sosok pemiliknya langsung teringat.

Bau bisa lebih mudah kita ingat daripada suara karena jalurnya langsung menuju pusat emosi dan memori tanpa harus melewati banyak tahap. Inilah sebabnya aroma hampir selalu terkait dengan pengalaman emosional yang kuat, sementara suara butuh kondisi tertentu untuk bisa menempel dalam ingatan. Ternyata, memori terkuat kita seringkali tersimpan bukan di album foto atau rekaman suara, melainkan di aroma yang kita hirup, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team