Tak Harus Kuliah Seni, Ini Asyiknya Jadi Seniman Profesional

Diawali dengan cinta, passion dan niat

Kreativitas generasi muda semakin beragam saja. Salah satunya adalah seni menggambar yang terus berkembang dan mengikuti tren. Seni menggambar seperti doodle, decorative lettering, hingga comic character, tidak hanya menarik sebagai hobi. Semuanya memiliki peluang ekonomi kreatif dan membuka kesempatan untuk digeluti secara profesional.

Bertempat di Ciputra Artpreneur, Sabtu (30/11) lalu, Tombow yang merupakan brand perlengkapan alat tulis dari Jepang, mengajak tiga seniman profesional untuk membagikan kisah dan tipsnya dalam dunia menggambar. Mereka adalah Eko Fitriono, Jerome Jonathan, dan Asrika Vitawati. Lalu, seperti apa kisah para seniman tersebut?

1. Ternyata, dua dari tiga seniman tersebut tidak memiliki latar belakang dalam dunia seni lho!

Tak Harus Kuliah Seni, Ini Asyiknya Jadi Seniman ProfesionalPresscon Tombow Grand Workshop. Ciputra Artpreneur. 30 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Ketika ingin menggeluti profesi yang diimpikan, biasanya kita akan mengambil jurusan di bangku kuliah sesuai minat yang dimiliki. Namun, hal ini tidak berlaku bagi para seniman profesional seperti Eko, Jerome, dan Asrika.

“Saya itu, awalnya gak ada hubungannya dengan dunia seni. Saya kuliahnya Jurusan Matematika. Waktu kecil, saya ada ketertarikan dengan bentuk-bentuk huruf yang unik. Pas SMA, saya mulai tertarik dengan grafiti karena susah untuk ditiru sama orang lain,” ucap Eko.

Karena ketertarikan itu, terbukalah peluang memulai bisnis dengan membuka jasa desain kaos. Eko pun merasa itu adalah passion-nya. Sampai akhirnya, pada tahun 2014, Eko mengenal dunia color lettering.

Sama seperti Eko, Asrika yang merupakan doodle artist, juga tidak memiliki latar belakang pendidikan di dunia seni lho! Asri adalah lulusan Ilmu Komunikasi, yang notabene tidak ada hubungannya dengan doodle art.

Di bangku kuliah, dia baru menyadari bahwa dirinya mulai tertarik dengan doodle art karena sering mencoret-coret buku di dalam kelas. Ia pun mencoba untuk mengikuti komunitas doodle art.

2. Hanya bermodalkan media sosial saja, bisa membuat Eko dan Jerome menjadi seorang seniman profesional lho!

Tak Harus Kuliah Seni, Ini Asyiknya Jadi Seniman ProfesionalPresscon Tombow Grand Workshop. Ciputra Artpreneur. 30 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

“Sebenarnya gak sengaja. Awalnya, hanya hobi yang dilakukan terus-menerus dan terus berkarya. Seperti mendesain logo, bikin mural, atau mengajar seperti workshop ini," ucap Eko. Menurut seniman lettering ini, belajar dengan tekun adalah hal yang penting untuk menghasilkan suatu karya.

Yang paling penting lagi, jangan lupa membagikan hasil karya kita kepada orang-orang. Apalagi, saat ini media sosial memiliki pengaruh yang sangat tinggi terhadap kehidupan banyak orang.

Oleh karena itu, Eko mengunggah hasil karyanya di akun sosial medianya. Hasilnya pun berbuah manis. Akhirnya, ia menfokuskan keahliannya itu sebagai ladang mata pencaharian.

Mengandalkan Instagram, Jerome juga memanfaatkannya untuk membuat portofolio berisi hasil karya watercolor art yang dibuatnya. Dari situlah, pria berkacamata ini mendapatkan respons positif untuk karya-karyanya dan membuka jalur bisnis baginya.

Baca Juga: 5 Tips Menggambar Alis Mata yang Sempurna & Simetris bagi Pemula

3. Asrika menantang dirinya sendiri untuk menggambar dalam kurun waktu 22 hari. Tidak disangka-sangka, hasilnya berbuah manis

dm-player
Tak Harus Kuliah Seni, Ini Asyiknya Jadi Seniman ProfesionalPresscon Tombow Grand Workshop. Ciputra Artpreneur. 30 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Berawal dari keisengannya saat mengisi waktu luang semasa libur kuliah, Asri menantang dirinya untuk menghasilkan satu gambar per hari. Selama kurang lebih 22 hari, wanita yang telah menerbitkan beberapa buku tentang ilustrasi doodle ini, mengunggah hasil karyanya ke akun media sosial. Ia pun merasakan perkembangan dalam kemampuan menggambarnya.

“Aelama 22 hari gambar doodle, hasilnya aku upload di Instagram. Sampailah ada teman yang memberi komentar untuk memesan doodle art yang aku bikin,” tutur dia.

Asri sempat berpikir untuk membuka pre-order bagi peminat doodle art buatannya. Ia pun berinovasi dengan menggunakan media kaos sebagai kanvas untuk membuat doodle art. Karena peminatnya yang tidak sedikit, akhirnya usaha itu pun berkembang dan membuatnya menjadi doodle artist

4. Tidak hanya sebagai seni menggambar saja, doodle art juga bisa menjadi alternatif untuk terapi

Tak Harus Kuliah Seni, Ini Asyiknya Jadi Seniman ProfesionalPresscon Tombow Grand Workshop. Ciputra Artpreneur. 30 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Selama ini, doodle art lebih dikenal sebagai seni menggambar saja. Namun, ada hal positif yang bisa kita dapatkan ketika membuatnya. Hal itu adalah art therapy. Menurut Asrika, proses membuat doodle art bisa membuat diri kita menjadi lebih fokus.

“Dengan banyaknya warna, kita bisa lebih rileks. Dari situlah, fungsinya mewarnai dan bisa menjadi art theraphy. Sampai kita merasa terlepas dari stres,” ujarnya.

5. Jika tertarik menjadi seniman, kamu bisa melakukan kiat-kiat dari ketiga narasumber berikut

Tak Harus Kuliah Seni, Ini Asyiknya Jadi Seniman ProfesionalPresscon Tombow Grand Workshop. Ciputra Artpreneur. 30 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Ketika menjadi seorang seniman profesional, kita tidak hanya dituntut untuk memiliki skill menggambar. Eko dan kedua seniman lainnya, juga membagikan tips-tips yang harus dilakukan.

“Pertama, berawal dari kecintaan kita terhadap suatu hal. Lalu, passion. Baru setelah itu, kenalin dulu passion kita itu apa. Yang terpenting, harus memiliki pandangan ke depannya mau seperti apa,” tutur Eko.

Menurutnya lagi, belajar juga menjadi kunci utama agar kita bisa menjadi seorang seniman. Dengan mempelajari ilmunya, kita baru bisa berkorban untuk hal-hal yang kita cintai itu. Seperti mengorbankan dana untuk membeli peralatan menggambar, waktu, dan lain sebagainya.

Terakhir, kemampuan yang sudah kita miliki jangan hanya dipendam, tapi harus diinvestasikan. Investasi tersebut bisa dengan mengikuti workshop. “Yang paling penting adalah harus ada ketekunan, konsisten, dan selalu bersabar” lanjut Eko.

Sementara kiat dari Asrika, hal penting yang harus kita perhatikan dalam menggambar adalah jangan takut salah dan harus terus mencoba. Berbeda dengan Asrika dan Eko, Jerome beranggapan bahwa mendokumentasikan karya yang sudah kita buat itu, sangat penting dan harus dilakukan

“Kalau kiat-kiat dari aku, dokumentasikan karya-karya yang sudah kita buat. Itu penting agar kita terinspirasi dan termotivasi untuk berkarya ketika jenuh. Pokoknya, just do it dan jangan stop! “ tutup Jerome

Baca Juga: Simple dan Mudah Ditiru, Ini 3 Cara Menggambar Sketsa Bunga

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya