Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi dua orang wanita (Pexels.com/Liza Summer)
Ilustrasi dua orang wanita (Pexels.com/Liza Summer)

Intinya sih...

  • Tanda teman menghindar dari sosial bisa jadi pertanda masalah mental, berikan ruang tapi tetap tunjukkan perhatian.

  • Perubahan pola tidur atau makan juga bisa menjadi tanda masalah mental, tawarkan dukungan lembut dan penuh perhatian.

  • Perubahan mood yang drastis dan kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai bisa menjadi tanda masalah mental, tunjukkan empati tanpa menghakimi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu pernah merasa kalau temanmu tiba-tiba berubah? Tiba-tiba lebih sering diam, jarang mengangkat telepon, atau bahkan tidak seperti biasanya dalam ngobrol?

Bisa jadi, mereka sedang berjuang dengan masalah mental yang tidak terlihat jelas di luar. Masalah ini bukan hal yang bisa dianggap remeh karena kadang, mereka sendiri pun belum siap untuk membuka diri. Tapi, kalau kamu peka, ada beberapa tanda yang bisa jadi petunjuk bahwa temanmu sedang menghadapi masa sulit.

Mungkin kita merasa cemas atau bingung harus bagaimana. Tapi ketahuilah, perhatian yang tepat bisa jadi langkah pertama yang membantu. Tidak selalu soal memberi solusi besar, kadang, dukungan kecil dari teman terdekat justru yang bisa membuat perbedaan besar.

Yuk, kita lihat beberapa tanda yang bisa jadi petunjuk, dan bagaimana cara kita menanggapinya dengan bijak.

1. Tiba-tiba menghindar dari sosial

Ilustrasi seorang wanita menelepon (Pexels.com/Ketut Subiyanto)

Saat temanmu lebih sering menghindar dari pertemuan atau kegiatan yang biasanya mereka nikmati, ini bisa jadi tanda bahwa mereka sedang berjuang dengan perasaan atau kecemasan tertentu.

Mungkin mereka merasa tidak cukup baik, atau bahkan takut jika lingkungan sosial akan menghakimi mereka. Wajar kalau mereka enggan membuka diri, karena perasaan cemas atau rendah diri bisa membuat mereka merasa terisolasi.

Apa yang bisa kamu lakukan? Berikan ruang, tapi jangan lupakan mereka. Cobalah menghubungi dengan cara yang ringan dan tidak memaksa, seperti mengirim pesan singkat atau ajakan santai.

Tunjukkan bahwa kamu peduli dan siap mendengarkan kapan saja mereka merasa siap. Hal ini bisa membuka pintu bagi mereka untuk merasa lebih aman dan diterima, tanpa tekanan.

2. Perubahan pola tidur atau makan

Ilustrasi seorang pria melihat makanan (Pexels.com/Ron Lach)

Perubahan signifikan dalam pola tidur atau makan juga bisa menjadi tanda masalah mental yang sedang dialami seseorang. Mereka bisa jadi tidur terlalu lama atau justru terjaga sepanjang malam.

Mungkin juga mereka makan lebih banyak atau malah kehilangan selera makan. Semua ini adalah cara tubuh mereka merespons stres atau kecemasan yang mengganggu pikiran mereka.

Di sini, kamu bisa menawarkan dukungan dengan cara yang lembut dan penuh perhatian. Tidak perlu memberi saran tentang diet atau tidur, tapi lebih kepada menjaga komunikasi yang hangat. Cobalah untuk membuat mereka merasa nyaman dengan tidak menilai atau memberi tekanan.

Terkadang, hadir dan mendengarkan saja sudah cukup untuk membuat mereka merasa lebih tenang.

3. Perubahan mood yang drastis

Ilustrasi seorang wanita emosional (Pexels.com/SHVETS production)

Teman yang biasanya ceria tiba-tiba menjadi mudah marah atau sebaliknya, menjadi sangat apatis dan tak peduli, bisa menjadi salah satu tanda mereka sedang menghadapi masalah mental. Perubahan mood yang ekstrem ini sering kali disebabkan oleh perasaan yang tertahan atau cemas, yang akhirnya keluar dalam bentuk ledakan emosi.

Ini bisa sangat membingungkan bagi mereka yang tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Jika kamu menemui teman yang sedang dalam kondisi seperti ini, jangan langsung menghakimi atau memberikan solusi yang mendalam. Tanyakan dengan lembut bagaimana kabarnya, tanpa menekan mereka untuk bercerita.

Terkadang, hanya dengan menanyakan “apa yang kamu butuhkan saat ini?” bisa membuat mereka merasa lebih aman dan diterima.

4. Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai

Ilustrasi seorang wanita lesu (Pexels.com/Darina Belonogova)

Pernah gak sih temanmu yang dulu selalu excited ikut kegiatan bareng, tiba-tiba jadi enggan dan terlihat tidak tertarik lagi? Mereka mungkin tidak merasakan kegembiraan yang sama pada hal-hal yang dulu mereka nikmati.

Ini adalah salah satu ciri khas dari gangguan mental seperti depresi, yang membuat seseorang kehilangan motivasi atau semangat untuk melakukan kegiatan yang dulu menyenangkan.

Jika ini terjadi, coba berikan pengertian tanpa memaksakan. Ajak mereka untuk tetap ikut, namun jangan terlalu berharap mereka akan langsung antusias. Berikan ruang bagi mereka untuk merespons sesuai dengan kenyamanan mereka.

Kadang-kadang, dukungan yang tak terlihat—seperti mengajak mereka untuk duduk bersama tanpa harus melakukan apapun—bisa menjadi hal yang mereka butuhkan untuk merasa lebih baik.

5. Mengungkapkan perasaan tertekan atau merasa tidak berguna

Ilustrasi dua orang wanita (Pexels.com/Edmond Dantès)

Jika temanmu mulai mengungkapkan perasaan tertekan atau bahkan merasa tidak berguna, ini adalah tanda yang lebih serius. Mereka mungkin merasa seperti beban atau tidak mampu memenuhi ekspektasi hidup.

Pikiran-pikiran ini sering datang saat seseorang merasa terjebak dalam masalah yang tak kunjung selesai. Perasaan ini bisa sangat berbahaya jika tidak segera mendapat perhatian.

Ketika temanmu mulai membuka diri dengan cara ini, tanggapi dengan empati dan tanpa menghakimi. Tunjukkan bahwa kamu ada untuk mereka, dan bahwa mereka tidak sendirian dalam perasaan itu.

Ingat, dukungan emosional yang kita berikan bisa memberikan mereka kekuatan untuk mencari bantuan lebih lanjut, jika mereka merasa siap.

Menjadi teman yang baik bukan hanya soal berbagi kebahagiaan, tapi juga mampu memahami saat teman kita sedang berada di titik terendah. Tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk membuka diri, tapi dengan memberi perhatian yang penuh pengertian dan kesabaran, kita bisa memberikan ruang yang aman bagi mereka.

Ingat, kita semua berjuang dengan cara yang berbeda, dan kadang, satu kata atau sikap kecil bisa menjadi titik balik yang besar dalam perjalanan mental mereka. Jadi, jangan pernah merasa bahwa kamu tidak cukup membantu hanya karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Terkadang, menjadi pendengar yang baik sudah lebih dari cukup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team