5 Tips Menunggu Artikel Terbit Tanpa Baper, Tetap Semangat!

- Tetapkan batas pengecekan status artikel setiap enam jam sekali untuk menghindari overthinking dan kecemasan berlebih.
- Alihkan fokus ke artikel berikutnya untuk menghindari terjebak pada overthinking dan menjaga ketenangan pikiran.
- Bangun rutinitas yang jelas usai submit ke editor agar energi terfokus pada hal lain selain menunggu.
Menulis artikel dan punya kesempatan untuk submit ke platform sebesar IDN Times memang menyenangkan. Tapi, momen menunggu artikel itu terbit? Ceritanya tentu jauh berbeda! Tidak seindah yang dibayangkan.
Perasaan campur aduk. Antara harap-harap cemas, dan juga overthingking yang makin menjadi-jadi. Nah, biar kamu tidak baper, yuk simak lima tips agar kamu tetap semangat saat menanti artikelmu terbit.
1. Tetapkan batas pengecekan status artikel

Bagi seorang penulis, mengecek dashboard adalah hal yang wajar. Tapi, kalau tiap lima menit sekali kamu selalu kembali, itu artinya kamu terbawa emosi. Semakin besar frekuensinya, makin besar pula rasa cemas yang tertinggal dalam hatimu.
Jadi, coba buat dan tetapkan sebuah aturan. Kamu boleh cek status tulisanmu setiap enam jam sekali misalnya. Itu bisa membantumu untuk tidak menaruh ekspektasi berlebih. Sehingga pikiranmu lebih tenang.
2. Alihkan fokus ke artikel berikutnya

Nah, usai menetapkan batas seperti yang dipaparkan di atas, kamu jadi punya jeda, kan. Di sinilah kamu harus bermain dengan terampil. Manfaatkan rentang waktu itu. Dengan apa? Dengan banyak menulis dong. Masa iya dengan asik rebahan doang.
Dengan mengalihkan fokusmu pada artikel berikutnya, kamu jadi tidak kepikiran dan terpaku sama tulisan yang barusan kamu kirim ke editor. Hal itulah yang membantumu untuk tidak terjebak pada overthingking.
3. Bangun rutinitas yang jelas usai submit ke editor

Ini tips ketiga yang wajib kamu coba. Bikin rutinitas yang jelas usai submit tulisan ke editor. Tujuannya masih tetap sama, agar pikiranmu tidak habis untuk menunggu. Kamu bisa baca buku, beres-beres rumah, berolahraga, atau ngobrol seru bersama sahabat.
Nah, dengan upaya seperti itu, kamu bisa habiskan energimu pada hal yang semestinya. Dibanding harus bergelut dengan rasa gelisah yang entah kapan selesainya.
4. Evaluasi diri dengan lapang dada

Ini langkah berani yang harus kamu ambil. Demi kelangsungan hidup karyamu ke depannya. Dengan membaca ulang karyamu, kamu bakal temukan sudut-sudut yang barangkali kamu lewatkan.
Misal, judul yang kamu angkat biasa saja. Atau isi tulisanmu tidak ada yang unik. Dari situ, kamu lakukan perbaikan. Sehingga momen menunggu tidak terasa membosankan, tapi jadi ajang untuk terus tumbuh dan berkembang.
5. Pahami proses yang kamu lalui

Ingat, jadi penulis itu tidak boleh gampang menyerah. Kalau tekadmu sekali tiup langsung padam, mending kamu mundur pelan-pelan. Makanya itu, kamu harus siap dengan segala risiko dan konsekuensinya. Termasuk ketika artikelmu masih gagal menggedor hati editor.
Pahami juga, kalau proses jadi penulis yang hebat itu adalah perjalanan panjang. Artikelmu mungkin hari ini belum terbit, tapi itu bukan berarti segalanya telah berakhir. Tetap semangat, jangan berhenti untuk mengirimkan karya terbaikmu, dan percayalah hasil manis akan mendatangimu suatu saat nanti.
Kesimpulannya, menunggu artikel terbit itu memang bikin hati resah dan gelisah, tapi itu tidak boleh menjadi alasan untukmu menyerah. Dengan pengelolaan yang bijak terhadap waktu, emosi, serta ekspektasi, kamu bisa tetap menjaga asa dan semangatmu agar tetap menyala. Jangan baper, tataplah masa depan, dan nikmati setiap prosesnya.